Showing posts with label 99 Sahabat Rasulullah. Show all posts
Showing posts with label 99 Sahabat Rasulullah. Show all posts

Sa’id bin ‘Amir

Nama lengkapnya Sa’id bin ‘Amir bin Hadzim al-Jumahiy al-Quraisy. Beliau adalah seorang Amir (penguasa tempatan) yang zuhud.

Mengenai keislamannya dapat kita lihat dari kisah berikut. Suatu hari beliau keluar ke Tan’im, suatu tempat di dekat Mekkah, untuk menyaksikan kematian Khubaib bin Adiyyu, sahabat Rasulullah. berita itu beliau dengar dari pembesar musyrik Quraisy setelah mereka merasa menang menangkap sahabat Rasulullah itu. Ramai orang-orang Quraisy berkumpul di tempat itu. Diantara pembesarnya ada Abu Sufyan bin Harb, Shofwan bin Ummayah dll. Kesempatan ini digunakan musyrik Quraisy untuk mencari perhatian orang-orang dan sekaligus membuat balas dendam kepada Rasulullah setelah mereka kalah dalam perang Badar.

Tangan Khubaib diikat dengan tali kuat-kuat. Dan tubuhnya disalib di tiang. Tapi sebelum dieksekusi mati, Khubaib meminta mereka untuk sholat dua rakaat. “Jika kalian tidak keberatan. Tinggal aku sendirian. Aku hendak sholat dua rakaat sebelum kalian membunuhku” kata Khubaib. Mereka pun memenuhi permintaannya. Khubaib pun melakukan sholat dua rakaat. Selesai sholat, mereka mulai memotong tubuhnya di hadapan orang ramai. Satu demi satu anggota tubuhnya dipotong. Pada waktu itu Sa’id melihat Khubaib menghadapkan wajahnya ke langit sembari berdo’a, “Allahumma Ahshihim ‘adada waqtulhum badada wala tughodir minhum ahada (Ya Allah beri balasan pada mereka satu demi satu tidak ada yang tertinggal. Bunuhlah mereka hingga tidak tersisa. Dan jangan ada yang lari dari mereka satupun.” Beberapa lama kemudian beliau menghembuskan nafasnya setelah tusukan pedang dan pukulan menghujani tubuhnya.

Sejak peristiwa itu, dirinya sangat susah untuk membuang ingatan itu. Ada pelajaran penting dari peristiwa itu yaitu hidup memagang akidah dan berjuang di jalan Allah hingga titik darah terakhir. Dengan keimanan akan lahir kekuatan. Setelah melalui perenungan, tiba-tiba cahaya Islam datang di hatinya. Maka sejak itu dirinya berikrar masuk Islam di hadapan orang ramai. Dan berjanji meninggalkan sesembahan patung dan prilaku jahiliyah.

Setelah itu beliau pergi ke Madinah untuk bertemu dengan Rasulullah. di sanalah beliau menimba ilmu Islam dari Rasulullah dan memberikan bakti kepada Rasulullah. beliau juga ikur dalam perang Khoibar dan peperangan setelahnya. Beberapa tahun kemudian Rasulullah pun wafat. Beliau sangat ridho dengan takdir Allah itu. Wafatnya tidak mengurangi ketakwaannya kepada Allah.

Pada masa kekholifahan Umar, beliau ditunjuk untuk menjadi penguasa di “Himsh”. Dengan rendah hati beliau menolak tawaran itu. Umar pun sedikit marah dengan penolakannya itu. “Demi Allah, aku tidak akan biarkan kamu. Apakah kalian akan letakkan amanah dan khilafah itu semua di pundakku, kemudian kalian tinggalkan aku?” begitu kata Umar. Akhirnya beliau menerima tawaran umar itu. Umar pun kemudian memberikan bekal kepadanya.

Pada waktu Umar datang ke Syam dan tinggal di Himsh, Umar meminta daftar orang-orang miskin. Ternyata diantar daftar orang-orang miskin itu ada nama Sa’id bin ‘Amir. Kontan saja Umar menanggis melihat keadaan itu. Hingga kemudian Umar memberinya seribu dinar. Ketika uang itu diambil darinya, Sa’id mengembalikan lagi ke Umar sembari berkata, “Kami milik Allah dan kami kelak akan kembali pada-Nya.” Istri Umar merasa heran dengan sikapnya itu. “Kamu ini kenapa Sa’id” kata istri Umar. “Keduniaan datang menghantuiku bersamaan dengan fitnah dunia” kata Sa’id. Namun akhirnya uang itu diambilnya dan dibagikan kepada orang-orang miskin.

Suatu ketika penduduk Himsh melapor ke Umar bin Khottob bahwa Sa’id (pemimpinnya) tidak keluar rumah di waktu siang hingga sore dan tidak menerima tambu hingga malam. Dalam sebulan beliau hanya dua hari saja keluar untuk menyapa kami setelah itu kami tidak melihat lagi. Beliau pun tidak tahu dan sadar apa yang disekitarnya. Akhirnya Umar pun memangil Sa’id untuk bertanya mengenai keluhan dan laporan dari penduduknya. Dengan tenang beliau menjawab; yang pertama bahwa beliau tidak mempunyai pembantu. Maka setiap pagi membuah adonan dan membuat roti sendiri untuk dibagikan kepada penduduk. Setelah itu beliau berwudhu dan keluar rumah. Kedua, malam dijadikan untuk ibadah kepada Allah dan siangnya untuk mengabdi pada rakyatnya. Ketiga beliau tidak mempunyai pembantu dan juga baju penganti. Kemudian beliau cuci bajunya sekali dalam sebulan dan menunggu baju itu hingga kering. Kemudian beliau keluar menjumpai rakyatnya di petang hari. Keempat, beliau seolah-olah tidak peduli ketika beliau mengingat kematian Khubaibib bin Adawiyy.

Beliau dikelan sebagai penguasa yang zuhud dan menzakatkan uang yang diterimanya. Pada tahun 20 Hijriah, beliau meninggal dunia di Syam.

Refrensi/Rujukan

  1. al-Qur'an al-Karim
  2. al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibn Katsir
  3. Hilyatul Aulia, Abu Nu'aim al-Ashbahany
  4. As-Siroh an-Nabawiyah, Ibn Hisyam
  5. al-Ishobah fi tamyiz as-Shohabah, Ibn Hajr asl-Atsqolani
  6. Shuwarun min hayati as-Shohabah, Dr.Abdurahman Ro'fat Pasha
  7. Udhomaul Islam, Muhammad Siad Mursy
  8. Rijalun wa nisaun haula Rasul (kompilasi dari kitab at-Thobary, Ibn Katsir, Ad-Dhahby dan As-Suyuti), Ahmad Sya'ban bin Ahmad
  9. Rijalun wa nisaun haula Rasul, Said Yusuf Abu Aziz
  10. Rijalun haula Rasul, Kholid Muhammad Kholid
  11. Shohih Muslim
  12. Musnad al-Imam Ahmad
  13. Fathul Bary fi Syarh as-Shohih al-Bukhori, Ibn Hajar
  14. Sirah Rijal haula ar-Rasul, Hany an-Najah, penerbit at-Taufiqiyah, Kairo, Mesir tanpa tahun.

Abdullah bin Zubair bin al-Awwam

Nama lengkapnya Abdullah bin az-Zubair bin al-Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bi Qushai. Beliau adalah anak dari bibi Rasulullah. Ibunya bernama Asma binti Abu Bakar as-Siddiq. Pangilannya Abu Bakar. Gelarnya ‘Aidzullah’ (yang berlindung pada Allah). Ayahnya az-Zubair bin al-Awwam adalah termasuk pengikut setia (hawariy) Rasulullah dan salah satu dari sepuluh sahabat yang dikabarkan akan masuk surga.

Mengenai kelahirannya, Asma (ibunya) bercerita bahwa suatu hari ketika sedang hamil tua keluar rumah. kira-kira kandungan itu sudah berumur sembilan bulan. Ibunya pergi ke Madinah dan berhenti di Quba ketika dirinya merasa bayinya hendak keluar. Firasatnya itu betul. Tak lama setelah berhenti sejenak di Quba, bayinya lahir. Setelah ibunya membawa bayi itu ke tempat Rasulullah agar didoakan. Rasulullah pun mengunyah kurma hingga lembut kemudian menyuapkan kepada bayi itu sembari berdo’a. Jadi pertama-pertama yang masuk di tenggorokan bayi itu adalah suapan Rasulullah. Bayi itu diberinama Abdullah. Itulah awal kelahiran bayi muslim dalam Islam setelah terjadi peristiwa hijrah ke Madinah yang langsung disuapi dan dimanai Rasulullah.

Kelahirannya disambut meriah dan riang gembira oleh umat Islam yang ada di Madinah. kenapa demikian? Konon ceritanya bahwa orang-orang Yahudi telah menyihir hingga umat Islam tidak melahirkan bayi. Beruntunglah Abdullah mendapatkan didikan langsung dari Rasulullah sejak kecil. Maka tidak heran jika pada umur 7 atau 8 tahun memberikan sumpah setia kepada Rasulullah untuk tegaknya ajaran Islam. kehadirannya disambut Rasulullah dengan senyum ketika dirinya menyatakan diri untuk memberikan sumpah setia (bai’ah) (lihat Shohih Bukhri; 2146).

Sejak dirinya memberikan sumpah setia (bai’ah), waktunya digunakan untuk menimba ilmu langsung dari Rasulullah. Seakan-akan tidak ada jalan melainkan jalan ke rumah Rasulullah yang dituju. Apalagi Aisyah, istri Rasulullah, adalah bibinya yang baik hati. Sehingga dirinya merasa benar-benar seperti anaknya. Maka tidak mengherankan jika beliau diantara para sahabat yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah langsung. Dan juga dari ayah, paman (Abu Bakar), ibu dan bibinya (Aisyah). Dalam masalah ibadah beliau juga sangat tekun dan istiqomah serta penuh khusyu’. Mujahid berkata, “Ibn Zubair jika sedang sholat badanya seperti tiang (khusyu’). Seperti halnya Abu Bakar.” Tsabit al-Banany bercerita, “Suatu hari saya lewat di samping Ibn Zubair yang berada di belakang tempat sedang sholat. Dirinya seperti kayu yang ditancapkan; tidak bergerak (karena khusyu’).

Dari Utsmanbin Tholhah berkata, “Ada tiga perkara yang tidak dapat dikalahkan dari Ibn Zuabair; dalam keberanian, ibadah dan kepandian beretorika (balaghoh).” Dari ibunya berkata, “Ibn Zubair selalu sholat malam dan berpuasa di siang hari.” Dari Muslim bin Niyaqb berkata; “Ibn Zubair suatu hari ruku’. Waktu itu kami membaca surah al-Baqoroh, Ali Imron, an-Nisa dan al-Maidah. (Hingga surah itu selesai dibaca) beliau belum mengangkat kepalanya.” Tidak mengherankan jika di kalangan sahabat beliau dikenal dengan sebutan ‘Hamam al-Masjid”(merpati masjid).

Kurang lebih 8 tahun 4 bulan beliau bergaul dekat dengan Rasulullah. Setelah beliau ditinggal Rasulullah menghadap sang Kholik.

Suatu hari beliau sedang bermain dengan anak-anak seusinya. Peristiwa itu terjadi pada waktu kholifah Umar bin Khottob. Ketika Umar datang, kawan-kawannya itu lari menjauh sementara dirinya masih berdiri di tempatnya. Umar bertanya, “Kenapa tidak ikut lari bersama kawan-kawanmu?” beliau menjawab, “Saya tidak berbuat jahat dan dosa, kenapa harus lari. Dan jalan pun tidak sempit hingga aku beri jalan untukmu.” Mendengar jawab itu, Umar pun kemudian pergi melewati jalan itu.

Mengenai keberaniannya, Mush’ab bin Abdullah berkata, “Ayahku bercerita padaku dan juga az-Zubair bin Hubaib. Suatu hari Ibn az-Zubair berkata. “Kelompok Jurjair dengan jumlah tentara 120 ribu orang menyerang kami. Kemudian mereka mencoba mengepung kami yang jumlahnya cuma 20 ribu.” Dalam riwayat Hisyam bin Urwah diceritakan bahwa bahwa pada waktu peran Jamal, Ibn az-Zubair diambil di tenggah-tengah orang-orang yang terbunuh (beliau masih hidup). Tubuhnya terkena luka parah akibat terkena 70 lebih pukulan dan tusukan.”

Dari Urwah diceritakan bahwa Ibn Zubair ikut membonceng kuda di belakang ayahnya pada waktu terjadi perang Yarmuk. Waktu itu berumur 20 tahun. Beliau juga ikut dalam penaklukan Afrika pada masa kholifah Utsman. Begitu juga beliau menjaga Kholifah Utsman di rumahnya.

Setelah wafatnya Muawwiyah bin Abu Sufyan, kekholifahan digantikan anaknya, Yazid. Yazid menyuruh beliau untuk memberikan sumpah setia atas kekholifahannya itu. Hanya saja beliau enggan memenuhi permintaannya. Beliau lebih memilih pergi jauh ke Mekkah. Sikapnya itu membuat Yazid marah. Tapi apa hendak dikata. Beliau memang enggan.

Beberapa tahun kemudian akhirnya Yazid wafat. Maka beliau dibai’ah untuk mengantikan khilafah itu. Beliau pun menerima. Beliau memerintah di Mesir, Hijaz, Yaman, Iraq, Khurosan dan sebagian besar Syam. Semua penduduk patuh dan taat kepada beliau. Madinah Munawaroh dijadikan sebagai ibuk kota pemerintahannya. Masa kekholifahannay hingga tahun 9 Hijriah.

Diantara proyek pembangunan yang beliau lakukan adalah pembaharuan dan renovasi Ka’bah dengan tidak membuah tiang-tiang penting yang diletakkan nabi Ibrahim. Prestasi lain yaitu beliau orang pertama yang membuat mata uang dirham berbentuk bulat. Uang dirham itu di salah satu sisinya bertulis Muhammad Rasulullah. Dan pada sisi lainnya, “Amrullah bil fawa’ wal adl.”

Selama hidupnya dalam perjuangan menengakkan Islam, beliau telah meriwayatkan kurang lebih 32 hadits. Pada tahun 73 Hijriah beliau wafat di Mekkah setelah terbunuh oleh al-Hajaj bin Yusuf dalam peperangan dengan orang-orang Umawiyah. Hari wafatnya adalah hari Selasa, Jumadil Awwal tahun 73. waktu itu beliau berumur 72 tahun. Dikuburkan di Madinah. Kuburannya sekarang di masjid Nabawi bersampingan dengan Rasulullah, Abu Bakar dan Umar. Beberapa hari kemudian ibunya, Asma, meninggal dunia.

Abu Sufyan bin al-Harist

nama lengkapnya Abu Sufyan bin al-Harist bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdu Manaf al-Quraisy. Beliau adalah anak paman Rasulullah sekaligus saudara satu susuan (menyusu pada Halimah as-Sa'diyah). Beliau diantara orang yang mempunyai kemiripan dengan Rasulullah. beliau sangat mencintai Rasulullah. begitu juga sebaliknya. Mereka adalah teman akrab sejak kecil.

meskipun kedekatannya dengan Rasulullah secara psikologis dan tempat sejak kecil (sebelum datangnya Islam), hanya saja jalur hidupnya bersebrangan satu sama lainnya. Beliau memilih untuk berbeda keyakinan. Orang-orang mengira bahwa kelak beliau akan mengikuti ajaran yang dibawa Rasulullah. orang-orang justru terperanjat dan kaget ketika tahu bahwa beliau adalah diantara orang yang sangat membenci dan memusuhi ajaran Rasulullah. dengan segala cara beliau berusaha memusnahkan ajaran Islam. Beliau adalah seorang penyair yang handal. Untuk menyerang ajaran Rasulullah, beliau gunakan syair sebagai alat.

Kehadiran Islam di Mekkah setelah melalui dakwah secara terang-terangan disambut banyak orang. Meski banyak tekanan dan siksaan, Islam tetap tegar dalam menghadapinya. Bahkan sumpah setia (bai'ah) dari kaum Anshor semakin memantapkan dakwah Rasulullah. situasi membuat geram dan marah Abu Sufyan bin al-Harits.

Dengan kepandaian syairnya beliau mencoba membuat syair-syair penghinaan kepada Rasulullah agar umat Islam keluar Islam waktu itu. Dan berusaha mencari dukungan atas tindakannya itu. Namun emas tetaplah emas dimanapun diletakkan. Yang baik akan selalu dicari dan yang buruk akan dicampakkan. Tindakannya itu tidak mempengaruhi gerak dakwah Islam. Justru pengukit Rasulullah semakin bertambah yakin akan kebenaran ajaran Islam yang dibawanya. Dalam setiap peperangan, beliau selalu berada di barisan depan. Dengan kekuatan pedang dan lisannya beliau mencoba memerangi umat Islam. Hassan bin Tsabit , penyair Rasulullah, suatu hari ditantang Abu Sufyan. "Ayahmu, seorang ayah yang jahat. Begitu juga pamanmu. Kamu tidak lebih baik dari ayahmu dan pamanmu" syair ejekkan Abu Sufyan kepada Hassan. Hasan membalas, "Kamu hinda Muhammad, kemudian saya balas syair hinaan itu. Kelak Allah akan memberikan balasan atas tindakanku."

Setelah hamper 20 tahun memusuhi Rasulullah dan Islam, akhirnya beliau menemukan cahaya Islam di dadanya. Kedengkian dan sikap permusuhan yang ada dalam hati tiba-tiba musnah dan sirna. Cahaya Islam dalam hatinya datang ketika beliau tahu bahwa Rasulullah hendak pergi ke Mekkah untuk mentaklukannya. Setelah Rasulullah sampai di Mekkah, beliau dan anaknya, Ja'far, pergi menghadap Rasulullah untuk berikrar masuk Islam. Hanya saja Rasulullah tidak langsung menerimanya. Beliau berulang kali datang ke tempat Rasulullah untuk meminta restu dan ridhonya. Terakhir kali beliau bertemu dengan Abdullah bin Umayyah di kawasan antara Mekkah dan Madinah. Akhirnya mereka berdua pergi untuk menjumpai Rasulullah untuk minta restu. Kedatanganya mereka berdua juga belum merubah restu Rasulullah. hingga akhirnya Abu Sufyan bersumpah lebih baik mati kehausan dan kelaparan jika Rasulullah tidak memberi restu. Kabar ini didengar Rasulullah. Rasulullah pun akhirnya memberikan restu dan ridhonya. Sejak itulah dirinya menemukan kedamaian dalam Islam

Sejak dirinya memeluk Islam, seluruh waktunya digunakan untuk berbuat kebaikan untuk menebus kejahatan masa silamnya. Keduniaan sedikit dipalingkan. Siang untuk puasa dan malam untuk ibadah. Bahkan dalam suaru riwayat dari Said bin al-Musayyib diceritakan bahwa beliau melakukan sholat dari dhuhur ke ashar dan waktu-waktu yang dimakruhkan. Betapa dirinya merasa hina di depan Allah sehingga segala kemampuannya dicurakan untuk beribadah.

Pada waktu perang Hunain, beliau bersama Rasulullah ikut maju ke medan perang. Disitulah beliau mendapatkan pengalaman yang berharga meski cobaan demi cobaan menimpanya. Beliau tetap sabar menghadapinya dan tidak goyah dengan keislamannya. Mengenai hal itu Rasulullah bersabda, "Saya berharap beliau menjadi penganti Hamzah". Di waktu lain Rasulullah bersabda, "Abu Sufyan termasuk keluargaku yang baik."

Beberapa tahun kemudian Rasulullah menghadap sang Kholik. Wafatnya Rasulullah sangat memukul hatinya. Meski demikian beliau masih dalam keislamannya. Keyakinannya sudah mantap dalam hati.

Pada waktu kholifah Umar bin Khottob merasa ajalnya sudah mendekat. Maka dengan susah payah beliau mengali lubang kubur sendiri. Tepat pada tahun 20 Hijriah setelah pulang dari hari beliau meninggal dunia di Madinah. Menerut pendapat sejarawan beliau dimakamkan di Baqi'. Kononnya, sebelum wafatnya beliau pernah berkata, "Jangan tanggisi aku, saya ini belum bersih dari dosa-dosa masa lampau sejak masuk Islam."(lihat Usud al-Ghoyah, 6/155).

Wahsiyyu bin Harb

Pada masa jahiliyah beliau adalah budak kepada Jubair bin Muht'im, salah seorang terhormat di kalangan Quraisy. Nama panggilannya Abu Dasmah. Dulu, beliau berharap dapat merdeka dan menjadi manusia yang bebas sebagaimana yang lain. Harapan dan cita-citanya itu terpenuhi. Hanya saja harga kemerdekaannya itu harus menumpahkan darah dan mencabut nyawa paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Mutholib pada wkatu perang Uhud. Peristiwa ini merupakan sejarah yang tak terlupakan baginya.

Paman beliau, Thu'aimah, terbunuh pada waktu perang Badr oleh Hamzah bin Abdul Muhtolib. Beliau sangat sedih atas kematian pamannya. Dan bersumpah kepada tuhan Uzza dan Latta untuk membalas dendam kematiannya itu. Sejak itulah, waktunya digunakan untuk mengintai kelengahan Hamzah.

Beberapa tahun kemudian, terdengar kabar bahwa orang musyrik Quraisy berencana hendak menghancurkan Muhammad bin Abdullah (Rasulullah) dengan melakukan penyerangan di Uhud. Kekalahan kaum musyrik Quraisy pada waktu perang Badr merupakan pukulan berat. Mereka seakan-akan terhina. Setelah mengumpulkan bala tentaranya, Abu Sufyan bin Harb sebagai panglima perangnya menuju ke gunung Uhud. Abu Sufyan bin Harb mencoba mengunakan trik dan maneuver dengan menghasut orang-orang untuk melakukan balas dendam atas kematian anaknya dan saudaranya pada waktu perang Badr. Hebatnya, diantara wanita yang ikut dalam perang ini adalah istrinya, Hindun bin 'Utbah. Hindun bersemangat untuk berperang karena ayah, paman dan saudaranya mati dalam perang Badr. Kesempatan perang Uhud hendak digunakan untuk membalas dendam.

Begitu juga Wahsyiyyu, beliau sangat bersemangat untuk berperang setelah dihasud oleh Jubair bin Muht'im, tuannya. Oleh tuannya, beliau diiming-imingi dan dijanjikan akan dimerdekakan seandainya dapat membunuh Hamzah bin Abdul Mutholib. Tuannya termasuk orang musyrik Quraisy yang sangat benci terhadapa Rasulullah dan ajaran Islam.

Tanpa membuang-buang waktu beliau langsung keluar ke medan perang ikut di belakang pasukan wanita. Perasaan dendam di hatinya semakin membara ketika sampai di gunung Uhud. Pertempuran antara umat Islam dan kaum musyrik Quraisy dimulai setelah saling bertemu semuanya. Di tengah-tengah berkecamuknya perang itu, beliau menyelinap diantara barisan tentara untuk mencari Hamzah bin Abdul Mutholib. Tidak beberapa lama, beliau pun bertemu dengan Hamzah. Baginya tidak terlalu sukar untuk mencari sosok Hamzah. Setelah berhadapan dengannya, beliau langsung menghunuskan pedangnya dan memukulnya kuat-kuat di perut Hamzah hingga pedang itu menancap di tubuhnya. Setelah merasa puas, beliau biarkan pedang itu menancap karena yakin bahwa Hamzah sudah meningggal.

Dalam perang ini banyak tentara muslim yang terbunuh. Hindun, istri Abu Sufyan bin Harb, tanpa rasa hormat dan jiwa kemanusian langsung merobek-robek isi perut mayat umat Islam, mencukil matanya, memotong hidungnya dan juga telinggannya. Betapa busuknya hati wanita itu hingga memperlakukan mayit secara tidak manusiawi. Selesai perang itu, Wahsyiyyu pulang ke Mekkah untuk menemui tuannya dan menagih janjinya. Tuannya pun memenuhi janjinya. Sejak itulah beliau menjadi merdeka!

Meskipun beliau sudah puas karena telah membalas kematian pamannya, dan juga dirinya sudah merdeka. Hanya saja beliau justru tidak menemukan ketenangan dalam hatinya. Perasaan takut dan gelisah menghantui dirinya. Kekalahan dalam perang Uhud tidak menyurutkan semangat umat Islam. Bahkan orang-orang yang memeluk Islam semakin bertambah. Kabar ini semakin menambah gelisah hatinya. Untuk menenangkan hatinya, beliau berusaha keluar dari Mekkah mencari tempat yang dianggap tenang di Thoif. Kegelisahan dan kesedihan masih juga merongrong di hatinya. Akhirnya pindah ke Syam, Yaman dan tempat-tempat lainnya.

Suatu hari beliau bertemu dengan seseorang. Orang itu menasehati dirinya bahwa Muhammad bin Abdullah (Rasulullah) tidak akan membunuh orang jika dirinya masuk agamanya dan bersaksi dengan dua syahadat. Ucapannya itu sedikit mengurangi kegelisahannya. Akhirnya beliau pergi ke Yastrib (Madinah) untuk bertemu Rasulullah. sesampainya di Yastrib (Madinah) beliau langsung menuju masjid. Di sinilah beliau bertemu Rasulullah dan menyatakan diri masuk Islam setelah membaca dua kalimat syahadat. Beliau sangat menyesal dengan dosa-dosa yang dibuat terhadap umat Islam. Namun penyesalan yang dialaminya tidak menjadikan dirinya memulai lembaran hidup baru dalam cahaya Islam. Karena dalam ajaran Islam bahwa dosa-dosa sebelum yang dilakukan sebelum Islam akan terhapus dengan keislamannya.

Beberapa tahun kemudian Rasulullah wafat. Muncullah kelompok orang-orang murtad (keluar dari Islam) dan pengaku nabi (nabi palsu) dari bani Hanifah. Padahal dalam ajaran Islam, bahwa Muhammad bin Abdullah adalah nabi akhir zaman, tidak akan ada nabi setelahnya. Situasi ini sangat merusak sistem dan ajaran Islam yang telah dibawa Rasulullah melalui wahyu yang diterimanya. Maka untuk memulihkan stabilitas umat Islam dan meluruskan pandangan yang keliru itu, kholifah Abu Bakar mengumpulkan tentara Islam untuk memerangi mereka dan mengembalikan mereka ke jalan yang benar. Mendengar kabar ini, beliau (Wahsyiyyu) merasa terpanggil untuk membuktikan kesetiaan kepada ajaran Islam dan menghapus dosa-dosa masa lampau sebelum masuk Islam. Dalam hatinya berkata, "Inilah kesempatan emas untuk membuktikan keislamannya."

Dengan langkah pasti beliau keluar rumah membawa pedang yang pernah digunakan untuk membunuh paman Rasulullah, Hamzah., untuk bergabung dengan tentara muslim. sebelum berangkat, dalam hatinya berniat untuk membunuh Musailamah al-Kazzab, sang nabi palsu dari bani Hanifah di Yamamah. Tentara muslim bertemu kelompok murtad pimpinan Musailamah bertemu di Hadiqotul Maut (Taman kematian). Kononnya, disebut nama itu karena menjadi sarang dan tempat berlindung kelompok murtad dan banyak yang mati darinya. Perang pun berkecamuk. Beliau berusaha mengintai gerak-gerik Musailamah. Ketika tentara muslim berhasil menyempitkan langkah Musailamah, beliaupun maju dengan menghunus pedangnya. Antara beliau dan tentara muslim berusaha memukulkan pedangnya kearah Musailamah dengan kuat-kuat. Hingga akhirnya Musailamah terbunuh. Hanya saja pedang siapa yang berhasil membunuhnya, Wahsyiyu atau tentara muslim lain (dari Anshor)? Kalau memang pedangnya Wahsyiyu, maka dengan pedang itu beliau telah membunuh orang terbaik setelah Rasulullah (Hamzah). Dan juga orang yang paling jahat setelah Rasulullah (Musailamah al-Kazzab).

Beginilah cara orang muslim menghapus dan mengilangkan dosa-dosanya dengan kebaikan. Dan berusaha sepanjang hayatnya untuk menjadi hamba yang baik; berkhidmah untuk ketegaknya ajaran Islam. "Sesungguhnya kebaikan akan menghapuskan keburukan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu ingat kepada Allah"(QS.Hud;114).

Setelah itu beliau ikut dalam perang Yarmuk. Hidupnya dihabiskan di Hamsh, Syam hingga wafatnya.

Zaid bin Khottob

Nama lengkapnya Zaid bin Khottob bim Nufail bin Abdul Uzza al-Adqiyyu. Beliau adalah saudara Umar bin Khottob dari pihak ayah. Beliau lebih tua dari Umar bin Khottob. Nama panggilannya Abu Abdurrahman.

Dikalangan para sahabat beliau termasuk golongan muhajirin yang pertama karena beliau lebih dulu masuk Islam daripada suadaranya. Beliau berbadan tinggi, tegak, kulitnya agak coklat, kalau berjalan berwibawa dan punya pendirian kuat. Beliau termasuk penunggang kuda yang hebat di kalangan sahabat.

Pada waktu Rasulullah perintahkan umat Islam berhijrah ke Madinah karena adanya tekanan dan siksaan dari musyrik Quraisy, beliau bersama saudaranya Umar, keluarganya dan juga kaumnya ikut berhijrah. Karena perawakannya yang tinggi dan gagah, beliau ditugasi untuk mengawal dan menjaga orang-orang yang lemah yang ikut berhijrah ke Madinah. Sesampainya di Madinah, Rasulullah mengenalkan beliau dengan Ma'n bin Adwy al-Anshory.

Beberapa tahun kemudian Rasulullah mengizinkan umat Islam untuk berperang melawan orang-orang yang menentang dan menyiksa umat Islam. Dengan penuh keikhalasan, beliau orang pertama yang menyambut perintah Rasulullah untuk berperang. Dirinya merasa terpangil untuk menyumbangkan kemampuannya demi tegakknay ajaran Islam. Hal ini didasarkan pada keimanan, ketakwaan dan akidah yang tertanam dalam hatinya dan mengharapkan keridhoaan dari Allah.

Pada waktu perang Badr, beliau ikut berperang. Beliau diantara tentara hasil didikan Rasulullah yang dengan ikhlas sanggup berkorban untuk tegaknya kedamaian di muka bumi. Perang itu dimenangkan oleh umat islam. Setelah itu datang perang Uhud. Beliau dengan segenap kemampuannya menyambut panggilan suci itu. Dengan gagah berani beliau maju ke gunung Uhud, tempat terjadinya perang. Seolah-olah dunia tidak lagi dihiraukan. Yang ada dalam dirinya adalah ibadah kepada Allah. Umar mendatangi beliau sambil membisikkan, "Ambil baju perangku, untuk menjaga tubuhmu dari tusujan panah." Dengan cerianya beliau menjawab, "Saya ingin mati syahid seperti kamu juga."

Diantara peristiwa-peristiwa penting yang beliau ikuti adalah perang Khandaq, sumpah setia (Bai'ah) di Hudabiah. Beliau bersumpah setia dihadapan Rasulullah hingga wafatnya untuk membela Islam. Dan semua peperangn yang lainnya beliau ikut.

Setelah wafatnya Rasulullah, diantara umat Islam waktu itu yang mencoba keluar dari Islam. Bahkwan ada yang mendakwa sebagai nabi setelah kenabian Muhammad. Muncul keragu-raguan dan kemunafikan di sebagian umat Islam. Suasana ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang membenci Islam untuk menghancurkan nilai-nilai dan ajaran Islam. Maka untuk mengembalikan keaslian ajaran Islam sebagaimana diamanahkan Rasulullah, Umar bin Khottob menyuruh umat Islam untuk menyerang kelompok yang mencoba keluar dari Islam. Kholid bin bin al-Walid sebagai panglima perang bersama tentara yang lain datang ke Yamamah. Zaid bin Khottob tidak ketinggalan ikut dalam peperangan itu. Beliau lah yang membawa bendera perang dari kaum Anshor. Dalam perang inilah beliau membunuh Rojjal bin Anwafah (dulunya masuk Islam kemudian bersekutu dengan nabi palsu, Musailamah al-Kazzab untuk menyesatkan umat Islam). Kematiannya melemahkan kelompok orang-orang murtad. Cita-citanya mati syahid terpenuhi. Setelah terjadi peperangan sengit, beliau terbunuh dalam perang itu oleh Abu Maryam al-Hanafy.

Setelah perang usai, Umar bin Khottob mendengar bahwa saudaranya mati syahid di medan perang. Umar pun berkata, "Zaid bin Khottob telah mendahuluiku dalam dua kebaikan; beliau lebih dulu masuk Islam dan mati syahid."

Firman Allah, "Wahai orang-orang yang beriman, maukah kalian aku tunjukkan suatu tijaroh (niaga/perdagansgan) yang dapat menyelamatkan kalaian dari siksaan yang pedih. (hendaklah) kalian beriman kepada Allah dan Rasulullah, berjihad di jalan Allah dengan hartamu dan dirimu (nyawamu). Yang demikian itu jauh lebih baik bagi kalian jika kalian tahu."(al-Qur'an, surah as-Shof;10-11). "Diantara manusia ada yang menjual dirinya (berkorban dengan jiwanya) untuk mencari ridho Allah."(al-Qur'an, al-Baqoroh; 207).

Suhail bin Amru

Nama lengkapnya Suhail bin Amru bin Abdu Syam bin Abdu Wud bin Nasr bin Malik bin Hasal bin Ibn 'Amir bin Lua bin Gholib bin Fahr al-Quriasyi al-Amiry. Beliau adalah ayah dari Abu Jundil.

Beliau adalah orang berpengaruh di Quraisy. Sang orator dan juru bicara di kaumnya. Pada masa jahiliyah beliau sangat memusuhi Islam dan Rasulullah. beliau selalu berusaha memalingkang dakwah Islam yang dibawa Rasulullah dari manusia dengan segala cara. Kebencian terhadap Islam begitu kentara. Setelah beberapa lama kemudian, beliau dikejutkan oleh berita bahwa anaknya Abdullah dan Ummu Kultsum masuk Islam dan ikut berhijrah ke Habaysah (Ethopia).

Perang Badr merupakan lembaran sejarah baru baginya. Beliau ikut berperang di Badr dari kelompok yang memusuhi Islam. Waktu itu kelompok yang memusuhi Islam dapat dikalahkan. Kemenangan ada di pihak muslim. Beliau termasuk diantara orang-orang yang menjadi tawanan pihak muslim. Dirinya merasa enggan mengakui kekalahannya. Ketika beliau hendak menebus dirinya dengan hartanya agar dibebaskan, Umar bin Khottob langsung memandanginya. Umar berkata kepada Rasulullah, "Biarkan aku patahkan gigi depanya supaya tidak dapat berbicara lagi di tempat-tempat kumpul Quraisy." Rasulullah menjawab, "Jangan, biarkan saja begitu wahai Umar. Semoga kelak akan membuatmu senang dan gembira, inysa Allah."

Beberapa tahun kemudian, terjadilah perdamaina Hudaibiyah antara Rasulullah dengan pengikut kafir Quraisy. Suhail bin Imran menjadi utusan dari kafir Quraisy dalam perundingan itu setelah utusan-utusan sebelumnya tidak mampu menandingi kejujuran dan kabaikan Rasulullah. Perbincangan dan dialog berlangsung antara Suhail dengan Rasulullah. beliau berusaha meyakinkan Rasulullah dengan perjanjian itu.

Pada tahun 8 Hijriah, Rasulullah bersama umat Islam pergi untuk mentaklukan Mekkah setelah kafir Quraisy mengingkari perjanjian yang dibuat dengan Rasulullah. Sejak penaklukan Mekkah, umat Islam yang dulunya berhijrah, kini kembali ke tempatnya semula dengan rasa aman. Bendera Islam berkibar di mana tanpa rasa takut dimusuhi dan ditekan dari orang-orang yang tidak senang. Meskipun demikian, Rasulullah tetap memperlakukan orang-orang musyrik Quraisy penuh toleran dan saling menghormati. Dengan rendah hati Rasulullah berucap di depan mereka, "Wahai orang-orang Quraisy semua, Apa yang kalian kira yang akan saya perbuat terhadap kalian?" orang yang dulunya memusuhi Rasulullah dan ajaran Islam, Suhail bin Imran menjawab, "kami kira suatu kebaikan, wahai saudara yang baik dan anak yang baik." Setelah itu Rasulullah berkata kepada mereka, "Silahkan kalian pergi (sesuka hati) sebab kalian sudah merdeka (bebas)..!!

Mendengar ucapan itu, beliau meminta kepada anaknya, Abdullahm, untuk meminta perlindungan dari Rasulullah. anaknya bergegas menjumpai Rasulullah menyampaikan maksudnya. Setelah beberapa lama, Rasulullah berkata kepada para sahabat, "Barangsiapa diantara bertemu Suhail, jangan sekali-kali sakiti dan cederai dia. Demi jiwaku, Suhail adalah seorang yang mempunyai akal sehat dan kemuliaan…"). Akhirnya beliau tanpa ada paksaan dan tekanan, menyatakan masuk Islam. Orang-orang yang masuk Islam ketika penaklukan Mekkah dijuluki thulaqo (orang-orang yang merdeka (bebas).

Meski beliau baru masuk Islam setelah penaklukan Mekkah, beliau berani merubah menjadi seorang hamba Allah yang sangat taat, berzuhud dan siap berjuang untuk kejayaan Islam.

Setelah mendengar wafatnya Rasulullah, keimanannya kepada ajaran Islam tetap tertancap dalam hatinya. Tidak berubah sedikitpun. Bahkan dengan lantangnya beliau berkata kepada sahabat yang lain, "Barang siapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak akan mati."(HR.Baihaqi)

Sikap dalam perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam (setelah wafatnya Rasulullah) dapat dilihat dari keberaniannya sebagaimana ditunjukkan oleh Abu Bakar di Madinah. Meski tinggal di Mekkah, beliau berusaha untuk memperjuangkan nilai-nilai ajaran Islam. Beliau sadar bahwa keislamannya masih baru dibanding sahabat-sahabat yang lainnya. Maka tidak heran jika waktunya digunakan untuk taqarrub kepada Allah.

Pada waktu terjadi perang antara umat Islam dengan bangsa Rum di Syam, beliau memangil anak-anaknya, istrinya dan cucunya untuk memberikan arahan mengenai perjuangan di jalan Allah. Dengan suara lantang beliau berkata, "Demi Allah, sekali-kali saya tidak akan tinggalkan perjuanganku dengan Islam seperti perjuanganku dulu dengan barisan Musyrik, begitu juga saya akan menafkahkan semua yang ada seperti yang saya perbuat dengan barisan musryrik dulu. Demi Allah, hingga pun mati syahid di jalan Allah ini, saya tidak akan mundur menghadapi musuh Islam."

Dalam peperangan itu beliau masih diberi umur panjang. Sehingga beliau masih sempat ikut dalam perang Yarmuk. Meski pada waktu perang Yarmuk umat Islam mendapatkan cobaan kekalahan, hanya beliau masih berumur panjang. Hingga dari peperangan ke peperangan beliau ikuti. Di perkampungan 'Amwas, di negeri Syam, terjadi wabah penyakit pes (mematikan). Beliau terkena penyakit itu. Beliau bersama semua keluarganya wafat akibat terkena penyakit pes (tho'un).

Buraidah bin al-Hashib

Nama lengkapnya Buraidah bin al-Hashib bin Abdullah bin al-Harits bin al-'Aroj bin Sa'ad bin Zarah bin Udwy bin Sahm bin Mazin bin al-Harits bin Salaman bin Aslam bin Afsha al-Aslamy. Biasa dipanggil Abu Abdullah. Pendapat lain mengatakan Abu Sahl dan Abu Sasan.

Perintah Rasulullah kepada umat Islam untuk berhijrah ke Madinah, setelah mendapatkan tekanan dan siksaan dari kafir Quraisy, memberikan makna penting bagi tersebarnya ajaran Islam. Hikmah perintah berhijrah adalah semakin banyak orang-orang yang memeluk Islam dan dukungan dari kaum Anshor. Bukan tekanan dan siksaan sebagaimana yang terjadi di Mekkah. Buraidah bin al-Hashib termasuk diantara para kaum Anshor yang menyatakan diri untuk membela ajaran Islam yang dibawa Rasulullah. bersama kawan-kawannya yang lain, beliau ikut sholat berjama'ah di belakang Rasulullah.

Dari Abdullah bin Buraidah bercerita bahwa ayahnya bersama 70 orang dari keluarganya dari bani Sahm melakukan suatu perjalanan. Kemudian berjumpa dengan Rasulullah. Rasulullah bertanya, "Kamu siapa?" beliau menjawab, "orang yang memeluk Islam (waktu itu)." Rasulullah berkata pada Abu Bakar, "Apakah kita terima" setelah itu Rasulullah bertanya, "Dari bani apa?". Beliau menjawab, "dari Bani Sahm." Rasulullah berkata, "Alangkah beruntungnya kamu."

Banyak sekali pengalaman dan kenangan manis selama bergaul dan berinteraksi dengan sahabat-sahabat lain. Diantara sahabat yang paling dicintai adalah Ali bin Abu Tholib. Hidupnya didekasikan untuk berjuang di jalan Allah. Beliau pernah ikut perang di Khurosan pada masa kholifah Utsman bin Affan. Beliau wafat pada masa khilafah Yazid bin Muawwiyah. Menurut Ibn Sa'ad beliau berumur 63 tahun.

Imran bin Hashain

Nama lenkapnya Imran bin Hashain bin Ubaid bin Kholaf bin Abd Nahm bin Khudaifah bin Juhmah bin Ghodiroh bin Habasyiah bin Ka'ab bin Amru al-Khaza'i. beliau diantara sahabat yang do'anya mustajab (dikabulkan oleh Allah). Panggilannya Abu Nujaid al-Khuza'i. Mengenai sejarah keislamannya, dapat kita kita telurusuri dari kisah berikut.

Pada waktu tahun Khaibar, beliau mendatangi Rasulullah untuk memberikan sumpah setia (bai'ah). Sejak itulah segala perbuatan dan amalannya diarahkan untuk kebaikan sebagaimana dianjurkan Islam. Beliau bersama ayahnya dan Abu Hurairah memeluk Islam pada masa yang sama, yaitu tahun ke-7 dari kenabian Muhammad. Kehidupan para sahabat pada umumnya, diselimuti oleh kerinduan untuk menjadi hamba yang baik.

Diceritakan bahwa ayahnya datang menjumpai Rasulullah. Rasulullah bertanya padanya, "Wahai Hushain, berapa Tuhan yang kamu sembah?" ayahku menjawab. "tujuh. Enam di bumi dan satu di langit. "Mana yang yang kamu anggap sesuai dengan keinginanmu? Tanya Rasulullah. "Yang di langit" jawab ayahku. Rasulullah berkata, "Wahai Hushain, mau kah kamu jika aku ajarkan du kalimat yang bermanfaat untukmu. Setelah beberapa lama, akhirnya ayahku memeluk Islam. Setelah itu beliau mendatangi Rasulullah sembari berkata, "Wahai Rasulullah, ajarkan aku dua kalaimat yang Engkau janjikan dulu." Rasulullah berkata, "Ucapkan doa ini " Ya Allah berikan aku petunjukkan dan jaga aku dari kejahatan jiwaku."(HR.Tirmidhi).

Suatu hari para sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, kenapa hati kami sangat terenyuh ketika berada disamping Engkau, kami zuhudkan dunia ini seolah-olah kami melihat akherat di depan mata hingga ketika kami keluar dari tempatmu bertemu dengan istri, anak dan keduniaan kami ingkari diri kami..??" Rasulullah menjawab, "Demi jiwaku yang ada ditanggan-Nya, sekiranya kalian membiasakan hal semacam itu di rumahku niscaya para Malaikat menampakkan wujudnya. Tapi itu harus dilakukan sedikit demi sedikit." Hadits diatas menjadikan beliau (Imran) orang yang ingin selalu dekat dengan sang Kholik. Setipa waktunya akan digunakan untuk bermesraan dengan Allah.

Pada masa kholifah Umar bin Khottob, beliau diutus ke Basrah untuk menjadi Qodhi. Begitu juga untuk mengajarkan ajaran Islam kepada penduduk di sana. Dakwahnya banyak diterima oleh penduduk di sana. Mengenai hal itu Hasan al-Basru dan Ibn Sirrin berkata; "Tidak ada seorang sahabat Rasulullah yang datang ke Basrah melebihi kebaikan daripada Imran bin Hushain."

Ketika terjadi perselisihan antara Ali bin Abu Tholib dengan Muawwiyah, beliau tidak memberikan dukungan kemana-mana. Sikap ini diambil karena beliau melihat bahwa sekiranya memberikan dukungan kepada salah satunya, umat Islam justru semakin binggung dan terpecah belah. kalau berjumpa dengan orang Islam, beliau selalu berwasit, "Jangan sampai masjidnya kosong (gara-gara perselisihan)."

Selama bersahabat dan bergaul bersama Rasulullah, beliau ikut dalam beberapa peperangan. Dan masih tetap tinggal di kampungnya. Kemudian pindah ke Basrah. Dan akhirnya beliau mengalami sakit parah. Ketakwaan dan keimannya diuji oleh Allah pada waktu beliau sakit. Selama kurang lebih tiga puluh tahun rasa sakit menyertai dalam kesehariannya. Tidak pernah mengeluarkan kata-kata keluharan. Apalagi mengeluarkan kata-kata "tidak". Meski dalam keadaan sakit, dengan penuh kesabaran dan keridhoan, beliau tetap beribadah kepada Allah dengan berdiri, duduk atau berbaring.

Muthorif bin Abdullah bercerita, Imran bin Hushain berkata, "Saya ingin mengatakan sesuatu kepada kamu semoga perkataanku ini memberi manfaat. Rasulullah mengumpulkan antara ibadah haji dan umrah dan tidak pernah melarang itu hingga beliau wafat. Tidak ada ayat al-Qur'an yang melarang perkara itu. Sesungguhnya para malaikat selalu memberi salam kepadaku. Seelah itu beliau berkata, "ketika aku panaskan tubuhku dengan besi (karena sakiat), para Malaikat menahannya. Ketika aku tinggalkan pengobatan itu, para malaikat datang menjengukku "(HR.Bukhori).

Ibn Sirrin berkata, "Imran bin Hushain terkena penyakit as-suqya (air kuning yang ada diperutnya) selama tiga puluh tahun lamannya. Penyakit itu harus diobati dengan cara kayyu (menempelkan besi yang dipanaskan), hanya saja beliau menolak untuk diobati dengan cara itu. Keadaan ini berlangsung hingga 2 tahun sebelum wafatnya. Kemudian beliau melakukan pengobatan itu."(lihat Ibn Sa'ad, 4/288).

Setelah melalui masa-masa yang menyakitkan akibat sakit yang dideritanya, akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 52 Hijriah. Perjalanannya menuju akherat dipenuhi keridhoaan dan kesabaran.

Abu Lubabah bin Abdul Mundzir

Kehidupan para sahabat selalu diliputi oleh kedamaian dan ketenangan. Boleh jadi karena mereka bertemu langsung dengan Rasulullah, pesuruh Allah. Sehingga banyak perkara-perkara tidak diketahui langsung ditanyakan kepada Rasulullah. Kekhusyukan dalam beribadah disebabkan karena hatinya damai. Waktu ibadah benar-benar dicurahkan sepenuhnya untuk bermunajat dengan Allah.

Diantara sahabat yang dikenal ahli ibadah adalah Abu Lubabah bin Abdul Mundzir. Ketakwaannya kepada Allah menjadikan dirinya semakin dekat dengan-Nya. Pada waktu terjadi peristiwa sumpah setia (bai’ah) kepada Rasulullah dari para pengikutnya, beliau ikut hadir memberikan sumpah setia di Aqobah. Bersama Rasulullah, beliau juga ikut perang Badr.

Perjalanan dalam memperjuangkan ajaran Islam dipenuhi suka dan duka. Perang Azhab merupakan pengalaman yang tidak terlupakan baginya. Sebelumnya Rasulullah telah melakukan perjanjian dengan Bani Quraidhoh (keturunan Yahudi di Mekkah). Diantara butir-butir perjanjian itu adalah melakukan keamanan bersama atas kota Madinah dari ancaman dan tekanan luar. Hanya saja kemudian mereka (bani Quraidhoh) mengingkari perjanjian itu. Mereka berkata, "Kami tidak punya akad dan perjanjian dengan Muhammad!!. Pemutusan perjanjian dan pengingkarannya adalah pukulan bagi umat Islam waktu. Ketika umat Islam semakin lemah maka Allah datangkan pertolongan-Nya.

Dari Abu Said al-Khudry berkata, "Pada waktu perang Khandak kami bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, apa yang mesti kita katakan padahal kami semua sudah lemah? Rasulullah menjawab, "Ya, bacalah do'a Ahhumma ustur 'auratana wa aamin rau'atina (Ya Allah tutuplah aurat kami dan berilah rasa aman ketakuktan kami). Al-Khudry berkata, "Maka tiba-tiba angin kencang datang menghancurkan orang-orang kafir. Mereka dikalahkan dan dimusnahkan oleh angin itu "(HR.Ahmad). Dalam surah al-Ahzab ayat 9 Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman ingatlah nikmat allah yang diberkan kepadamu yaitu ketika datang bala tentara kepada kalian, kemudian kami kirimkan angin kencang dan tentara-tentara yang tidak nampak oleh mata. Dan Allah maha Tahu apa yang kalian lakukan." Selesai perang Ahzab, umat Islam kemudian mengepung bani Quraidhoh yang telah mengingkari perjanjian yang dibuat dnegan umat Islam ketika dalam masa yang susah.

Selama dua puluh lima malam Rasulullah dan umat Islam mengepung bani Quraidhoh hingga menyulitkan geraknya. Dan Allah pun telah turunkan rasa takut dalam hatinya. Melihat keterpurukan keadaan mereka, akhirnya Rasulullah mengajak mereka untuk membincangkan kembali dan menjauhkan hukuman itu. Kebaikan Rasulullah itu diterima dengan senang hati. Mereka datang kepada Rasulullah dan meminta agar Rasulullah mengutus Abu Lubabah bin al-Mundzir untuk berunding. Permohonan itu dipenuhi Rasulullah. Atas perintah Rasulullah, Abu Lubabah al-Mundzir pergi memjumpai mereka.

Khuzaimah bin Tsabit

Nama lengkapnya Khuzaimah bin Tsabit bin al-Fakih bin Tsa’labah bin Sa’idah al-Anshory al-Khothmiy al-Madany. Panggilannya Abu ‘Ammarah. Ibunya Kabsyah binti Aus as-Sa’idiyah.

Beliua termasuk golongan orang-orang yang memeluk Islam awal-awal. Beliau ikut dalam perang Badr dan peperangan setelahnya. Peperangan pertama yang diikuti adalah perang Uhud dimana beliau berhasil menghancurkan patung-patung bani Khutmah. Dikalangan sahabat beliau dikenal dengan julukan Dzu syahadatain (orang yang memberikan persaksian dua kali)

Kenapa begitu? Dari Ammarah bin Khozimah diceritakan bahwa pamannya bercerita padanya. Pamanku itu termasuk sahabat Rasulullah. Suatu hari Rasulullah hendak membeli kuda dari seorang Arab kampung. Rasulullah pun mengikuti orang itu untuk memastikan harga jualnya. Dikejarnya orang itu. Orang itu pun berjalan pelan-pelan. Setelah terjadi tawar menawar. Tiba-tiba datang beberapa orang ke penjual menawar kuda itu dan mereka tidak merasa kalau Rasullalah lebih dulu yang akan membelinya. Bahkan sebagian mereka ada yang berani membayar lebih dari tawaran Rasulullah. Setelah itu si penjual berteriak memangil Rasulullah, “Kamu jadi beli kuda ini ngak, kalau tidak akan saya jual.” Mendengar ucapan itu Rasulullah berkata, “Bukankah kamu saya telah membelinya darimu?” penjual menjawab, “Demi Tuhan, saya tidak menjualnya ke kamu.” Rasulullah berkata, “Tapi kamu telah menjualnya ke aku.” Kemudian penjual itu berteriak, “Silahkan kemari untuk menjadi saksi” Datanglah Khuzaimah bin Tsabit, “Saya bersaksi bahwa kamu telah menjualnya kepada Rasulullah.” Rasulullah memalingkan mukanya ke arah Khuzaimah, “Dengan apa kamu bersaksi.” Khuzaimah berkata, “Dengan kebenaranmu dan kejujuranmu wahai Rasulullah.” Setelah itu Rasulullah menjadikan persaksian Khuzaimah sama dengan dua persaksian.”

Dalam riwayat ad-Darul Quthni dari Abu Hanifah dari Hamadah dari Ibrahim dari Abu Abdullah al-Jadaly dari Khuzaimah bin Tsabit bahwa Rasulullah menjadikan persaksiannya sama dengan dua orang saksi. Zaid bin Tsabit pernah kehilangan satu ayat al-Qur’an dalam surah al-Ahzab setelah naskah aslinya dihapus. Kemudian Zaid datang mendapatkan kembali ayat itu pada Khuzaimah. Ayat itu berbunyi, “Diantara orang-orang mukin ada orang-orang yang yakin dan percaya dengan apa yang dijanjikan Allah padanya”(QS.al-Ahzab; 23). Dalam riwayat Khorijah bin Zaid disebutkan bahwa Zaid bin Tsabit tidak membenarkan suatu ayat melainkan di hadapan dua orang saksi yang adil (tidak membiasakan dosa besar apalagi yang kecil) dari sahabat Rasul. Kecuali jika saksi itu Khuzaimah, maka cukup satu. Sebab persaksiannya sama dengan dua orang saksi. Dari Abu Ya’la dari Anas berkata, “Bani Hayyan yang ada di Aus dan Khazroj saling berbangga. Kabilah Aus berkata, “Diantara kami (asal dari kabilah kami) ada orang yang dijadikan persaksiannya sama dengan dua orang saksi oleh Rasulullah.” Khuzaimah memang berasal dari Aus, maka tidak salah jika mereka berbangga dengan itu.

Dari Ahmad dari Abdurrazoq bin Muammar dari az-Zuhry menceritakan bahwa Khuzaimah mati syahid pada waktu terjadi perselisihan di Shiffin. Menurut al-Waqidy sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin al-Harist dari ayahnya dari Imarah bin Khuzaimah bin Tsabit berkata; Khuzaimah ikut berperang di Jamal tapi dia tidak membawa pedang. Setelah itu beliau juga ikut berperang di Shiffin. Beliau berkata, “Saya tidak berperang selamanya hingga Ammar terbunuh. Lihat siapa yang kelak akan membunuhnya. saya mendengar bahwa Rasulullah berkata dia akan dibunuh oleh kelompok pembrontak/sesat” (HR.Bukhori dan Muslim). Menurut Ibn Sa’ad beliau ikut dalam perang Badr dan mati syahid di perang Shiffin.

Thulaihah bin Khuwailid

Nama lengkapnya Thulaihah bin Khuwailid bin Naufal al-Asady. Beliau berasal dari dari bani Asad, yaitu suatu kabilah yang berada di antara Najd dan Furrat.

Pada tahun sembilan Hijriah, sekelompok orang utusan dari bani Asad, diantara mereka ada Thulaihah, datang kepada Rasulullah untuk menyatakan diri masuk Islam di hadapan Rasulullah. Sejak itulah dirinya menjadi seorang muslim.

Hanya saja beliau keluar dari Islam (murtad) dan mendholimi diri sendiri. Bahkan sebelum wafatnya Rasulullah, beliau mengutus saudaranya, khoyala, untuk menemui Rasulullah untuk memberitahu bahwa dirinya juga seorang nabo. Akhirnya terjadilah perang antara orang-orang murtad dengan umat Islam. Disitulah beliau dikalahkan.

Waktu itu Rasulullah mengutus Dhoror bin Azur al-Asady untuk menantang beliau. Kekuatan kelompok murtad semakin melemah dan tidak mampu melawan kaum muslimin.di tengah-tengah kekacauan itu Rasulullah menghadap sang Kholik, wafat. Keadaan ini membuat kelompok murtad semakain merajalela. Seakan-akan kesempatan emas untuk melancarkan ajaran untuk keluar dari Islam.

Abu bakar semakin bersemangat untuk memerangi kelompok murtad. Kematian Rasullah bukan semakin merisaukan, justru semakin tertantang untuk membela kebenaran ajaran Islam. Diutusnya Kholid bin Walid bersama lima ribu tentara untuk bertemu Thulaihah. Tentara kelompok Thulaihah jauh lebih banyak. Terjadilah pertempuran dahsyat di depan rumahnya. Kelompok murtad pimpinan Thulailah dapat dikalahkan. 'Iyanah bin Hashn, tangan kanan Thulaihah, akhirnya mengakui kebohongan Thulailah bahwa dia bukan nabi. Thulaihah akhirnya melarikan diri bersama istri ke Syam.

Tidak beberapa lama terdengar kabar bahwa beliau sudah bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Sejak itu waktunya digunakan untuk menjadi seorang muslim yang benar. Pada masa kholifah Abu Bakar, beliau pun pergi ke Mekkah untuk melakukan umrah. Hanya saja beliau tidak menjumpai Abu Bakar karena merasa malu. Sebelum wafatnya, Abu Bakar berpesan agar beliau tidak dilibatkan dalam penaklukan. Setelah Umar bin Khottob menjadi kholifah, beliau diperkenankan untuk ikut dalam penaklukan hanya saja tidak dibolehkan untuk menjadi ketua dan memangku jabatan penting.

Firman Allah dalam surah at-Taubah; 11, "Sekiranya mereka bertaubat (orang-orang musyrik) dan mengerjakan sholat dan membayar zakat maka mereka adalah teman seagamamu. Dan kelak akan kami jelaskan ayat-ayat itu kepada kaum yang tahu." Rasulullah bersabda, "Allah membentangkan tangga-Nya di malam hari untuk menerima taubat hamba yang berbuat dosa di sian hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat hamba yang berbuat dosa di malam hari hinggga matahari terbit dari Barat."(HR.Muslim)

'Ubbad bin Basyar

Nama lengkapnya 'Ubbad bin Basyar bin Waqsy bin Zughbah bin Za'waro bin Abdul Asyhal. Beliau dari Bani Israel.

Ketika Rasulullah, untuk pertama kali dalam sejarah Islam, mengutus Mush'ab bin 'Umair ke Madinah untuk mengajarkan Islam kepada penduduk, tidak sedikit dari mereka yang terbuka hatinya untuk menerima ajaran Islam. Hal ini terbukti bahwa ajaran Islam yang dibawa Rasulullah dengan cara hikmah, nasehat yang baik dan perbantahan yang baik lebih rasionl dan diterima oleh hati nurani. Diantara orang yang langsung menyatakan diri memeluk Islam adalah 'Ubbad bin Basyar.

Sejak hatinya dipenuhi oleh keimanan kepada Allah, maka Allah pun memberikan balasan atas segala kepasrahannya. Bahkan dunia ini diciptakan untuknya. Firman Allah yang bercerita tentang Nabi Daud, "

Dari Anas diceritakan bahwa Usaid bin Hadhir dan 'Ubbad bin Basyar berada di rumah Rasulullah pada waktu malam gelap gulita. Ketika keduanya keluar dari rumah Rasulullah, tiba-tiba salah satu tongkat dari keduanya menyala (mengeluarkan sinar). Kedunya pun berjalan di bawah terangnya sinar itu. Pada waktu keduanya berpisah untuk kembali ke rumahnya masing-masing, masing-masing tongkatnya menyala."(HR.Ahmad).

Setiap waktunya digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Terutama sekali untuk membaca al-Qur'an. Hingga dikalangan sahabat beliau dikelal 'shodiq al-Qur'an'(teman al-Qur'an). Dari Aisyah diceritakan bahwa suatu malam Rasulullah melakukan sholat tahajud di rumahku. Tiba-tiba Rasulullah mendengar suara 'Ubbad bin Basyr. Rasulullah berkata padaku, "Ya Aisyah, itu suara 'Ubbad bin Basyar." Aku pun menjawab, "Iya." Setelah itu Rasulullah berdo'a, "Ya Allah berilah ampunan padanya."

Dalam kesempatan lain Aisyah berkata, "Tiga orang dari Anshor yang tidak tertandingi kebaikannya. Mereka berasal dari bani Abdul Asyhal; Sa'ad bin Mu'adh, 'Ubbad bin Bisry dan Usaid bin Hadhir."(HR.Hakim).

Kecintaan kepada Islam tidak hanya ditampakkan dalam amalan dan ibadah sehari-hari, tapi beliau juga ikut berperang. Selama hidupnya beliau mengikuti semua peperangan. Beliau adalah seorang tentara yang gagah berani. Beliau juga ikut dalam memerangi Ka'ab bin al-Asyrof, seorang Yahudi yang sangat kejam. Rasulullah pernah mengutus beliau untuk mengumpulkan zakat di Muzinah dan bani Sulaim. Pada waktu perang Tabuk, beliau menjadi pengawal Rasulullah.

Setelah wafatnya Rasulullah, sebagian orang muslim yang imannya lemah mengira bahwa Islam sudah berakhir. Maka mereka pun tidak lagi mengikuti ajaran Rasulullah. Bahkan lebih parah lagi keluar dari Islam dan ada yang mengaku sebagai nabi. Diantara orang yang mengaku nabi adalah Musailamah al-Kazab. Melihat keadaan yang sangat memprihatinkan, maka Abu Bakar mengirim pasukan untuk membasmi fitnah orang-orang yang murtad. Beliau ikut dalam barusan pasukan umat Islam yang memerangi kemurtadan dan nabi palsu di Yamamah. Di pertempuran itulah beliau mati syahid.

Ketika wafat beliau berumur empat puluh lima tahun. Itulah sisi perjuangan dan pengorbanan seorang hamba Allah untuk menegakkan ajaran Islam.

Hatib bin Abu Balta'ah

Nama lengkapnya Hatib bin Abu Balta'ah. Ayahnya bernama Abu Balta'ah Amru bin 'Umair bin Salamah bin Bani Kholifah. Nama panggilanya Abu Abdullah. Pendapat lain mengatakan, Abu Muhmmad. Mengenai asal-usulnya, satu pendapat mengatakan beliau berasal dari Mudahij, sekutu bani Asad bin Abdul Uzza.

Firman Allah dalam surah al-Mumtahanah;1, disebutkan "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan musuhku dan musuh kalian wali-walimu". Dalam banyak riwayat, ayat di atas turun ketika beliau sedang mengajarkan Islam kepada orang-orang Quraisy.

Dalam riwayat Muslim dari Abu az-Zubair dari Jabir diceritakan bahwa seorang budak Hatim bin Abu Balta'ah datang kepada Rasulullah untuk mengadukan suatu hal mengenai Hatib. "Wahai Rasulullah, semoga Hatib masuk neraka!" kata budak itu. Rasulullah menjawab, "Tidak, sebab dia ikut dalam perang Badr dan perjanjian Hudaibiyah."

Selama berjuang bersama Rasulullah dalam menegakkan ajaran Islam, segala pengorbanan sudah dikeluarkan. Beliau pernah diutus Rasulullah untuk menemui Muqouqis, raja Mesir, pada tahun 6 Hijriah. Waktu dia berkuasa di Iskandaria. Setelah sampai di hadapan raja, beliau ditanya. "Ceritakan tentang orang yang menyuruhmu, bukan dia seorang Nabi?" kata sang Raja. Beliau menjawab, "Benar, dia utusan Allah." Sang raja berkata, "Kenapa dia tidak membiarkan kaumnya sebagaimana kaum itu menyuruhnya keluar dari negerinya. Beliau menjawab, "Nabi Isa bin Maryam gimana? Apakah kamu menbersaksi bahwa dia adalah utusan Allah. Apa salah dia sehinga kaumnya ingin menyalib dan tidak meninggalkan kaumnya hingga Allah angkat ke langit." Sang raja berucap, "Kamu benar, kamu sungguh bijaksana yang datang dari orang yang bijak." Setelah itu beliau pulang menghadap Rasulullah. Tidak disangka bahwa sang raja memberi hadiah untuk Rasulullah; Mariah Qibtiyah dan Sirrin, saudara perempuannya, juga wanita lain. Hingga akhirnya Qibtiyah dinikahi Rasulullah, Sirrin dinikahi Hassan bin Tsabit.

diantara hadits Rasul yang beliau riwayatkan adalah, Rasulullah bersabda, " Siapa yang pada hari Jum'at mandi setelah itu memakai pakian yang baik (suci) kemudian bersegera ke masjid, maka amalannya itu adalah penghabus dosa (kafaforh) dari Jum'at ke Jum'at."

Setelah menghabiskan umurnya untuk memperjuangkan Islam, akhirnya beliau wafat pada tahun 30 Hijriah. Utsman bin Affan ikut mensolati jenazahnya. Ketika wafat beliau berumur 56 tahun. Pendapat ini sejalan dengan riwayat al-Madainy.

'Ukkasyah bin Mihshin

Nama lengkapnya 'Ukkasyah bin Muhshin bin Hartsan bin Qois bin Marrah al-Asady beliau dari kabilah Quraiys. Nama panggilannya Abu Muhshin. Beliau termasuk sahabat yang disegani dan terhormat.

Setelah Islam mulai tersebar di Arab dengan cara hikmah, nasehat yang baik, muncul pertentangan dari pihak Quraisy. Dengan segala daya upaya, orang Quraisy ingin mepertahankan agama nenek moyangnya. Maka, orang Quraisy melakukan serangan terhadap nabi Muhammad dan pengikutnya.

Hanya saja tidak semua orang Quraisy, khususnya dari kalangan pemudanya, melihat Islam sebagai ancaman atas agama nenek moyangnya. Mereka justru melihat kehadiran Islam sebagai solusi atas semua persoalan hidup. Islam datang memberikan pencerahan baru. Diantara pemuda Quraisy yang terbuka hatinya untuk menerima ajaran Islam, setelah berpikir jernih, adalah 'Ukkasyah bin Muhshin, dari keturunan bani Abdu Syam.

Pada waktu Rasulullah perintahkan umat Islam untuk berhijrah ke Madinah karena adanya gangguan dan siksaan dari orang-orang Quraisy, beliau pun ikut berhijrah. Sejak hijrahnya, beliau merasa lebih aman dan tenang dalam menjalankan ajaran Islam. Hari-harinya dilalui penuh dengan kecerian dan kebahagian.

Rasulullah pernah mengutus beliau untuk pergi perang "Ghomr". Pada perang itu Rasulullah memang tidak ikut sehingga para sahabat. Bersama empat puluh orang, beliau melaksanakan perintah Rasulullah. Beliau berhasil mengalahkan penduduk Ghomr dan pulang ke Madinah dengan membawa harta rampasan perang.

Di kalangan kaumnya, beliau sangat disegani. Berwajah tampan dan gagah. Begittu juga pemberani. Ibn Ishaq menyebutkan, " Pada waktu perang Badr, 'Ukkasyah bin Mihson, sekutu bani Abdu Syam bin Abdu Manaf, ikut perang Badr. Beliau berperang dengan pedangnya hingga tangganya putus. Kemudian datang Rasulullah memberi tonggak pohon. Dalam riwayat lain batang pohon kurma. "Silahkan berperang dengan ini, wahai 'Ukkasyah!!. Setelah ambil dari tanggan Rasulullah, beliau gerak-gerakkan. Tiba-tiba tangannya yang panjang seperti memegang pedang yang keras bak terbuat dari besi. Beliau pun kemudian maju ke medan perang dengan pedang itu. Hingga kemudian Allah beri kemenangan untuk pasukan Islam" (HR.Baihaqi). pedang itu diberi nama 'al-Aun' (pertolongan). Pedang yang diberi Rasul itu masih ada hingga beliau terbunuh dalam peperangan melawan orang-orang murtad.

Perjuangan dalam membela Islam dengan segala kemampuannya, mengantarkan dirinya sebagai orang yang kelak mendapatkan surga. Rasulullah pernah mengkabarkan bahwa beliau termasuk 70 ribu orang yang masuk surga tanpa dihisab. Dari Abu Hurairoh bahwa beliau mendengar Rasulullah bersabda, "70 ribu dari umatku akan masuk surga tanpa dihisab. Wajah mereka cerah bagaikan cerahnya cahaya rembulan pada malam bulan purnama. Abu Hurairah bercerita, "Tiba-tiba 'Ukkasyah berdiri sambil mengangat tanganya berkata: "Wahari Rasulullah, Doakan saya menjadi goloangan mereka (masuk surga)." Rasulullah pun berdo'a, "Ya Allah semoga dia termasuk dari golongan mereka." Kemudian seorang dari Anshor berdiri dan berkata, "Wahai Rasulullah, doakan saya juga." Rasulullah menjawab, "Ukkasyah lebih dulu masuk ketimbang kamu."

Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa beliau orangnya sangat bergantung kepada Allah (tawakal) setelah berusaha.Rasulullah bersabada, "Sekiranya kalian tawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah akan beri rizki untuk kalian seperti halnya Allah memberi rizki kepada burung…"(HR.Ahmad dan Tirmidhi).

Selepas wafatnya Rasulullah muncul kemurtadan dari sebagian umat Islam. Bahkan mereka juga enggan membayar zakat. Hal ini sangat membahayakan kelanjutan ajaran Islam di bumi ini. Abu Bakar pun marah. "….saya akan bunuh mereka yang enggan membayar zakat. Bahwasanya zakat itu hak atas harta benda. Demi Allah saya perangi orang yang hendak memisahkan antara sholat dan zakat "begitu kata Abu Bakar. Dengan segala kemampuanya beliau ('Ukkasyah) pergi untuk memerangi Thulaihah bin Khuwailid, gembong orang murtad dan yang mengkompori perang melawan Abu Bakar. Dengan pedang yang diberikan Rasulullah, beliau akhirnya mati syahid dalam pertempuran itu.

Begitulah kisah sahabat yang bernama 'Ukkasyah yang kelak akan masuk surga setelah perjuangannya membela ajaran Islam.

Zaid al-Khoil atau Zaid al-Khoir

Nama lengkapnya Zaid al-Koil bin Muhalhil bin Zaid bin Munhib bin Abdu Ridho bin Afsha bin Mukhtalis bin Tsaub bin Kinanah bin Malik bin Nabil bin Amru at-Thoiy. Dinamakan Zaid al-Khoil (kuda) karena beliau mempunyai banyak kuda. Kononnya, beliau lah satu-satunya orang Arab yang mempunyai kuda paling banyak. Nama panggilannya Abu Muknif.

Ibunya bernama Qausah binti al-Atsram. Mengenai pribadinya, beliau berbadan tegak, tinggi, wajahnya bagus, bentuk tubuhnya tidak terlalu gemuk. Beliau mempunyai dua orang anak; Muknif dan Harits.

Suatu ketika beliau mendengar kabar tentang seorang nabi yang mengajarkan kebaikan di Yastrib (Madina) ketika dirinya dalam suatu perjalanan. Beliau teringin sekali untuk tahu lebih dekat dengan nabi itu. Maka bersama pembesar dari kaumnya, kaum Thoyyi, beliau pergi ke menuju Yastrib untuk bertemu nabi. Ikut dalam rombongan itu Zurru bin Sadus, Malik bin Jubair, Amir bin Juwain dan lainnya. Sesampainya di Yastrib, beliau menuju ke masjid Nabawi dan mengikat kuda tunganggannya.

Kebetulan ketika mereka masuk ke masjid Rasulullah sedang berkhutbah di mimbar di hadapan orang-orang muslim. Suasana masjid tidak terlalu bising dan ramai kerena mereka tekun mendengarkan khutbahnya Rasulullah. Diantara isinya khutbahnya Rasulullah berkata, "Saya jauh lebih baik untuk kalian ketimbang Uzzah (patung besar dari patung-patung sesembahan Jahiliyah) dan juga semua apa yang kalian sembah. Dan saya juga jauh lebih baik dari kuda hitam yang kalian sembah."

Ucapan Rasulullah tadi sangat menyentuh hati orang-orang yang mendengar, terutama Zaid dan kawan-kawannya. Berbeda dengan Zurru bin Sadus, hatinya betul-betul hasad dan dengki dengan apa yang diucapkan Rasulullah. Zaid merasa menemukan pencerahan dan cahaya Islam. Zaid mencoba berdiri diantara keramian orang-orang muslim dan suara lantang memangil Rasulullah, " Wahai Muhammad, Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan Engkau adalah utusan Allah." Rasulullah pun memalingkan wajahnya ke sumber suara. "Anda siapa?" Tanya Rasulullah. "Saya Zaid al-Khoil bin Muhalhil" jawabannya. Kemudian Rasulullah berkata lagi, "Tapi kamu sekarang namanya Zaid al-Khair, bukan Zaid al-Khoild." Sejak itu, banyak kawan-kawan Zaid yang menyatakan diri masuk Islam.

Menurut Abu Umar, "Beliau wafat setelah datang dari Rasulullah." pendapat lain mengatakan bahwa beliau wafat pada masa kholifah Umar bin Khottob.

Abu Sa’id al-Khudry

Nama lengkapanya Sa’ad bin Malik bin Sinan bin ‘Ubaid bin Tsa’labah bin al-Abjar al-Anshory al-Khazrojy. Nama panggilannya Abu Sa’id, dan dikenal dengan nama al-Khudry. Beliau dilahirkan di Madinah sepuluh tahun sebelum peristiwa hijrahnya Rasulullah.

Pada waktu perang Uhud beliau ingin ikut berperang. Tapi oleh Rasulullah ditolak karena umurnya masih kecil. Ayahnya ikut perang Uhud dan mati syahid. Selama berjuang bersama Rasulullah, beliau ikut dua belas peperangan bersama Rasulullah. Hidupnya dihabiskan untuk berkhidmah kepada Rasulullah untuk sama-sama menyebarkan ajaran Islam. Maka tidak mengherankan jika beliau termasuk sahabat yang banyak meriwayatkan hadits. Begitu juga dari Abu Bakar, Umar bin Khottob, Utsman bin ‘Affan, Ali bin Abu Tholin, Zaid bin Tsabit dan lainnya.

Diantara sahabat-sahabat yang meriwayatkan hadits darinya; Ibn ‘Abbas, Ibn ‘Ammar, Jabir, Mahmud bin Labid, Abu Umamah bin Sahal, Abu at-Thufail. Dan dari pembesar tabi’in antara lain; Ibn al-Musib, Abu Utsman an-Nahdy, Thorik bin Syihab dan lainnya.

Dari Khandzolah bin Abu Sufyan dari guru-gurunya diceritakan, “Beliau adalah termasuk orang yang banyak tahu tentang kejadian pada masa sahabat.” Al-Khotib berkata, “Beliau diantara sahabat Rasulullah yang berpengaruh dan banyak meriwayatkan hadits.”

Selama bersama Rasulullah beliau telah meriwayatkan kurang lebih 1170 hadits. Diantara riwayat haditsnya, Rasulullah bersabda, “Dunia ini adalah kesenangan yang mengiurkan. Dan Allah adalah penganti kalian di dunia. Allah akan melihat apa yang kalian lakukan. Maka takutlah kalian dari godaan dunia dan wanita. Karena sesungguhnya fitnah pertama yang menimpa bani Israel karena tergoda wanita.”

Beliau pernah melakukan ruqyah (menghilangkan gangguan syetan) dengan surah al-Fatihah. Ceritanya, dalam suatu perjalan bersama sahabat yang lain, beliau sampai ke suatu perkampungan Arab. Kemudian mereka meminta untuk menginap di kampung itu. Hanya saja penduduk kampung itu menolaknya bahwa. Seorang ketua kampung tiba-tiba tersengat gigitan ular. Penduduk kampung itu berusaha untuk berbuat pada beliau. Beliaupun kemudian berruqyah dengan surah al-Fatihah.

Sa’id berkata, bercerita kepada kami Kholaf bin Kholifah dari al-‘Ala bin al-Musib dari ayahnya dari Abu Sa’id. Kami berkata kepadanya, “Selamat ya, karena kamu dapat melihat Rasulullah dan menjadi sahabatnya.” Beliau menjawab, “Kamu tidak tahu apa yang kami perbuat setelah kematiannya.”

Beliau wafat di Madinah pada tahun 74 Hijriah. al-Madainy berpendapat beliau wafata tahun 63 Hijriah.

Al-‘Ala bin al-Hadhromy

Nama lengkapnya al-‘Ala bin Abdullah bin ‘Amad bin Silmy al-Hadhromy. Keluarganya berasal dari Hadra Maut, Yaman. Kemudian pindah ke Mekkah. Di sana lah al-‘Ala dilahirkan.

Mengenai keislamannya, beliau termasuk orang-orang yang memeluk Islam awal-awal. Hal ini karena beliau dilahirkan di Mekkah sehingga memungkinkan mendengar langsung risalah Rasulullah yang lahir di Mekkah.

Beliau pernah diutus Rasulullah menemui al-Mundzir bin Sawy di Bahrain untuk memberikan surat dari Rasulullah yang berisi ajakan kepada ajaran Islam. setelah itu beliau diperintahkan Rasulullah untuk menjadi wali di Bahrain selama delapan tahun. Setelahnya digantikan Abu Bakar. Pada masa kholifah Umar, beliau diutus untuk menjadi wali di Basrah mengantikan ‘Utbah bin Ghozwan.

Dalam riwayat Muhammad bin Sa’id disebutkan bahwa Abu Bakar mengutus al-‘Ala ke suatu tempat. Beliau keluar dari Madinah bersama enam belas orang dengan menunggan kuda. Dan Umar mengirim surat untuknya agar beliau mengingatkan orang Islam yang ditemui di jalan untuk menghindari musuh. beliau pun berjalan bersama kawan-kawannya hingga sampai di benteng Jawasy (kota di Bahrain milik Abdul Qais). Di situ beliau bertempur hingga tak seorang pun terluka. Setelah itu datang ke Qothif. Di sana beliau mengumpulkan kekuatan. Terjadilah perang dengan penduduk Qothif. Mereka dapat dikalahkan. Orang-orang asing yang disana bergabung dengan penduduk Zaroh. Beliau pun datangi mereka. setelah itu beliau menulis sesuatu di tepi pantai. Beliau kepung mereka hingga wafatnya Abu Bakar as-Siddiq. Penduduk Zaroh meminta perundingan damai. Permohonannya itu diterima. Kemudian beliau perangi penduduk Darain (Persia)…”

Dari Siham bin Munjib diceritakan, “Kami pergi perang bersama al-‘Ala di Darain (Persia). Beliau berdoa dengan tiga permintaan. Doa itu dikabulkan semua. Kami turun di suatu tempat mencari air untuk berwudhu. Tapi tidak ditemukan. Beliau kemudian sholat dua rakaat setelah berdoa, “Ya Allah, kami semua adalah hambamu, di jalan-Mu kami berperang memerangi musuhmu. Ya Allah turunkan kepada kami air untuk kami berwudhu dan minum darinya. Dan kalau kami sudah berwudhu tidak ada lagi air untuk orang selain kami (habis).” Kami pun berjalan beberapa langkah. Tiba-tiba kami menjumpai air ketika langit mendung. Kami langsung berwudhu dan mengisi kendi dengan air itu hingga penuh. Setelah itu saya tinggalkan tempat itu sembari melihat apakah benar-benar doanya itu dikabulkan? Kami semua berjalan lagi. Kemudian saya berkata kepada sahabat-sahabat lain, “Saya lupa mengisi kendiku.” Saya pun bergegas ke tempat air tadi. Ternyata tidak ada bekas air sama sekali.

Dzul Bijadain

Nama lengkapnya Abdullah bin Abdu Nahm bin 'Afif bin Sahim bin 'Adwy bin Tsa'labah bin Sa'ad al-Muzany. Dulu sebelum memeluk Islam, namanya Abdul 'Uzza. Kemudian Rasulullah ganti dengan nama Abdullah.

Kenapa digelari Dzul Bijadain? Dari ibn Ishaq dari Muhammad bin Ibrahim at-Taimy berkata, " Abdullah (Dzul Bijadain) berasal dari Muzainah. Tinggal di rumah pamannya. Selama tinggal di sana dia sangat patuh dan baik dengannya. Suatu hari pamanya mendengar bahwa dia memeluk Islam. Maka pamannya marah sampai semua barang yang diberikan supaya dikembalikan. Bahkan pakian yang menempel di badannya disuruh melepaskannya. Beliau pun pulang menemui ibunya. Melihat anaknya tidak memakai pakian, ibunya langsung menyobek kain penutup tebal (Bijad) miliknya menjadi dua. Sejak itulah beliau dipanggil Dzul Bijadain.

Beliau dibesarkan di kabilahnya, Muzainah. Kabilah ini berada di dekat gunung Warqon, dekat Madinah. Orang tuanya miskin. Hingga menginjak dewasa, beliau belum mendengar tentang ajaran Islam. Maka sejak hijrahnya Rasulullah ke Madinah, beliau mulai kenal dengan ajaran Islam. Dalam banyak kesempatan beliau gunakan untuk menimba ilmu dari Rasulullah. setelah yakin dan membuktikan kebenaran ajaran Islam, beliau berikrar memeluk Islam. Hanya saja masih dirahasiakan terutama dari pamannya dan juga kabilahnya.

Pada waktu perang Tabuk, beliau meminta Rasulullah untuk mendoakan agar dirinya mati syahid. Tapi Rasulullah malah mendoakan semoga darahnya terjaga dari pedang orang-orang kafir. "Demi ayah dan ibuku, bukan itu yang aku inginkan?" kata beliau. Rasulullah menjawab, "Jika kamu keluar rumah hendak berperang kemudian kamu sakit, maka termasuk mati syahid." Tidak berapa lama, beliau terkena sakit demam hingga wafat. Rasulullah sendiri turun ke kuburannya. "Ya Allah aku ridho dengan kematiannya" begitu doa Rasulullah.

Julaibib

Nama aslinya Julaibib. Berasal dari kaum Anshor, Madinah. Badanya tidak tinggi. Wajahnya tidak menawan. Namun demikian kecintaan kepada Islam begitu melekat di hati. Bahkan dirinya juga tidak termasuk orang berpunya. Keimannya menjadikan dirinya percaya bahwa Allah menciptakan makluknya aneka rupa. Hanya takwa dan iman yang menjadi ukuran bahwa seseorang itu mulia. Sehingga dirinya tidak pernah risau dan gelisah.

Abu Barzah al-Aslamy bercerita, "Julaibib berasal dari kaum Anshor. Rasulullah berusaha mencarikan jodoh untuknya. Suatu hari Rasulullah bertanya kepada laki-laki dari Anshor, "Wahai si Fulan, nikahkan aku dengan putrimu." Laki-laki itu menjawab, "Iya, alangkah beruntungnya." Rasulullah berkata, "Tapi bukan untukku." Laki-laki itu bertanya lagi, "Terus untuk siapa?" Rasulullah menjawab, "untuk Julaibib." Laki-laki itu berkata, "Wahai Rasul, saya mesti minta izin ke ibunya dulu." Tak berapa lama, dia berjumpa dengan istrinya. "Rasulullah ingin meminang putrimu" kata laki-laki. "Iya, oih..alangkah beruntungnya" jawab istrinya. Laki-laki itu berkata, 'Tapi bukan untuk diri Rasulullah." Istri bertanya, "Terus untuk siapa?" laki-laki itu menjawab, "Untuk Julaibib." Istinya berkata, "Untuk Julaibin!!! Demi Allah, tidak akan saya nikahkan dengan Julaibib."

Ketika laki-laki itu hendak memberi tahu Rasulullah, tiba-tiba putrinya datang dari tempat pingitannay sembari berkata, "Siapa yang akan meminangku?" keduanya menjawab, "Rasulullah." Putri berkata, "Apakah kalian akan tolak perintah Rasulullah? Bawa saya ketempat Rasulullah. Sesungguhnya beliau tidak mungkin membuat susah padaku." Akhirnya ayahnya menemui Rasulullah dan memberikan putrinya untuk dinikahkan kepada Julaibib. Waktu itu Rasulullah berdo'a, "Ya Allah, limpahkan kepada keduanya kebaikan yang banyak. Dan jangan jadikan kehidupan mereka sengsara."

Firman Allah dalam surah al-Ahzab ayat 36: "Dan tidak sepatutnya bagi orang mukmin dan mukminah jika Allah dan Rasul-Nya sudah memutuskan suatu perkara, akan ada bgi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata."

Diceritakan dari Abu Barzah bahwa suatu hari Rasulullah dalam suatu peperangan. Selesai peperangan itu Rasulullah bertanya kepada para sahabat, "Apakah kalian kehilangan seseorang?" Mereka menjawab, "kami kehilangan si Fulan dan Fulan." Pertanya itu diulang sampai tiga kali hingga Rasulullah berkata, "Saya kehilangan Julaibib." Mereka pun segera mencari. Mayat beliau ditemukan dekat 7 mayat musuh setelah berhasil dibunuhnya. Setelah beliau dibunuh. Rasulullah langsung datang ke tempat mayatnya dan berkata, "Dia telah membunuh 7 orang setelah itu dia terbunuh. Dia itu dariku. Dan saya bagian darinya." Kemudian Rasulullah mengangkat mayatnya dan memasukkan ke dalam kubur yang sudah digali oleh para sahabat.

Hakim bin Hazam

Nama lengkapnya Hakim bin Hazam bin Khuwailid. Beliau adalah anak saudara Khodijah binti Khuwailid, istri Rasulullah.

Kota Mekkah waktu ramai dikunjungi orang. Diantara orang yang berkunjung untuk melihat Ka'bah adalah ibunya. Waktu itu ibunya sedang hamil tua. Bersama dengan kawan-kawannya, ibunya masuk ke dalam untuk melihat Ka'bah dari dekat. Tiba-tiba terjadi kontraksi di perutnya. Karena tidak kuat menahan sakit diperutnya, akhirnya ibu memutuskan untuk tetap di situ. Tidak berapa lama, bayi yang dikandungnya lahir. Bayi yang lahir laki-laki dan diberi nama Hakim bin Hazam bin Khuwailid. Kelahirannya di dekat Ka'bah merupakan peristiwa langka dalam sejarah Islam.

Beliau dibesarkan dari kalangan orang terpandang dan kaya. Pribadinya sangat cerdas dan bijaksana. Beliau memeluk Islam pada waktu penaklukan Mekkah. Sejak perkenalannya dengan Islam, dirinya rela berjuang dengan harta dan nyawanya. Meskipun dirinya sudah kenal baik bahkan disayang Rasulullah, tapi beliau memeluk Islam setelah 20 tahun kenabian Muhammad.

Suatu hari anaknya terkejut melihat dirinya menangis. Lantas anaknya bertanya, "Apa yang membuat ayah menangis?! Beliau menjawab, "Banyak perkara yang membuat diriku menangis. Pertama, kenapa saya terlambat memeluk Islam, kemudian ketika Allah selamatkan aku pada perang Badr dan Uhud. Waktu itu saya berkata dalam diriku "saya tidak akan menolong orang Quraisy karena menyerang Rasulullah…"

Mengenai pengalaman beliau selama bersama Rasulullah disebutkan, "Muhammad adalah orang yang paling saya cintai pada masa jahiliyah." Beliau pernah memberi hadiah perhiasan kepada Rasulullah, hanya saja Rasulullah menolak untuk menerimannya karena waktu dirinya masih musyrik."

Setelah memeluk Islam, beliau melakukan ibadah haji dengan membawa seratus unta. Semua ontanya disembelih untuk kurban. Pada haji yang kedua beliau membawa seratus budak. Ketika sedang berada di padang Arofah, semua budaknya dimerdekakan. Pada haji ketiga beliau membawa seratus domba, ketika berada di Mina beliau sembelih semua domba itu untuk dibagikan kepada fakir dan miskin.

Selesai perang Hunain, Rasulullah membagi semua harta rampasan perang kepada para sahabat. Waktu itu islamnya belum lama. Masih baru. Giliran jatah beliau (setelah meminta berkali-kali), Rasulullah berkata, "Wahai Hakim, harta ini disukai manusia. Barang siapa mengambilnya dengan qon'ah, niscaya diberkahi. Tapi berang siapa mengambil dengan tamak, maka tidak ada keberkahan. Tangan diatas lebih baik dari tangan di bawah." Mendengar ucapan itu, beliau berjanji tidak akan meminta lagi.

Diantara kesempurnaan rahmat Allah dan kasih sayang kepada hambanya, Allah jadikan semua amalan sebelum memeluk Islam kebaikan setelah memeluk Islam. Suatu hari beliau bertanya kepada Rasulullah, "Bukankah kamu tahu perkara-perkara yang saya perbuat di masa jahiliyah, apakah semua akan menjadi keburukan buatku?" Rasulullah menjawab, "Perkara-perkara yang lama telah melebur menjadi kebaikan setelah dirimu memeluk Islam."

Di kalangan musyrik Quraisy, Dar an-Nadwah merupakan tempat berkumpul,

bermusyawarat atau membuat manuver untuk menghancurkan ajaran Islam dan membunuh Rasulullah. Sejak beliau memeluk Islam, tempat itu dibeli olehnya.

Setelah menjalani hidupnya di dua dunia (jahiliyah dan Islam), beliau menghembuskan nafas terakhir. Menurut pendapat imam Bukhori dalam buku sejarahnya bahwa beliau hidup enam puluh tahun di masa jahiliyah dan enam puluh tahun di masa Islam.

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Selamat Datang - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger