Home » » Wahsiyyu bin Harb

Wahsiyyu bin Harb

Pada masa jahiliyah beliau adalah budak kepada Jubair bin Muht'im, salah seorang terhormat di kalangan Quraisy. Nama panggilannya Abu Dasmah. Dulu, beliau berharap dapat merdeka dan menjadi manusia yang bebas sebagaimana yang lain. Harapan dan cita-citanya itu terpenuhi. Hanya saja harga kemerdekaannya itu harus menumpahkan darah dan mencabut nyawa paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Mutholib pada wkatu perang Uhud. Peristiwa ini merupakan sejarah yang tak terlupakan baginya.

Paman beliau, Thu'aimah, terbunuh pada waktu perang Badr oleh Hamzah bin Abdul Muhtolib. Beliau sangat sedih atas kematian pamannya. Dan bersumpah kepada tuhan Uzza dan Latta untuk membalas dendam kematiannya itu. Sejak itulah, waktunya digunakan untuk mengintai kelengahan Hamzah.

Beberapa tahun kemudian, terdengar kabar bahwa orang musyrik Quraisy berencana hendak menghancurkan Muhammad bin Abdullah (Rasulullah) dengan melakukan penyerangan di Uhud. Kekalahan kaum musyrik Quraisy pada waktu perang Badr merupakan pukulan berat. Mereka seakan-akan terhina. Setelah mengumpulkan bala tentaranya, Abu Sufyan bin Harb sebagai panglima perangnya menuju ke gunung Uhud. Abu Sufyan bin Harb mencoba mengunakan trik dan maneuver dengan menghasut orang-orang untuk melakukan balas dendam atas kematian anaknya dan saudaranya pada waktu perang Badr. Hebatnya, diantara wanita yang ikut dalam perang ini adalah istrinya, Hindun bin 'Utbah. Hindun bersemangat untuk berperang karena ayah, paman dan saudaranya mati dalam perang Badr. Kesempatan perang Uhud hendak digunakan untuk membalas dendam.

Begitu juga Wahsyiyyu, beliau sangat bersemangat untuk berperang setelah dihasud oleh Jubair bin Muht'im, tuannya. Oleh tuannya, beliau diiming-imingi dan dijanjikan akan dimerdekakan seandainya dapat membunuh Hamzah bin Abdul Mutholib. Tuannya termasuk orang musyrik Quraisy yang sangat benci terhadapa Rasulullah dan ajaran Islam.

Tanpa membuang-buang waktu beliau langsung keluar ke medan perang ikut di belakang pasukan wanita. Perasaan dendam di hatinya semakin membara ketika sampai di gunung Uhud. Pertempuran antara umat Islam dan kaum musyrik Quraisy dimulai setelah saling bertemu semuanya. Di tengah-tengah berkecamuknya perang itu, beliau menyelinap diantara barisan tentara untuk mencari Hamzah bin Abdul Mutholib. Tidak beberapa lama, beliau pun bertemu dengan Hamzah. Baginya tidak terlalu sukar untuk mencari sosok Hamzah. Setelah berhadapan dengannya, beliau langsung menghunuskan pedangnya dan memukulnya kuat-kuat di perut Hamzah hingga pedang itu menancap di tubuhnya. Setelah merasa puas, beliau biarkan pedang itu menancap karena yakin bahwa Hamzah sudah meningggal.

Dalam perang ini banyak tentara muslim yang terbunuh. Hindun, istri Abu Sufyan bin Harb, tanpa rasa hormat dan jiwa kemanusian langsung merobek-robek isi perut mayat umat Islam, mencukil matanya, memotong hidungnya dan juga telinggannya. Betapa busuknya hati wanita itu hingga memperlakukan mayit secara tidak manusiawi. Selesai perang itu, Wahsyiyyu pulang ke Mekkah untuk menemui tuannya dan menagih janjinya. Tuannya pun memenuhi janjinya. Sejak itulah beliau menjadi merdeka!

