Nama lenkapnya Imran bin Hashain bin Ubaid bin Kholaf bin Abd Nahm bin Khudaifah bin Juhmah bin Ghodiroh bin Habasyiah bin Ka'ab bin Amru al-Khaza'i. beliau diantara sahabat yang do'anya mustajab (dikabulkan oleh Allah). Panggilannya Abu Nujaid al-Khuza'i. Mengenai sejarah keislamannya, dapat kita kita telurusuri dari kisah berikut.
Pada waktu tahun Khaibar, beliau mendatangi Rasulullah untuk memberikan sumpah setia (bai'ah). Sejak itulah segala perbuatan dan amalannya diarahkan untuk kebaikan sebagaimana dianjurkan Islam. Beliau bersama ayahnya dan Abu Hurairah memeluk Islam pada masa yang sama, yaitu tahun ke-7 dari kenabian Muhammad. Kehidupan para sahabat pada umumnya, diselimuti oleh kerinduan untuk menjadi hamba yang baik.
Diceritakan bahwa ayahnya datang menjumpai Rasulullah. Rasulullah bertanya padanya, "Wahai Hushain, berapa Tuhan yang kamu sembah?" ayahku menjawab. "tujuh. Enam di bumi dan satu di langit. "Mana yang yang kamu anggap sesuai dengan keinginanmu? Tanya Rasulullah. "Yang di langit" jawab ayahku. Rasulullah berkata, "Wahai Hushain, mau kah kamu jika aku ajarkan du kalimat yang bermanfaat untukmu. Setelah beberapa lama, akhirnya ayahku memeluk Islam. Setelah itu beliau mendatangi Rasulullah sembari berkata, "Wahai Rasulullah, ajarkan aku dua kalaimat yang Engkau janjikan dulu." Rasulullah berkata, "Ucapkan doa ini " Ya Allah berikan aku petunjukkan dan jaga aku dari kejahatan jiwaku."(HR.Tirmidhi).
Suatu hari para sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, kenapa hati kami sangat terenyuh ketika berada disamping Engkau, kami zuhudkan dunia ini seolah-olah kami melihat akherat di depan mata hingga ketika kami keluar dari tempatmu bertemu dengan istri, anak dan keduniaan kami ingkari diri kami..??" Rasulullah menjawab, "Demi jiwaku yang ada ditanggan-Nya, sekiranya kalian membiasakan hal semacam itu di rumahku niscaya para Malaikat menampakkan wujudnya. Tapi itu harus dilakukan sedikit demi sedikit." Hadits diatas menjadikan beliau (Imran) orang yang ingin selalu dekat dengan sang Kholik. Setipa waktunya akan digunakan untuk bermesraan dengan Allah.
Pada masa kholifah Umar bin Khottob, beliau diutus ke Basrah untuk menjadi Qodhi. Begitu juga untuk mengajarkan ajaran Islam kepada penduduk di sana. Dakwahnya banyak diterima oleh penduduk di sana. Mengenai hal itu Hasan al-Basru dan Ibn Sirrin berkata; "Tidak ada seorang sahabat Rasulullah yang datang ke Basrah melebihi kebaikan daripada Imran bin Hushain."
Ketika terjadi perselisihan antara Ali bin Abu Tholib dengan Muawwiyah, beliau tidak memberikan dukungan kemana-mana. Sikap ini diambil karena beliau melihat bahwa sekiranya memberikan dukungan kepada salah satunya, umat Islam justru semakin binggung dan terpecah belah. kalau berjumpa dengan orang Islam, beliau selalu berwasit, "Jangan sampai masjidnya kosong (gara-gara perselisihan)."
Selama bersahabat dan bergaul bersama Rasulullah, beliau ikut dalam beberapa peperangan. Dan masih tetap tinggal di kampungnya. Kemudian pindah ke Basrah. Dan akhirnya beliau mengalami sakit parah. Ketakwaan dan keimannya diuji oleh Allah pada waktu beliau sakit. Selama kurang lebih tiga puluh tahun rasa sakit menyertai dalam kesehariannya. Tidak pernah mengeluarkan kata-kata keluharan. Apalagi mengeluarkan kata-kata "tidak". Meski dalam keadaan sakit, dengan penuh kesabaran dan keridhoan, beliau tetap beribadah kepada Allah dengan berdiri, duduk atau berbaring.
Muthorif bin Abdullah bercerita, Imran bin Hushain berkata, "Saya ingin mengatakan sesuatu kepada kamu semoga perkataanku ini memberi manfaat. Rasulullah mengumpulkan antara ibadah haji dan umrah dan tidak pernah melarang itu hingga beliau wafat. Tidak ada ayat al-Qur'an yang melarang perkara itu. Sesungguhnya para malaikat selalu memberi salam kepadaku. Seelah itu beliau berkata, "ketika aku panaskan tubuhku dengan besi (karena sakiat), para Malaikat menahannya. Ketika aku tinggalkan pengobatan itu, para malaikat datang menjengukku "(HR.Bukhori).
Ibn Sirrin berkata, "Imran bin Hushain terkena penyakit as-suqya (air kuning yang ada diperutnya) selama tiga puluh tahun lamannya. Penyakit itu harus diobati dengan cara kayyu (menempelkan besi yang dipanaskan), hanya saja beliau menolak untuk diobati dengan cara itu. Keadaan ini berlangsung hingga 2 tahun sebelum wafatnya. Kemudian beliau melakukan pengobatan itu."(lihat Ibn Sa'ad, 4/288).
Setelah melalui masa-masa yang menyakitkan akibat sakit yang dideritanya, akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 52 Hijriah. Perjalanannya menuju akherat dipenuhi keridhoaan dan kesabaran.
No comments:
Post a Comment