Meskipun beliau sudah puas karena telah membalas kematian pamannya, dan juga dirinya sudah merdeka. Hanya saja beliau justru tidak menemukan ketenangan dalam hatinya. Perasaan takut dan gelisah menghantui dirinya. Kekalahan dalam perang Uhud tidak menyurutkan semangat umat Islam. Bahkan orang-orang yang memeluk Islam semakin bertambah. Kabar ini semakin menambah gelisah hatinya. Untuk menenangkan hatinya, beliau berusaha keluar dari Mekkah mencari tempat yang dianggap tenang di Thoif. Kegelisahan dan kesedihan masih juga merongrong di hatinya. Akhirnya pindah ke Syam, Yaman dan tempat-tempat lainnya.

Suatu hari beliau bertemu dengan seseorang. Orang itu menasehati dirinya bahwa Muhammad bin Abdullah (Rasulullah) tidak akan membunuh orang jika dirinya masuk agamanya dan bersaksi dengan dua syahadat. Ucapannya itu sedikit mengurangi kegelisahannya. Akhirnya beliau pergi ke Yastrib (Madinah) untuk bertemu Rasulullah. sesampainya di Yastrib (Madinah) beliau langsung menuju masjid. Di sinilah beliau bertemu Rasulullah dan menyatakan diri masuk Islam setelah membaca dua kalimat syahadat. Beliau sangat menyesal dengan dosa-dosa yang dibuat terhadap umat Islam. Namun penyesalan yang dialaminya tidak menjadikan dirinya memulai lembaran hidup baru dalam cahaya Islam. Karena dalam ajaran Islam bahwa dosa-dosa sebelum yang dilakukan sebelum Islam akan terhapus dengan keislamannya.

Beberapa tahun kemudian Rasulullah wafat. Muncullah kelompok orang-orang murtad (keluar dari Islam) dan pengaku nabi (nabi palsu) dari bani Hanifah. Padahal dalam ajaran Islam, bahwa Muhammad bin Abdullah adalah nabi akhir zaman, tidak akan ada nabi setelahnya. Situasi ini sangat merusak sistem dan ajaran Islam yang telah dibawa Rasulullah melalui wahyu yang diterimanya. Maka untuk memulihkan stabilitas umat Islam dan meluruskan pandangan yang keliru itu, kholifah Abu Bakar mengumpulkan tentara Islam untuk memerangi mereka dan mengembalikan mereka ke jalan yang benar. Mendengar kabar ini, beliau (Wahsyiyyu) merasa terpanggil untuk membuktikan kesetiaan kepada ajaran Islam dan menghapus dosa-dosa masa lampau sebelum masuk Islam. Dalam hatinya berkata, "Inilah kesempatan emas untuk membuktikan keislamannya."

Dengan langkah pasti beliau keluar rumah membawa pedang yang pernah digunakan untuk membunuh paman Rasulullah, Hamzah., untuk bergabung dengan tentara muslim. sebelum berangkat, dalam hatinya berniat untuk membunuh Musailamah al-Kazzab, sang nabi palsu dari bani Hanifah di Yamamah. Tentara muslim bertemu kelompok murtad pimpinan Musailamah bertemu di Hadiqotul Maut (Taman kematian). Kononnya, disebut nama itu karena menjadi sarang dan tempat berlindung kelompok murtad dan banyak yang mati darinya. Perang pun berkecamuk. Beliau berusaha mengintai gerak-gerik Musailamah. Ketika tentara muslim berhasil menyempitkan langkah Musailamah, beliaupun maju dengan menghunus pedangnya. Antara beliau dan tentara muslim berusaha memukulkan pedangnya kearah Musailamah dengan kuat-kuat. Hingga akhirnya Musailamah terbunuh. Hanya saja pedang siapa yang berhasil membunuhnya, Wahsyiyu atau tentara muslim lain (dari Anshor)? Kalau memang pedangnya Wahsyiyu, maka dengan pedang itu beliau telah membunuh orang terbaik setelah Rasulullah (Hamzah). Dan juga orang yang paling jahat setelah Rasulullah (Musailamah al-Kazzab).

Beginilah cara orang muslim menghapus dan mengilangkan dosa-dosanya dengan kebaikan. Dan berusaha sepanjang hayatnya untuk menjadi hamba yang baik; berkhidmah untuk ketegaknya ajaran Islam. "Sesungguhnya kebaikan akan menghapuskan keburukan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu ingat kepada Allah"(QS.Hud;114).

Setelah itu beliau ikut dalam perang Yarmuk. Hidupnya dihabiskan di Hamsh, Syam hingga wafatnya.

Share this article :

No comments:

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Selamat Datang - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger