Kisah Islamnya Syeikh Yusuf Estes

Awalnya ia bekerja sebagai musisi di gereja sekaligus penginjil. Namun kini, ia berkeliling dunia dan telah banyak mengislamkan orang

ImageHidayatullah.com--Dr. Yusuf Estes lahir tahun 1944 di Ohio, AS. Tahun 1962 hingga 1990 ia bekerja sebagai musisi di gereja, penginjil sekaligus mengelola bisnis alat musik piano dan organ. Awal 1991 ia terlibat bisnis dengan seorang pengusaha Muslim asal Mesir bernama Muhammad Abd Rahim. Awalnya ia bermaksud meng-Kristenkan pria Mesir itu. Namun akhirnya ia justru memeluk Islam diikuti oleh istri, anak-anak, ayah serta mertuanya. Ia menguasai bahasa Arab secara aktif, demikian juga ilmu Al-Quran selepas belajar di Mesir, Maroko dan Turki. Sejak 2006, Yusuf Estes secara regular tampil di PeaceTV, Huda TV, demikian pula IslamChannel yang bermarkas di Inggris. Ia juga muncul dalam serial televisi Islam untuk anak-anak bertajuk “Qasas Ul Anbiya” yang bercerita tentang kisah-kisah para Nabi.

Yusuf terlibat aktif di berbagai aktifitas dakwah. Misalnya, ia menjadi imam tetap di markas militer AS di Texas, dai di penjara sejak tahun1994, dan pernah menjadi delegasi PBB untuk perdamaian dunia. Syekh Yusuf telah meng-Islam-kan banyak kalangan, dari birokrat, guru, hingga pelajar. Berikut kisah Syekh Yusuf sebagaimana dituturkannya di situs www.islamtomorrow.com. Di bawah ini adalah penuturannya.

***

Nama saya Yusuf Estes. Saat ini dipercaya memimpin sebuah organisasi bagi Muslim asli Amerika. Kini sepanjang hidup saya berikan untuk Islam. Saya berkeliling dunia untuk memberikan ceramah dan berbagi pengalaman bagaimana Islam hadir dalam diri saya. Organisasi kami terbuka untuk berdialog dengan berbagai kalangan. Misalnya para pemuka agama seperti pendeta, rabi (ulama kaum Yahudi-red) dan lainnya dimanapun mereka berada.

Kebanyakan medan kerja kami adalah kawasan institusional seperti pusat militer, universitas, hingga penjara. Tujuan utama adalah untuk menunjukkan Islam yang sebenarnya dan memperkenalkan bagaimana hidup sebagai seorang Muslim. Meskipun Islam saat ini berkembang sebagai salah satu agama terbesar kedua setelah Kristen, namun masih banyak saja terjadi misinformasi tentang Islam. Misalnya Islam selalu diidentikkan dengan hal berbau Arab.

Banyak orang bertanya pada saya bagaimana mungkin seorang pendeta atau pastur Kristen bisa masuk Islam. Padahal tiap hari kami menyampaikan kebenaran Kristen. Belum lagi dengan berita-berita negatif tentang perilaku buruk Islam di media. Pasti tidak ada orang yang tertarik dengan Islam. Pernah seorang pria Kristen bertanya pada saya melalui e-mail kenapa dan bagaimana saya meninggalkan Kristen dan masuk Islam. Saya berterima kasih pada semua yang bersedia mendengar kisah saya berikut ini. Semoga Allah ridha.

Keluarga Kristen taat

Saya lahir di Ohio, besar dan bersekolah di Texas. Dalam tubuh saya mengalir darah Amerika, Irlandia dan Jerman hingga sering disebut WASP (white anglo saxon protestant). Keluarga kami adalah penganut Kristen yang sangat taat. Tahun 1949, ketika masih di bangku SD kami pindah ke Houston, Texas. Saya dan keluarga sering hadir secara rutin ke gereja. Malah saya dibaptis pada usia 12 tahun di Pasadena, masih Texas.

Sebagai seorang remaja, saya punya keinginan untuk bisa berkunjung ke banyak gereja di berbagai tempat guna menambah pengalaman dan pengetahuan Kristen. Kala itu saya benar-benar haus untuk mempelajari ajaran Kristen. Tidak hanya ajaran Kristen, bahkan ajaran Hindu, Budha, Yahudi,hingga Metafisika juga saya pelajari. Hanya satu ajaran yang saya tidak begitu serius dan bahkan tidak menaruh perhatian sama sekali, yakni Islam.

Saya suka musik terutama klasik. Hingga saya sering dapat undangan menyanyi di berbagai gereja. Di kisaran tahun 1960-an saya mengajar musik dan tahun 1963 punya studio sendiri di Laurel, Maryland yang saya beri nama “Estes Music Studios.” Hingga tahun 1990 atau hampir 30 tahun lamanya saya bersama dengan ayah mengelola bisnis entertainment. Kami juga punya toko alat musik piano dan organ di Texas, Oklahoma hingga Florida.

Ayah dulu pernah aktif dalam aneka kegiatan gereja. Dari sekolah minggu hingga aktifitas penggalangan dana bagi pengembangan sekolah Kristen. Dia sangat menguasai Bibel dan juga terjemahannya. Melalui ayah pula saya belajar Bibel dalam berbagai versi dan terjemahan.

Ayah saya, seperti kebanyakan pendeta lainnya, selalu mendapat pertanyaan:”Apakah Tuhan yang menulis Bibel?” Biasanya jawabannya adalah: “Bibel adalah rangkaian kata inspirasi seorang lelaki yang berasal dari Tuhan.” Itu bermakna, menurut saya, manusialah yang menulis Bibel. Tentu saja, selama bertahun-tahun, jawaban itu menimbulkan banyak tanggapan bahkan penolakan. Namun ayah selalu menambahkan,”Akan tetapi (Bibel) itu tetap kata dari Tuhan yang diilhamkan kepada manusia.” Begitulah.

Mencari Tuhan

Beranjak dewasa dan memiliki usaha sendiri, akhirnya saya “menyerah”. Saya tidak mungkin jadi seorang pendeta. Saya takut bermental hipokrit. Saya belum bisa menerima tentang konsep Tuhan itu satu namun pada saat yang sama Dia menjadi “Tiga” atau Trinitas. Saya selalu bertanya-tanya, jika Dia “Tuhan Bapa” bagaimana mungkin pada saat yang sama juga menjadi “Anak Tuhan?”

Selama bertahun-tahun saya mencoba mencari Tuhan dengan berbagai cara. Saya pelajari dan cek dalam agama Budha, Hindu Metafisika, Taoisme, Yahudi dan banyak lagi. Bertahun-tahun saya pelajari hingga mendekati usia ke-50 saya belum menemukan siapa Tuhan yang sebenarnya. Lalu saya mencoba bergaul dengan banyak kalangan, termasuk dengan para evangelis dan penginjil yang punya pengalaman di berbagai tempat dan negara. Kami sering melakukan perjalanan jauh. Namun tidak ada jawaban yang memuaskan. Tidak ada yang mau menjawab siapa yang menulis Bibel sebenarnya, kenapa Bibel banyak versi padahal bukunya sama, kenapa banyak sekali terdapat kesalahan versi terkini dengan versi terdahulu. Dan, bahkan, dalam berbagai versi Bibel, saya tidak menemukan satupun kata “Trinitas.”

Kolega saya akhirnya tidak mampu meyakinkan saya. Mereka lelah mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan “nyeleneh” tersebut. Sampai akhirnya datanglah satu kejadian yang merupakan awal perjumpaan saya dengan Islam. Kejadian yang akhirnya meruntuhkan semua konsep-konsep dan keyakinan-keyakinan yang telah membebani saya selama bertahun-tahun. Solusi dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya datang justru dengan cara, yang menurut saya, aneh dan ganjil.

Jumpa pria Mesir

Ceritanya, awal 1991 ayah mencoba menjalin bisnis dengan seorang pengusaha dari Mesir. Ia meminta saya untuk bertemu dengan pria Mesir itu. Bagi saya inilah kali pertama mengadakan kontak bisnis internasional. Yang saya tahu tentang Mesir adalah piramid, patung Sphinx, dan sungai Nil. Hanya itu. Lalu ayah menyebut bahwa pria itu seorang Muslim.

Apa? Islam? Saya tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Menjalin hubungan dengan orang Islam? Spontan batin saya menolak. Tidak, no way! Saya mengingatkan ayah agar membatalkan kontak dengan pria itu dengan menyebut hal-hal negatif tentang orang Islam. Orang Islam teroris, pembajak, penculik, pengebom, dan entah apa lagi. Saya sebut juga mereka (orang Islam) tidak percaya dengan Tuhan, tiap hari kerjanya mencium tanah lima kali sehari, dan menyembah kotak hitam di tengah padang pasir (maksudnya Ka’bah-red.). Tidak! Saya tidak mau jumpa orang itu.

Ayah tetap mendesak. Ia menyebut orang itu sangat ramah dan baik hati. Akhirnya saya menyerah dan bersedia bertemu dengan pengusaha Islam tersebut. Tapi untuk pertemuan tersebut saya buat semacam “aturan” khusus. Antara lain; saya mau bertemu dengannya pada hari Minggu setelah kegiatan di gereja, sehingga punya “kekuatan” kala bertemu nanti. Saya musti bawa Bibel, pakai baju jubah dan peci ala gereja bertuliskan “Yesus Tuhan Kami.” Istri dan kedua anak perempuan saya juga harus datang di saat pertemuan pertamakali dengan orang Islam itu.

Tibalah hari H. Ketika saya masuk toko, langsung saya tanya pada ayah mana orang Islam itu. Ayah menunjuk seorang laki-laki di dekatnya. Mendadak saya dilanda kebingungan. Ah sepertinya pria itu bukan si Islam yang dimaksud. Hati saya membatin. Penampilannya tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Laki-laki asal Mesir itu tidak berjanggut, bahkan tidak punya rambut sama sekali alias botak. Ia tidak bersorban dan tidak pula berjubah. Malah pakai jas.

Spontan saya mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Mengamati orang-orang yang hadir. Saya mencari-cari orang yang pakai jubah dengan surban melilit di kepalanya, berjenggot lebat serta alis mata tebal. Khas orang Arab. Namun tidak ada seorangpun yang memenuhi kriteria saya. Yang lebih mengejutkan, pria itu malah menegur saya dengan sangat ramah. Ia menyambut dan menjabat tangan saya dengan hangat. Namun saya tidak terkesan dengan tingkahnya itu. Hanya ada satu pikiran, yakni bagaimana meng-Kristenkan pria Mesir itu.

Interogasi

Selepas perkenalan singkat, saya pun mulai “menginterogasi” pria Mesir tersebut. Anda percaya dengan Tuhan? tanya saya mengawali. Pria itu menjawab ya. Saya mencocornya lagi dengan rentetan pertanyaan lain seperti keyakinan Islam kepada Nabi Adam, Ibrahim. Musa, Daud, Sulaiman hingga Isa Al-Masih. Saya dibuat terpana kala mendengar jawabannya. Ia menjelaskan Islam percaya dengan Nabi-Nabi yang saya sebut tadi. Bahkan makin ternganga kala diberitahu Islam juga beriman dengan salah satu Kitab Allah yakni Injil dan Nabi Isa adalah salah satu utusan-Nya. Fantastik!

Yang bikin saya syok adalah tatkala mengetahui ternyata Islam juga percaya dengan Almasih (baca: Nabi Isa). Dalam Islam ternyata Isa diimani; sebagai utusan Tuhan dan bukan Tuhan, lahir tanpa seorang ayah, ibunya adalah Maryam. Ini sudah lebih dari cukup bagi saya untuk mempelajari Islam lebih lanjut. Ah padahal sebelumnya saya sangat benci dengan Islam. Kini saya harus mempelajarinya? Bagaimana mungkin?

Akhirnya kami jadi sering bertemu dan berdiskusi terutama tentang keimanan. Pria ini sangat lain. Ramah, kalem, dan terkesan pemalu. Ia mendengar dengan serius setiap kata-kata saya dan tidak menyela sedikitpun. Lama kelamaan saya jadi menyukai pria itu. Namun waktu itu yang masih terpikir oleh saya adalah mencari cara untuk mengajaknya masuk Kristen. Orang ini sangat potensial menurut saya.

Menjadi mitra bisnis

Saya akhirnya setuju untuk menjalin bisnis dengan pengusaha Mesir itu. Kami sering mengadakan perjalanan bisnis di sepanjang kawasan Utara Texas. Sepanjang hari kami justru banyak berdiskusi hal keyakinan Islam dan Kristen ketimbang masalah bisnis. Kami bicara tentang konsep Tuhan, arti hidup, maksud penciptaan manusia dan alam serta isinya, tentang Nabi, dan banyak lainnya lagi.

Satu ketika saya dapat kabar Muhammad bermaksud pindah rumah. Selama ini ia tinggal bersama dengan seorang temannya. Ia berencana untuk tinggal di mesjid selama beberapa waktu. Saya dan ayah mengajaknya tinggal di rumah kami saja. Ia pun setuju.

Satu ketika salah seorang teman saya –seorang pendeta- mengalami serangan jantung. Kami membawanya ke rumah sakit terdekat dan tinggal beberapa saat disana. Saya pun musti menjenguknya beberapa kali dalam seminggu. Muhammad sering saya ajak serta. Rupanya teman saya itu tidak begitu suka. Bahkan ia dengan nyata menolak berdiskusi apapun tentang Islam. Hingga satu hari datang pasien baru. Seorang pria yang kemudian tinggal satu kamar di rumah sakit dengan teman saya. Ia menggunakan kursi roda. Saya berkenalan dengan pria itu. Sekilas tampaknya pria itu seperti sedang depresi berat.

Pria di kursi roda mencari Tuhan

Akhirnya saya tahu pria itu kesepian dan depresi berat serta butuh teman dalam hidupnya. Jadilah saya mencoba mengingatkan dia tentang Tuhan. Saya kisahkan tentang Nabi Yunus yang hidup dalam perut ikan. Sendirian dalam gelap namun masih ada Tuhan bersamanya.

Selepas mendengar kisah itu, pria berkursi roda itu mendongakkan kepalanya seraya meminta maaf. Ia menceritakan bahwa ada sedikit masalah yang melandanya. Selanjutnya ia ia ingin mengakuinya kesalahannya itu di hadapan saya. Saya berujar bahwa saya bukan seorang pendeta. Pria itu justru menjawab; “Sebenarnya saya dulu seorang pendeta.”

“Apa? Saya barusan menceramahi seorang pendeta ? Saya benar-benar syok kala itu. Kenapa jadi begini? Apa yang terjadi dengan dunia ini sebenarnya?

Rupanya pendeta itu –namanya Peter Jacobs- adalah mantan misionaris yang telah berkeliling Amerika Latin dan Meksiko selama 12 tahun. Kini ia malah depresi dan butuh istirahat. Saya menawarkannya untuk tinggal di rumah kami. Dalam perjalanan ke rumah, saya berdiskusi dengan Peter tentang Islam. Saya sungguh terkejut kala diberitahu para pendeta Kristen juga belajar tentang Islam dan bahkan sebagiannya ada yang doktor di bidang itu. Ini hal baru bagi saya tentunya.

Sejak itu, Muhammad, Peter dan saya sering terlibat diskusi hingga larut malam. Satu ketika masuk ke masalah kitab-kitab suci. Saya takjub kala Muhammad menceritakan bahwa dari pertama diturunkan hingga saat ini atau selama 1400 tahun Al-Quran hanya ada satu versi. Al-Quran dihafal oleh jutaan Muslim di seluruh dunia dengan satu bahasa yaitu Arab. Sungguh mustahil. Bagaimana mungkin kitab suci kami bisa berubah-ubah dengan berbagai versi sementara Al-Quran tetap terpelihara?

Sang pendeta masuk Islam!

Satu hari pendeta Peter Jacobs ingin melihat apa yang dilakukan orang Islam di Mesjid. Ia pun ikut Muhammad. Sepulang dari sana saya bertanya pada Peter ada kegiatan apa di sana. Peter menyebut tidak ada acara apa-apa di mesjid. Mereka (orang Islam) cuma datang dan shalat saja. Tidak ada acara seremoni apapun. Apa? tidak ada ceramah atau nyanyian apapun?

Beberapa hari kemudian Peter minta ikut lagi ke mesjid. Namun kali ini lain. Mereka tidak pulang-pulang hingga larut malam. Saya khawatir sesuatu terjadi terhadap mereka. Akhirnya Muhammad kembali dengan seorang pria berjubah. Saya sungguh terkejut dengan laki-laki yang datang bersama Muhammad itu. Ia mengenakan jubah dan topi putih. Ah rupanya si Peter. Ada apa dengan kamu tanya saya. Jawaban Peter bak petir di siang bolong. Ia menyebut sudah bersyahadah. Oh Tuhan! Apa yang terjadi? Pendeta masuk Islam?

Saya benar-benar syok dan semalaman tidak bisa tidur memikirkan hal itu. Saya ceritakan kejadian tersebut kepada istri. Istri saya justru menyatakan ia juga ingin masuk Islam, karena itulah yang benar. Oh Tuhan! Saya benar-benar tidak percaya.

Saya turun ke bawah dan membangunkan Muhammad seraya minta waktu diskusi dengannya. Sepanjang malam hingga subuh kami bertukar pendapat. Muhammad minta izin shalat Subuh. Ketika itu saya mendapat firasat, kebenaran telah datang. Saya harus membuat pilihan. Lalu saya keluar rumah. Persis di belakang rumah, saya memungut sepotong papan. Lalu saya letakkan papan itu menghadap ke arah orang Islam shalat. Saya pun bersujud menghadap kiblat dan meminta petunjuk-Nya.

Sekeluarga masuk Islam

Pagi itu, pukul 11, saya bersyahadah di hadapan dua orang saksi, mantan pendeta Peter Jacobs dan Muhammad Abd. Rahman. Alhamdulillah, di usia ke-47 saya jadi seorang Muslim. Beberapa menit kemudian istri saya juga ikut bersyahadah. Ayah baru memeluk Islam beberapa bulan kemudian. Sejak itu saya dan ayah sering ke mesjid terdekat di kota kami. Ayah mertua saya akhirnya juga mengikuti kami. Di usianya yang ke-86 ia memeluk Islam. Mertua saya meninggal persis beberapa bulan selepas bersyahadah. Semoga Allah ampuni dia. Amiin.

Adapun anak-anak saya pindahkan dari sekolah Kristen ke sekolah Islam. Setelah sepuluh tahun bersyahadah, mereka telah mampu menghafal beberapa juz Al-Quran.

Sejak itu saya habiskan waktu hanya untuk Islam. Saya berdakwah ke mana-mana, hingga ke luar Amerika. Banyak sudah yang memeluk Islam. Baik dari kalangan birokrat, guru, dan pelajar dari berbagai agama. Dari Hindu, Katolik, Protestan, Yahudi, Rusia Orthodok, hingga Atheis. Saat ini saya juga mengelola sebuah website yakni Islamalways.com yang punya motto terkenal, " where we're always open 24 hours a day and always plenty of free parking." (kami buka 24 jam sehari dan banyak tempat parkir gratis).

Islam telah mengubah cara saya melihat kehidupan ini dengan lebih bermakna. Semoga Allah pelihara hidayah yang sudah ada pada kita dan sebarkan hidayah itu ke seluruh alam. Amin. [Zulkarnain Jalil, kontributor www.hidayatullah.com di Aceh]

Kekayaan, Kesuksesan dan Cinta

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah,dan ia
melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan.
Wanita itu tidak mengenal mereka semua. Wanita itu berkata: "Aku tidak
mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar.Mari masuk
ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk menganjal perut. Pria
berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?
Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar. "Oh kalau begitu, kami
tak ingin masuk.

Kami akan menunggu sampai suami mu kembali, katapria itu. Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini.

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam. "Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama" , kata pria itu hampir bersamaan."Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.

Salah seorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan,"katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, dan "sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya.

Sedangkan aku sendiri bernama Cinta. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu.

Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. "Ohho...menyenangka n sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan. Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia
bertanya, "sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen gandum kita. "Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta. Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam. Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita.

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa diantara Anda yang bernama Cinta? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini. Si Cinta bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta.

Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan. "Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga? Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Cinta, maka, kemana pun Cinta pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini.


Hindari Virus Ashabiyah

(bersatu Kita Teguh)
Perkembangan kelompok, jamaah dan harakah-harakah di tubuh umat Islam adalah sesuatu yang menggembirakan. Tapi awas bahaya sikap bangga diri

”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” [Ali Imran: 103]



Tak dapat dipungkiri bahwa kaum Muslimin saat ini terdistribusi dalam beberapa kelompok, jamaah, dan harakah. Di dalam suatu wilayah yang tidak terlalu luas di suatu kota, misalnya, kita dapati berbagai ragam harakah yang masing-masing memiliki pengikut setianya sendiri. Kenyataan ini seharusnya kita sikapi secara bijak dengan menerima apa adanya.

Realitas Lumrah

Kita tidak perlu risau, gelisah, atau salah tingkah menghadapi realitas tersebut, karena Islam sendiri tidak menghalangi ummatnya untuk membentuk suatu perserikatan, kumpulan, atau jamaah, karena ini merupakan sunatullah. Firman Allah:

”Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui.” [Ar-Rum: 22]

Selain itu, di zaman Rasulullah sendiri sudah terjadi pengelompokan identitas, yaitu Muhajirin dan Anshar. Padahal, jumlah ummat Islam pada waktu itu masih sangat sedikit. Terhadap realitas ini Rasulullah sendiri tidak risau. Beliau justru memanfaatkannya untuk melakukan konsolidasi.

Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa suatu ketika, selesai dari satu peperangan Rasulullah membagi-bagikan harta rampasan yang jumlahnya melimpah kepada pasukan Islam. Dengan maksud menguatkan iman orang-orang muallaf dari Makkah, beliau sengaja memberi bagian yang lebih banyak kepada mereka.

Distribusi yang dianggap tidak merata itu kemudian menjadi pergunjingan di kalangan kaum Anshar yang merasa mendapatkan bagian lebih sedikit. Mereka bahkan hampir menuduh Nabi tidak adil, karena dinilai lebih memprioritaskan kaumnya. Menanggapi isu tersebut, Rasulullah bersikap arif. Beliau berkata: ”Apakah kalian tidak rela mereka pulang membawa harta rampasan, sedang kalian pulang dengan membawa Utusan Allah?” Mendengar ucapan itu, mereka semua menangis.

Apakah setelah kejadian itu Rasulullah segera meniadakan sama sekali identitas kedua kelompok tersebut? Tidak. Kaum Muhajirin adalah aset tak ternilai. Demikian juga kaum Anshar. Berdirinya kelompok-kelompok dalam tubuh kaum Muslimin adalah realitas, bahkan eksistensinya diakui oleh Al-Quran. Firman Allah:

”Dan orang yang menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.” [Al-Hasyr: 9]

Racun Ashabiyah

Pengelompokan di tubuh kaum Muslimin itu bermasalah jika antara yang satu dengan yang lain mulai timbul sikap bangga diri atau kelompok sekaligus merendahkan kelompok, jamaah, atau harakah lainnya (Ashabiyah). Kebanggaan kolektif ini lebih sulit penanggulangannya dibandingkan dengan kebanggaan pribadi. Akibat yang ditimbulkannya juga jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan kebanggaan individual. Itulah sebabnya Rasulullah SAW melarang sikap-sikap tersebut dengan sabda beliau:

”Hendaklah orang-orang meninggalkan kebanggaan terhadap nenek moyang mereka yang telah menjadi batu bara di neraka Jahannam atau (jika tidak) mereka akan menjadi lebih hina di sisi Allah dari kumbang yang hidungnya mengeluarkan kotoran.” (Riwayat Abu Dawud, Turmidzi dan Ibnu Hibban. Turmidzi menghasankan hadits ini).

”Cukuplah seseorang dinilai telah berbuat kejahatan bila ia merendahkan saudaranya sesama Muslim.” [Riwayat Muslim].

Kebanggaan golongan sekaligus merendahkan golongan lain bisa berakibat fatal, yakni menimbulkan sikap ekslusif, menutup diri. Akibatnya tidak bisa mengambil pelajaran dan menerima kebenaran dari pihak lain karena terhalangi oleh sikap gengsi. Akibatnya berikutnya, jamaah seperti ini cepat atau lambat akan mengalami stagnasi, pelan-pelan mulai menunjukkan tanda-tanda kemunduran, dan akhirnya mati. Padahal jika seandainya mereka bersikap tawadhu, mereka bisa belajar dari jamaah yang lain. Kekuarangannya bisa ditutupi sedang kelebihannya semakin disempurnakan. Umur jamaah seperti ini bisa jauh lebih panjang.

Kesombongan kolegial juga berdampak pada ketiadaan kerjasama dan saling menyayangi antar jamaah, padahal musuh mereka sama. Ketika musuh sudah bersatu, justru antar jamaah Muslim saling berseteru. Jika ada satu harakah yang maju, yang lain mundur tidak membantu. Lebih parah lagi, ketika harakah tersebut mengalami kekalahan justru disoraki. Inilah penyakit kaum Muslimin yang umurnya sudah berabad-abad, yang hingga kini belum terobati. Sesekali sembuh, tapi lebih sering kambuh. Kalau sudah begitu, jangan harap musuh yang ada di depan mata seperti Israel sekarang ini sangat sulit dikalahkan.

Padahal Allah menorehkan sejarah emas bagi kelompok Muhajirin dan Anshar karena mereka saling berkasih sayang, saling membantu, dan bekerjasama. Mereka hidup bersama dan berperang menghadapi musuh secara bersama. Ketika menghadapi kesulitan mereka solid, ketika lapang mereka saling berbagi. Terus terang, kita merindukan kembalinya jamaah-jamaah seperti itu.

Saling Menguatkan, Bukan Melemahkan

Kita tidak keberatan jika di negeri ini ada sepuluh partai Islam, seratus harakah Islam atau seribu ormas Islam sekalipun, asal di antara mereka terjadi silaturahim, sinergi, dan kolaborasi. Akan tetapi jika di antara mereka saling membanggakan diri, dua partai Islam saja sudah menyesakkan hati, tiga harakah saja sudah menyusahkan, dan lima ormas Islam saja sudah meresahkan. Kelompok, golongan, jamaah atau harakah seperti itu tidak menguatkan, malah menjadi sumber kelemahan dan kekalahan. Allah telah mengingatkan:

”Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya serta janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya allah beserta orang-orang yang sabar.” [Al-Anfal: 45-46]

Sangat disayangkan, banyak di antara anggota jamaah yang kerjanya hanya mencari-cari kelemahan dan kekurangan jamaah yang lain, kemudian menyebarluaskannya. Budaya seperti ini sungguh sangat memprihatinkan kita. Apalagi jika sikap seperti itu kemudian dibenarkan oleh para elit jamaah, maka akan semakin lengkaplah penderitaan kaum Muslimin.

Lebih parah lagi, jika di antara mereka terjadi saling mengkafirkan. Tuduhan sebagai ahli bid’ah, ahli syirik, dan kelompok munafik menjadikan kelompok-kelompok dalam Islam bukan saja lemah posisinya, tapi menghancurkan diri mereka sendiri. Sehingga untuk mengalahkan kaum Muslimin, kaum kafir tidak perlu dengan berperang lagi, karena di antara kita sendiri sudah saling membunuh. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah SAW dengan tegas bersabda:

”Apabila berhadapan dua orang Muslim dengan pedangnya masing-masing, maka baik yang membunuh maupun yang terbunuh masuk neraka.” Seorang Sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, itu layak bagi yang membunuh, tetapi bagaimana dengan yang terbunuh?” Beliau menjawab: ”Sesungguhnya dia (yang terbunuh) juga berkehendak membunuh Sahabatnya itu.” [Riwayat Muslim]

Biang Ashabiyah

Biang keladi dari penyakit kronis ashabiyah yang diderita jamaah-jamaah adalah sikap hasud, iri, atau dengki. Di antara jamaah -jamaah Islam ada yang merasa sedih jika jamaah lain mempunyai kelebihan sebagai anugerah dari Allah, sementara mereka merasa gembira manakala jamaah itu mendapat kesusahan atau ujian. Perasaan seperti itu kadang disembunyikan, tapi tak jarang pula dinampakkan. Sungguh ironis, bukankah tujuan kita berjamaah justru untuk saling menguatkan, tapi mengapa kita melemahkan jamaah kita dengan berhasud ria terhadap jamaah lain? Bukankah Allah telah berfirman:

”Apakah mereka dengki kepada manusia atas anugerah Allah yang diberikan kepadanya?” [QS. An-Nisaa: 54]

Sangat disayangkan, kita yang sudah ditarbiyah dan tercerahkan, malah menjadi pendengki. Renungkanlah sabda Nabi berikut ini: ”Takutlah kamu sekalian pada sifat dengki, karena dengki itu akan memakan amalan-amalan yang baik sebagaimana api memakan kayu bakar. Atau beliau bersabda: (memakan) rumput kering.” (Riwayat Bukhari dan Muslim). Wallahu a’lam bishshawab.

[Hami Thohari. Tulisan ini pernah dimuat Majalah Hidayatullah, edisi 5, September 2006]


Berhati-hati dengan “Salam”

Sabtu, 19 Januari 2008

Mungkin karena kesibukan, diantara kita sering menyingkat ucapan “salam” yang arti awalnya doa keselamatan justru menjadi “cacian” dan kata “jorok”. Lho bagaimana bisa?


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
ImageHidayatullah.com--Ucapan ”Assalamu’alaikum”, السلام عليكم, merupakan anjuran agama, dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan umat beragama, dengan salam dapat menjalin persaudaraan dan kasih sayang, karena orang yang mengucapkan salam berarti mereka saling mendo’akan agar mereka mendapat keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kalian tak akan masuk surga sampai kalian beriman dan saling mencintai. Maukah aku tunjukkan satu amalan bila dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Yaitu, sebarkanlah salam di antara kalian.” [HR Muslim dari Abi Hurairah]

Saya seringkali menerima sms atau e-mail dari beberapa kawan dan juga beberapa ustadz yang mengawali salamnya dengan singkatan. Singkatannya pun macam-macam. Ada yang singkat seperti "Asw" atau "Aslm". Ada yang sedikit lebih panjang seperti ; “Ass Wr Wb” atau “Aslmwrwb” . Namun yang sering saya dapatkan, adalah singkatan "Ass". Singkatan terakhir ini paling umum dan paling sering digunakan. Bagi saya, ini adalah singkatan yang tidak enak untuk dibaca, terlebih kalau mengerti artinya.

Marilah kita simak singkatan ini. Dalam kamus linguistik yang saya punya, arti dari kata Ass yang berasal dari bahasa Inggris itu adalah sebagai berikut;

“Ass” berarti: Pertama, kb. (animal) yang artinya keledai. Kedua, orang yang bodoh. Don't be a silly (Janganlah sebodoh itu). Dan ketiga, Vlug (pantat).

Padahal seperti kita ketahui ucapan Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh adalah sebuah ucapan salam sekaligus doa yang kita tujukan kepada orang lain. Ucapan salam dalam Islam sesungguhnya merupakan do’a seorang Muslim terhadap saudara Muslim yang lain. Maka, apabila kita mengucap salam dengan hanya menuliskan "Ass", secara tidak sadar mungkin kita malah mendoakan hal yang buruk terhadap saudara kita.

Kita paham, mungkin banyak orang diantara kita cukup sibuk dan ingin cepat buru-buru menulis pesan. Barangkali, singkatan itu bisa mempercepat pekerjaan. Karena itu, penulis menyarankan, jika memang keadaan sedang tidak memungkinkan untuk menulis salam lewat SMS dengan kalimat lengkap karena sedang menyetir di jalan, misalnya, solusinya cukup mudah adalah menulis pesan to the point saja. Tulislah “met pagi, met siang, met malam dan seterusnya. Ini masih lebih baik dibandingkan kita harus memaksakan diri menggunakan singkatan dari doa keselamatan Assalamu'alaikum menjadi "Ass" (pantat).

Jangan sampai awalnya kita ingin menyampaikan doa keselamatan yang terjadi justeru sebaliknya, mendoakan keburukan. Kalau boleh saya mengistilahkah, niat baik ingin berdoa, jadinya malah ucapan kotor.

Ucapan salam adalah ucapan penghormatan dan doa. Apabila kita dihormati dengan suatu penghormatan maka seharusnya kita membalas dengan sebuah penghormatan pula yang lebih baik, atau minimal, balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan.

Hasa saja, kalau kita mengganti ucapan kalimat salam arti awalnya sangat mulia, maka, yang terjadi adalah sebaliknya, salah dan bisa-bisa menjadi umpatan kotor.

Karena itu, jika tidak berhati-hati, mengganggati ucapan Assalamu’alaikum (Semoga sejahtera atasmu) dengan menyingkatnya menjadi “Ass” (pantat), ini mirip dengan mengganti doa yang baik dengan mengganti dengan bahasa jalanan orang Jakarta, yang artinya kira-kira, berubah arti menjadi (maaf) “Pantat Lu!”
Singkatan ala Rasulullah

Meski nampak sederhana, ucapan salam sudah diatur oleh agama kita (Islam). Ucapan Assalamu alaikum السلام عليكم dalam Bahasa Arab, digunakan oleh kaum Muslim. Salam ini adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW, intinya untuk merekatkan ukhuwah Islamiyah umat Muslim di seluruh dunia. Mengucapkan salam, hukumnya adalah sunnah. Sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya. Itulah agama kita.

Sebelum Islam datang, orang Arab terbiasa menggunakan ungkapan-ungkapan salam yang lain, seperti Hayakallah. Artinya semoga Allah menjagamu tetap hidup. Namun ketika Islam datang, ucapan itu diganti menjadi Assalamu ‘alaikum. Artinya, semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa.

Ibnu Al-Arabi didalam kitabnya Al-Ahkamul Qur’an mengatakan, bahwa salam adalah salah satu ciri-ciri Allah SWT dan berarti "Semoga Allah menjadi Pelindungmu".

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Rasul bersabda, “Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman hingga kamu saling mencintai (karena Allah). Apakah kamu maujika aku tunjukkanpada satu perkara jika kamu kerjakan perkara itu maka kamu akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kamu!” (HR. Muslim)

Abu Umammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Orang yang lebih dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih dahulu memberi Salam.” (Musnad Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)

Abdullah bin Mas’ud RA meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani)

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan Salam.” Allah SWT berfirman didalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86. Demikianlah Allah SWT memerintahkan agar seseorang membalas dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik.

Bedanya agama kita dengan agama lain, setiap Muslim ketika mengucapkan salam kepada saudaranya, dia akan diganjar dengan kebaikan (pahala).

Dalam kaidah singkat menyingkat pun sudah diatur oleh Allah dan diajarkan kepada Rasulullah. Dalam suatu pertemuan bersama Rasulullah SAW, seorang sahabat datang dan melewati beliau sambil mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum”. Rasulullah SAW lalu bersabda, “Orang ini mendapat 10 pahala kebaikan,” ujar beliau.

Tak lama kemudian datang lagi sahabat lain. Ia pun mengucapkan, “Assalamu‘alaikum Warahmatullah.” Kata Rasulullah SAW, “Orang ini mendapat 20 pahala kebaikan.” Kemudian lewat lagi seorang sahabat lain sambil mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum warahmatullah wa baraokatuh.” Rasulullah pun bersabda, “Ia mendapat 30 pahala kebaikan.” [HR. Ibnu Hibban dari Abi Hurairah].

Nah dari tiga singkatan itu silahkanAnda pilih yang mana yang Anda inginkan tanpa harus menyingkatnya sendiri yang justru bisa menghilangkan nilai pahalanya. Tentu saja, jangan Anda lupakan, tiga singkatan itu sudah rumus dari Nabi yang dipilihkan untuk kita.

Satu hal lagi yang perlu diingat adalah ketika kita menuliskan kata Assalamu'alaikum, perlu diperhatikan agar jangan sampai huruf L nya tertinggal sehingga menjadi Assaamu'alaikum.

Karena apa ? Diriwayatkan bahwa dahulu ada seorang Yahudi yang memberi salam kepada Nabi dengan ucapan "Assaamu 'alaika ya Muhammad" (Semoga kematian dilimpahkan kepadamu).

Dan kata assaamu ini artinya kematian. Kata ini adalah plesetan dari "Assalaamu 'alaikum". Maka nabi berkata, "Kalau orang kafir mengatakan padamu assaamu 'alaikum, maka jawablah dengan wa 'alaikum (Dan semoga atas kalian pula)." [HR. Bukhari]

Tulisan ini, mungkin nampak sederhana. Meski sederhana, dampaknya cukup besar. Boleh jadi, kita belum pernah membayangkannya selama ini. Nah, setelah ini, sebaiknya alangkah lebih baik jika memulai kembali menyempurnakan salam kepada saudara kita. Tapi andaikata memang kondisi tak memungkinkan, sebaiknya, pilihlah singkatan yang sudah dipilihkan Nabi kita Muhammad SAW tadi. Mungkin Anda agak capek sedikit tidak apa-apa, sementara sedikit capek, 30 pahala kebaikan telah kita kantongi. [indra yogiswara,tinggal di Jakarta/www.hidayatullah.com]


Ekonomi Amerika Tak Lagi Terkuat di Dunia

Minggu, 16 Maret 2008
Akibat krisis ekonomi dan resesi, kini, ekonomi Amerika bukan lagi terkuat di dunia. Posisinya kini sudah digantikan oleh Uni Eropa

Hidayatullah.com--Akibat lemahnya nilai tukar dolar maka ekonomi Amerika tidak lagi yang paling kuat di dunia. Posisi tersebut diambil alih oleh Uni Eropa. 1 Euro kini bernilai 1,56 dollar Amerika.

Demikian perhitungan para pakar ekonomi dari Goldman Sachs, sebuah bank dagang Amerika. Kalau dihitung dalam dollar, produk bruto dalam negeri 15 negara Uni Eropa mencapai 37 miliar lebih besar dari Amerika Serikat.

Sementara itu, Presiden Amerika George W Bush mengakui Amerika sedang memasuki masa perekonomian yang sulit. Ia mengatakan itu dalam pertemuan Economic Club di New York kemarin.

Pidatonya itu diucapkan pada pekan saat dolar mencatat nilai terendah dan harga minyak dan emas mencapai rekor baru. Presiden Bush mengakui pertumbuhan ekonomi telah melambat, harga rumah merosot, dan harga minyak dan pangan melonjak.

Tetapi katanya, dia yakin Amerika Serikat telah mengambil langkah-langkah penting yang akan membantu membalikkan perekonomian.

Seorang anggota Kongres Demokrat terkemuka sesudahnya mengecam presiden Amerika itu, dengan mengatakan pidatonya hari ini membuktikan dia tidak mempedulikan pandangan rakyat Amerika dan para pakar ekonomi.

Senator New York Charles Schumer – anggota komite keuangan Senat – juga mengatakan Bush terlalu lamban dalam menanggapi masalah ekonomi negara, yang membuat pemulihan kembali menjadi lebih sulit lagi.

Beberapa bulan ini, dunia dikagetkan dengan krisis ekonomi yang melanda Amerika. Berbagai bank Amerika dikabarkan merugi besar akibat krisis hipotek. Akibat meningkatnya suku bunga, banyak warga Amerika tidak mampu membayar hipotek.

Harga rumah turun tajam, bank-bank mengalami masalah keuangan dan resesi ekonomi Amerika tidak terhindarkan. [rnl/voa/www.hidayatullah.com]


Penjajahan Korporasi Asing Atas Migas Indonesia

www.eramuslim.com Pada saat kami menuliskan release ini, Christopher Lingle di harian Jakarta Post (20/02/08), dalam artikel yang berjudul "Restoring Indonesia's economy to a higher growth path" mencatat bahwa pengangguran di Indonesia mencapai 40% dari total angkatan kerja. Selain itu, Bank Dunia menyebutkan sekitar 49, 5% Rakyat Indonesia berpendapatan di bawah 2US$/hari. Di sektor pendidikan, yang menjadi pilar utama pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), justru menggambarkan situasi yang lebih miris. Menurut data Susenas 2004, dari penduduk usia sekolah 7–24 tahun yang berjumlah 76, 0 juta orang, yang tertampung pada jenjang SD sampai dengan PT tercatat baru mencapai 41, 5 juta orang atau sebesar 55 persen.

Sementara itu, menurut data Balitbang Depdiknas 2004, angka putus sekolah atau drop-out di tingkat SD/MI tercatat sebanyak 685.967 anak, yang berhasil lulus SD/MI tetapi tidak melanjutkan ke jenjang SMP/MTs dan putus sekolah di tingkat SMP/MTs sebanyak 759.054 orang. Situasi ini sangat kontras dengan nilai profit kandungan kekayaan alam yang dimiliki oleh tanah air kita, yang justru memberikan kemakmuran melimpah kepada korporasi-korporasi asing.

Dalam laporan pendapatannya untuk tahun 2007, pihak ExxonMobil memperoleh keuntungan sebesar $40.6 Billion atau setara dengan Rp3.723.020.000.000.000 (dengan kurs rupiah 9.170). Nilai penjualan ExxonMobil mencapai $404 billion, melebihi Gross Domestic Product (GDP) dari 120 negara di dunia. Setiap detiknya, ExxonMobil berpendapatan Rp 11.801.790, sedangkan perusahaan minyak AS lainnya, Chevron, melaporkan keuntungan yang diperolehnya selama tahun 2007 mencapai $18, 7 billion atau Rp171.479.000.000.000. Royal Ducth Shell menyebutkan nilai profit yang mereka dapatkan selama setahun mencapai $31 milyar atau setara dengan Rp 284.270.000.000.000.

Keuntungan yang diperoleh korporasi-korporasi Negara imperialis ini tidaklah setara dengan Produk Domestic Bruto (PDB) beberapa Negara dunia ketiga, tempat korporasi tersebut menghisap. Hingga akhir tahun 2007, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia belum sanggup menembus Rp4.000 Trilyun, untuk triwulan ke III tahun 2007 saja hanya mencapai Rp 2.901. trilyun. Untuk Negara penghasil minyak lainnya, Libya hanya 50.320 juta US$, Angola (44, 033 juta US$), Qatar (42, 463US$), Bolivia (11.163 juta US$), dan lain-lain.

Konfigurasi ini memperlihatkan pengalihan keuntungan eksplorasi tambang, baik migas maupun non-migas, di Negara-negara penghasil justru dinikmati oleh grup-grup korporasi dan Negara induknya. Di Indonesia, menurut laporan Energy information Administration (EIA) dalam laporannya (jan/08) mengatakan bahwa total produksi minyak Indonesia rata-rata 1, 1 juta barel per-hari, dengan 81% (atau 894.000 barel) adalah minyak mentah (crude oil). Untuk produksi gas alam, Indonesia sanggup memproduksi 97.8 juta kubik. Indonesia masuk dalam daftar ke 9 penghasil gas alam di dunia, dan merupakan urutan pertama di kawasan Asia Pasifik.

Sayangnya, hampir 90% dari total produksi tersebut berasal dari 6 MNC, yakni; Total (diperkirakan market share-nya di tahun 2004, 30%), ExxonMobil (17%), Vico (BP-Eni joint venture, 11%), ConocoPhillips (11%), BP (6%), and Chevron (4%). Sedang, stok gas bumi mencapai 187 triliun kaki kubik atau akan habis dalam waktu 68 tahun dengan tingkat produksi per tahun sebesar 2, 77 triliun kaki kubik. Cadangan batu bara ada sekitar 18, 7 miliar ton lagi atau dengan tingkat produksi 170 juta ton per tahun berarti cukup buat memenuhi kebutuhan selama 110 tahun. (Sumber: Kementerian ESDM).

Bandingkan dengan kebutuhan untuk pendidikan! Berdasarkan kajian Balai Penelitian dan Pengembangan Depdiknas, biaya ideal seorang siswa SD per tahun adalah Rp 1, 68 juta. Data Depdiknas menunjukkan, siswa setingkat SD se-Indonesia sekitar 25, 5 juta. Jadi untuk menggratiskan pendidikan di SD (minus infrastruktur) adalah 42.8 trilyun. Berdasarkan data Balitbang 2003 mengenai kondisi bangunan SD seluruh Indonesia, 32, 2 persen rusak ringan, rusak berat ada 25 persen. SLTP yang rusak ringan 19, 9 persen, rusak berat 7, 4 persen. Padahal, untuk memperbaiki sebuah gedung sekolah hanya membutuhkan dana paling banyak Rp100 juta, nilai ini sangat kecil jika dibandingkan dengan share profit di sector pertambangan yang menguap keluar.

Kenapa hal ini bisa terjadi?

Cadangan minyak Indonesia pada tahun 1974 sebesar 15.000 metrik barel dan terus mengalami penurunan. Pada tahun 2000 cadangan minyak Indonesia sekitar 5123 metrik barel (MB) dan tahun 2004 menjadi sekitar 4301 MB. Penyebab dari turunnya cadangan minyak Indonesia adalah; pertama Ladang-ladang pengeboran minyak di Indonesia (milik Pertamina) sudah sangat tua, sebagian besar masih peninggalan penjajah Belanda. Kebanyakan sumur-sumur yang ada sudah tua, teknologi yang digunakan pun sudah ketinggalan zaman.

Tidak ada revitalisasi technologi, tidak ada pembenahan struktur dalam perusahaan Migas, dan tidak ada upaya pemerintah untuk memberikan perlakukan khusus bagi perusahaan tambang dalam negeri. Ini semua menyebabkan kemampuan dan kapasitas produksi untuk penerimaaan pemerintah semakin mengecil. PT Pertamina (Persero) menargetkan: laba bersih tahun ini hanya Rp17, 8 triliun atau turun 27, 3 persen dibandingkan laba bersih 2007 sebesar Rp24, 5 triliun. Jadi, merupakan sebuah ironi, korporasi-korporasi asing yang bereksplorasi di wilayah yang sama, memperoleh keuntungan maksimum, sedangkan Pertamina mengalami penurunan laba (keuntungan).

Penyebab kedua, turunnya cadangan minyak Indonesia adalah sebagian besar ladang-ladang minyak Indonesia dikuasai oleh korporasi asing (MNC), seperti BP, Chevron, CNOOC, ConocoPhillips, ExxonMobil, Inpex, KG, Mitsubishi, Nippon Oil, PetroChina, Petronas, Total, Vico. Dengan pembangunan pipeline (jalur onshore dan jalur offshore) yang bisa mengalirkan minyak hasil eksplorasi dari berbagai blok minyak di Indonesia ke Singapore power, menyebabkan potensi hilangnya minyak Indonesia semakin besar. Ini masih ditambah dengan ketidaksanggupan pemerintah mengontrol secara tegas produksi murni dari korporasi (MNC).

Berpatokan kepada UU Migas Nomor 22/2001, pembagian keuntungan pihak Indonesia (Cq. Pemerintah) dan korporasi dilakukan dalam skema Production Sharing Contract (PSC), di mana pertamina telah menjadi bagian dari Kontraktor kontrak Kerja Sama (KKKS). Dalam skema PSC yang ada sekarang, Cost Recovery (CR) sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah Indonesia. Cost recovery minyak mentah Indonesia mencapai US$9, 03 per barel, sedangkan rata-rata cost recovery minyak mentah dunia sekitar US$4-US$6 per barel. Jadi, cost recovery Indonesia lebih tinggi sekitar 75 persen -125 persen per barel, dibandingkan rata-rata negara produsen minyak mentah di dunia.

Apakah ada masalah dengan biaya cost recovery ini? Iya, audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan pada penggunaan cost recovery periode 2000-2006 terhadap 152 kontraktor senilai Rp122, 68 triliun, ditemukan indikasi penyimpangan pada 43 kontraktor senilai Rp18, 07 triliun. Perhitungan cost recovery sebenarnya hanya beban atas kegiatan eksplorasi migas, yang meliputi biaya produksi pengangkatan minyak (lifting) dan biaya investasi. Tapi kenyataannya, dalam kontrak yang dibuat kontraktor dengan pemerintah, tak ada batasan yang tegas. Akibatnya, banyak komponen biaya lain seperti renovasi rumah dinas, biaya berobat, hiburan bahkan kegiatan tanggung jawab sosial (CSR). Ini mungkin yang membuat biaya tersebut membengkak. (sumber: jurnal nasional)

Skema bagi hasil Pemerintah Indonesia dan pihak korporasi memang sangat tidak adil, sangat merugikan pihak Indonesia, namun, beberapa elit politik justru memanfaatkan isu ini demi kepentingan politiknya, bukan untuk kepentingan rakyat. Seandainya, Indonesia mau melakukan peninjauan ulang kontrak karya dengan semua KKS, alasan legal formalnya sangat dibenarkan, mengingat ada bukti-bukti penyimpangan yang disimpulkan BPK. Peraih Nobel Ekonomi 2001 Joseph E. Stiglitz waktu datang ke Indonesia, menyatakan eksploitasi yang dilakukan perusahaan multinasional di negara berkembang sering kali dianggap sepenuhnya sah. Sebagian besar negara berkembang dinilainya tidak mampu terlibat dalam negosiasi canggih yang melibatkan perusahaan-perusahaan multinasional. Dia menduga negara-negara itu tidak mengerti implikasi penuh dari setiap klausul di dalam kontrak. Untuk Indonesia pun, Stiglitz menyarankan agar berani melakukan negosiasi ulang.

Karena proses perampokan kekayaan alam Indonesia ini sepenuhnya dilegitimasi oleh perundang-undangan pemerintah Indonesia, maka tidak ada jalan lain, rakyat Indonesia harus melakukan nasionalisasi (pengambil-alihan) terhadap seluruh perusahaan tambang asing tersebut. Langkah ini merupakan jalan yang tepat dan sanggup menyelamatkan kekayaan alam yang seharusnya diperuntukkan untuk rakyat Indonesia. Pada Hari Buruh Internasional, Morales resmi mengumumkan nasionalisasi 20 perusahaan minyak dan gas asing. Pengumuman langsung didukung tindakan dengan mengirim tentara Bolivia ke ladang minyak dan gas alam. Penempatan pasukan militer itu merupakan simbol bahwa instalasi minyak dan gas itu telah menjadi milik negara Bolivia. Gara-gara dekrit itu, penerimaan Bolivia disektor migas melonjak menjadi US$780 juta (sekitar Rp7 triliun) pada tahun 2007. Jumlah itu enam kali lipat disbanding penerimaan pada 2002. Bagaimana jika perusahaan asing menolak? "Mereka boleh pergi, " ujar Menteri Energi Andres Soliz.

Di Indonesia, di bawah Bung Karno, pemerintahan Soekarno mengeluarkan kebijakan UU No. 86/1958 tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing, termasuk sektor pertambangan. Selain itu, Bung Karno memberlakukan UU Nomor 44 Tahun 1960 yang mempertegas pengelolaan minyak dalam kontrol Negara. Setelah itu, Bung Karno menyerahkan skema profit-sharing agreement (PSA) yakni 60:40, ditambah kebijakan lain seperti MNC wajib menyerahkan 25 persen area eksplorasi setelah 5 tahun dan 25 persen lainnya setelah 10 tahun. Selain itu, MNC wajib menyediakan kebutuhan untuk pasar domestik dengan harga tetap dan menjual aset distribusi-pemasaran setelah jangka waktu tertentu. Skema Bung Karno langsung disetujui oleh presiden AS saat itu, John F Kennedy, dan tiga raksasa minyak dunia (Stanvac, Caltex, dan Shell). Cerita sukses Bung Karno itu bisa dilihat dalam prestasi sektor pendidikan, yakni Tingkat melék huruf naik dari 10 ke 50 persen (1960). Biaya pendidikan pada masa itu juga sangat murah.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka kami dari Eksekutif Nasional- Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (EN-LMND), menyatakan sikap sebagai berikut:

1. Nasionalisasi perusahaan pertambangan asing untuk kepentingan pendidikan gratis dan berkualitas.

2. Tinjau-ulang kontrak karya dengan seluruh KKS karena telah merugikan pihak Indonesia.

3. Cabut semua paket perundang-undangan (regulasi) yang mensahkan korporasi asing menjarah kekayaan alam bangsa kita.

4. Industrialisasi Nasional; Pemerintah harus memfasilitasi pembangunan dan penguatan Industri pertambangan Negara yang tangguh dan modern, baik di sektor hulu sampai ke hilir.

Demikian release ini kami buat. Atas perhatiannya, kami ucapkan banyak terima kasih.

(Pers Rilis, Jakarta, 22 februari 2007, EksNas-LMND)

Majalah AS Akan Bagikan Buku Anti-Islam dan Anti-Rasulullah Secara Gratis

Eramuslim: Majalah mingguan Human Events-majalah kelompok kiri neo-konservatif yang berorientasi ke kelompok Republik di AS-akan membagi-bagikan buku secara gratis, yang berisi penghinaan dan tuduhan-tuduhan palsu terhadap Nabi Muhammad Saw dan mengindetikkan Iskam dengan terorisme.

Buku itu berjudul "The Truth About Muhammad: Founder of the World's Most Intolerant Religion" karya Robert Spencer yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh Regnery, yang juga mencetak buku-buku kalangan neokon yang kerap menimbulkan kontroversi. Regnery adalah pecahan dari Eagle Publishing, yang memiliki majalan mingguan Human Events.

Di pasaran, buku Spencer di jual seharga 30 dollar. Karen Armstrong, penulis terkenal Inggris yang juga menulis buku tentang Nabi Muhammad Saw, mengatakan bahwa buku karya Spencer ditulis dengan "rasa kebencian" dan "banyak fakta mendasar yang salah" dalam buku tersebut. Penulisnya, kata Armstrong, "sengaja memanipulasi bukti-bukti."

Namun menurut Human Events, fakta-fakta yang dibeberkan Spencer dalam bukunya, banyak yang tidak diketahui sebelumnya oleh para sejarawan. Dalam bukunya, Spencer menulis bahwa kemenangan Nabi Muhammad Saw karena tindakan-tindakan terorismenya dan Nabi Muhammad memanfaatkan iming-iming surga untuk merayu pengikutnya agar mau menghancurkan musuh-musuhnya.

Spencer yang juga Direktur dari situs Jihad Watch dan Dhimmi Watch, juga menuding Rasulullah sebagai pengkhianat, yang mengkhianati Perjanjian Hudaibiyah-perjanjian antara Rasulullah dengan kaum Quraish di Makkah-serta menuduh Nabi Muhammad Saw telah membujuk umat Islam agar membunuh orang-orang Yahudi.

Buku Spencer mendapat dukungan dari seorang jaksa dari kelompok ultra-konservatif, Ann Coulter. Coulter yang juga penulis kolom di Human Events ikut mempromosikan buku Spencer. Coulter juga dikenal dengan pernyataan-pernyataan yang anti-Arab dan Muslim. Misalnya, pasca serangan 11 September, Coulter mengatakan bahwa Amerika selayaknya menginvasi negara-negara Muslim.

"Kita layak menginvasi negara-negara mereka, membunuh para pemimpin-pemimpinnya dan memurtadkan mereka agar memeluk agama Kristen. Kita ini cermat dalam menghukum tidak hanya Hitler dan para pejabat-pejabat tingginya. Kita menghujani kota-kota di Jerman dengan bom, kita membunuh warga sipil. Itulah perang. Dan ini juga perang, " tulis Coulter di situs National Review Online.

Pernyataan Coulter juga pernah membuat marah warga Yahudi di AS, ketika ia mengatakan bahwa orang-orang Yahudi harus memeluk agama Kristen untuk mencapai kesempurnaan. (ln/al-arby)

Memeluk Islam Setelah Chatting

Sabtu, 15 Maret 2008

Chatting biada digunakan banyak orang untuk keperluan tak bermanfaat. Tapi melalui Chatting, seorang remaja Yahudi justru memeluk Islam

Hidayatullah.com--Musa Caplan nama lengkapnya. Baru berusia 16 tahun. Sebelum memeluk Islam, Musa beragama Yahudi. Keluarganya bukanlah dari kalangan Yahudi tradisional (orthodok). Namun ia justru belajar agama dari penganut tradisional.

“Aku belajar agama dari kelompok Yahudi Orthodok di sinagog (rumah ibadah kaum Yahudi-red). Demikian pula pendidikan formal juga di sekolah orthodok,” tutur Musa. Tinggal di komunitas Yahudi Orthodok di Amerika Serikat, ia seakan ”putus” kontak dengan dunia luar. Otomatis kala itu Musa tidak punya teman non-Yahudi sama sekali. Melalui bantuan internetlah ia mendapatkan banyak teman, terutama dari kalangan Islam. Dari diskusi online, ia justru mulai ragu dengan agamanya dan akhirnya bersyahadah via internet. Berikut kisahnya seperti dituturkan di di situs readingislam.com.


Kenal Islam lewat internet
“Belakangan, sejak kenal internet, aku jadi suka chating. Dari situlah bisa kenalan dengan berbagai macam kalangan, suku dan agama,” imbuhnya. Bahkan, e-mail Musa secara perlahan mulai terisi oleh teman-temannya yang beragama Islam. Sejak saat itulah ia mulai tertarik dan antusias mempelajari Islam.

“Aku menaruh perhatian sangat spesial dengan Islam. Kami saling bertukar info tentang Tuhan, nabi, moral, dan nilai-nilai agama. Perlahan aku jadi tahu banyak tentang Islam. Ternyata Islam adalah agama yang penuh damai. Begitupun aku belum bisa menghilangkan imej buruk tentang Islam. Misal ketika kudengar ada serangan teroris, sama seperti yang lainnya, aku menuding Islam itu ekstrem.” aku Musa. Beruntungnya ia punya kenalan online beragama Islam. “Dialah yang telah membuka pintu Islam kepadaku.”

Alhasil ia justru jadi banyak bertanya pada dirinya sendiri. Apakah agama Islam mengajarkan hal itu (membunuh orang tak berdosa)? Katanya Nabi Muhammad adalah seorang pejuang besar dan tidak pernah membunuh orang tak berdosa.

“Dari diskusi itu aku yakin Islam juga mengajarkan respek, damai, dan toleransi. Tidak pernah disebutkan untuk membunuh orang selain Islam. Dalam Al-Quran ada satu pelajaran yang sangat berharga dan dalam maknanya:”Membunuh seseorang, sama dengan merusak seluruh dunia.” Musa menyitir sebuah ayat Al-Quran.

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. (Al-Ma'idah:32)

Setelah yakin Islam bukan agama perang, Musa memutuskan untuk mempelajari Islam lebih mendalam. Ia justru menemukan keragu-raguan dalam agamanya sendiri.

“Entah mengapa pandanganku sangat cocok dengan pandangan Islam. Aku bahkan menduga Kitab Perjanjian Lama, misalnya, telah banyak diubah. Diubah semata-mata untuk kepentingan materi.”

“Hal menarik lainnya yang membawaku makin condong ke Islam adalah kebenaran ilmiah (scientific truth) yang ada dalam Al-Quran. Kandungan ilmiah Al-Quran luar biasa. Misal Quran menceritakan bagaimana kejadian manusia yang berawal dari sperma manusia. Asal mula kehifupan manusia sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran itu jauh sebelum ilmu pengetahuan ditemukan,” tukas Musa mantap.

“Al-Quran juga menyatakan bagaimana gunung-gunung dibentuk dan berbicara tentang lapisan atmosfir! Ini semuanya hanya beberapa dari begitu banyaknya penemuan-penemuan ilmiah, yang telah ada dalam Al-Quran 1400-an tahun yang lalu jauh sebelum penemuan-penemuan ilmu pengetahuan saat ini. Inilah salah satu kunci atau faktor yang menghantarku menemukan kebenaran dalam kehidupan,” lanjutnya bersemangat.

Musa menambahkan ada banyak website (situs) yang sangat bias dalam mengartikan ayat-ayat tertentu. Misalnya ayat-ayat tentang “perang”. Dikatakannya, kebanyakan situs-situs itu mengambil frase “perang”tersebut untuk membuat opini bahwa Islam agama suka perang.

“Padahal tidak demikian. Dalam bahasa Arab, kata Islam berasal dari salama yang bermakna “damai atau selamat”. Aku sangat yakin Islam agama damai.”

Tidak berani tinggalkan shalat

Menilik usianya yang masih sangat muda dan tinggal di lingkungan kaum Yahudi, Musa menghadapi banyak tantangan. Terutama dari keluarganya.

“Sungguh sangat sulit bagi mereka jika tahu aku telah berganti keyakinan. Jujur saja, keluarga dan sanak famili semua sayang padaku. Apa reaksi mereka kala mengetahui anak laki-laki kesayangannya telah masuk Islam? Karena itu, sementara waktu aku tak bisa leluasa memperlihatkan kehidupan Islam secara sempurna dalam kehidupan harian. Namun aku bersyukur kepada Allah, diberikan kekuatan hingga tetap bisa menunaikan shalat lima waktu dengan lancar. Khusus shalat saya berjuang untuk tidak meninggalkannya,” tutur Musa.

Menariknya, tatacara amal ibadah dalam Islam, semisal shalat dipelajarinya melalui chatting dengan rekan muslim dan juga browsing di internet.

“Paling kurang aku bisa tetap memelihara keyakinan pada Allah. Beberapa hal lain, secara fisik, lumayan sulit mengekspresikannya di khalayak ramai.”

Musa belum berani memberitahukan kepada kedua orangtuanya bahwa sudah memeluk Islam. Karena itu pula ia belum berani keluar rumah guna mendatangi mesjid untuk shalat. Seperti disebutkan di atas, tempat tinggalnya adalah kawasan Yahudi Orthodoks dan mesjid yang ada letaknya pun sangat jauh dengan rumahnya.

Karena usia yang masih sangat belia, Musa terkadang sulit mengendalikan emosinya. Misal kala berdebat sesuatu tentang Muslim, katakanlah tentang Timur Tengah, hatinya jadi mudah meletup.

“Saat diskusi seluruh anggota keluarga sudah pasti mendukung Israel. Mereka tidak tahu bagaimana kenyataan yang sebenarnya. Seperti bangsa Palestina, saya pikir seharusnya mereka memperlakukan rakyat disana secara baik. Ketika keluargaku bicara tentang situasi di sana, terutama saat mereka menyebut-nyebut “Tanah suci bangsa Yahudi” atau “Tanah Impian”, entah kenapa hatiku menolaknya dan bahkan ada rasa marah. Saya jadi gampang tersinggung.” aku Musa panjang lebar.

Sulitnya bersyahadah di khalayak ramai

“Aku belum mendapatkan kesempatan untuk mengucapkan syahadah dengan disaksikan khalayak ramai. Meskipun begitu aku telah bersyahadah di hadapan yang Maha Menyaksikan, yakni Allah SWT. Nanti ketika umurku sudah cukup dan dianggap dewasa untuk bepergian sendirian, maka aku berniat untuk melangkah ke mesjid, insya Allah. Hal terpenting saat ini adalah meningkatkan kualitas diri (iman),” ujarnya.

Diam-diam Musa bahkan mulai berdakwah dengan mengajak rekan-rekan sepermainannya untuk meninggalkan minum-minuman keras, nonton film porno, menjauhi obat-obatan terkarang dan juga menghilangkan kebiasaan mencuri. Namun tentu saja hal itu tidaklah mudah. Musa mencoba semampu yang ia bisa.

“Semuanya demi dan untuk Allah. Aku berharap sepanjang waktu yang ada bisa mengerjakan apa yang Allah maui dari hamba-Nya.”

Musa, uniknya, tidak mau disebut telah menemukan Islam atau masuk Islam ataupun telah mendapatkan cahaya terang selepas berada dalam kegelapan. Akan tetapi ia ingin dikatakan telah kembali kepada Islam. Semoga Allah menuntunnya kepada jalan yang benar sebagaimana Allah telah tuntun kita semua. Amiin.

Dianggap sudah mati

Peristiwa masuk Islamnya kalangan Yahudi memang sering bikin heboh. Kebanyakan komunitas dan terlebih keluarga si muallaf tidak bisa menerima hal itu. Seperti peristiwa kaburnya seorang gadis Yahudi baru-baru ini di Yaman. Terakhir diketahui sang gadis telah memeluk Islam. Kabarnya di sana peristiwa seperti itu telah puluhan kali terjadi. Untuk kasus seperti itu, maka pihak keluarga si muallaf Yahudi melakukan upacara kematian dan menganggap salah satu anggota keluarganya telah mati, karena keluar dari agama Yahudi.

Maryam Jamilah, penulis buku Islam terkenal dan seorang muallaf Yahudi Amerika yang masuk Islam tahun 1961, pernah mengalami masa-masa sulit selepas berganti keyakinan. Diceritakan kala itu ia dianggap sudah tidak ada lagi oleh anggota keluarganya.

“Keluarga saya menyusun opini bahwa saya sudah keluar (dari Yahudi). Saya diperingatkan, dengan memeluk Islam kehidupan saya akan sulit, Karena Islam bukan bagian dari Amerika. Dikatakan mereka, dengan ber-Islam maka saya akan diasingkan dari keluarga dan masyarakat,” kisah wanita yang punya nama asli Margaret Marcus itu sebagaimana disitir Islamreligion.

“Jujur saja, pada masa itu saya belum begitu kuat menghadapi serangan dan tekanan seperti itu. Hingga jatuh sakit. Bahjan saya berencana berhenti dari kuliah. Selama dua tahun saya berada dalam perawatan medis khusus,” lanjutnya. Maryam mulai bersentuhan dengan Islam kala baru berumur sepuluh tahun. Satu ketika ia pernah berujar begini.

“Delapan tahun di sekolah dasar, lalu empat tahun di sekolah menengah dan satu tahun di akademi. Saya belajar bahasa Inggris, Perancis, Spanyol, Latin dan Yunani, Aritmatika, Geometri, Aljabar, Biologi, Sejarah Eropa dan Amerika, Musik dan Seni, akan tetapi saya tidak pernah mengenal siapa Tuhan saya!” Begitulah. [zulkarnain jalil, kontributor www.hidayatullah.com di Aceh. Email \n zkarnain03@yahoo.comAlamat e-mail ini telah dilindungi dari tindakan spam bots, Anda butuh Javascript dan diaktifkan untuk melihatnya Alamat e-mail ini telah dilindungi dari tindakan spam bots, Anda butuh Javascript dan diaktifkan untuk melihatnya ]

Foto ilustrasi: Seorang wanita Yahudi yang memeluk Islam dan aktivitas di internet

Gereja Menjamur di Negara-Negara Teluk, Bukti Toleransi Umat Islam

Sejumlah gereja kini dengan mudah terlihat di negara-negara kawasan Teluk, seiring dengan kelonggaran yang diberikan negara-negara itu terhadap toleransi antar umat beragama meski jumlah umat Kristiani di kawasan Teluk jumlahnya hanya sedikit.

Di Bahrain misalnya, negara ini hanya memiliki seribu warga negaranya yang menganut Kristen, namun jumlah gereja terus bertambah sejak berdirinya gereja pertama pada tahun 1906, yang dibangun oleh misionaris dari gereja Anglikan Amerika. Sekretaris Gereja Anglikan di Bahrain, Yussef Haidar mengatakan, selain warga Kristen Arab, jamaah gereja kebanyakan umat Kristiani asal Asia dan warga negara asing yang sedang menetap di negara itu.

Menjamurnya gereja-gereja juga terjadi di Kuwait, Oman dan Uni Emirat Arab kecuali Arab Saudi yang masih melarang pembangunan tempat ibadah non-Muslim di negaranya. Qatar termasuk negara yang mulai membolehkan berdirinya gereja. Gereja pertama di Qatar yang baru diresmikan 14 Maret lalu adalah Gereja Katolik Roma St. Mary. Setelah gereja ini, empat gereja lainnya akan dibangun di Qatar.

Sementara di Kuwait, sudah berdiri sekitar 10 gereja untuk melayani sekitar 350-400 ribu umat Kristiani yang kebanyakan berasal dari India, Philupina, Mesir, Libanon dan negara-negara Barat. Pemerintah Kuwait mengizinkan pembangunan gereja untuk mengakomodir keluhan warga Kristen di negaranya yang tidak memiliki tempat ibadah resmi, dan selama ini kerap menjadikan rumah pribadi sebagai tempat ibadah mereka.

Di Oman, tiga gereja yang berlokasi di Muscat, Sohar dan Salalah, malah dibangun atas donasi Sultan Oman, Sultan Qaboos. Menurut Sultan Qaboos, toleransi antar umat beragama sudah menjadi tradisi yang sejak lama hidup di Oman. Alasan toleransi antar umat bergama, menjadi alasan utama pemerintah negara-negara Teluk mengizinkan pembangunan gereja. Satu hal yang patut dibanggakan dari negara-negara Muslim, yang begitu toleran dengan penganut agama lain sementara umat Islam yang tinggal di negara-negara Barat masih mendapatkan perlakuan yang diskriminatif dan jauh dari sikap toleransi. (ln/iol)
Sumber : www.eramuslim.com

Perusahaan Inggris Temukan Kamera Tembus Pakaian

Sebuah perusahaan Inggris dikabarkan berhasil mengeluarkan produk kamera yang bisa mendeteksi bom, narkoba atau bahan peledak yang disimpan di balik pakaian seseorang dari jarak 25 meter. Kamera itu diproduksi untuk digunakan sebagai alat pengamanan di berbagai tempat yang dianggap rawan.

Sistem kamera yang diproduksi oleh perusahaan ThruVision itu menggunakan teknologi eknologi pencitraan pasif. Yang bisa mendeteksi objek lewat sinar elektromagnetik atau dikenal dengan Terahertz atau T-Rays.

Menurut ThruVision kamera yang mereka namakan T5000 itu, tetap memantau targetnya meskipun dalam kondisi bergerak. Namun tidak bisa digunakan untuk mendeteksi sesuatu di balik tubuh seseorang. Produk ini dipamerkan dalam pameran sains yang diselenggarakan oleh Britains Home Office pada 12-13 Maret 2008.

“Sistem kamera dapat mendeteksi sesuatu yang bersifat metalik atau non metalik yang ada pada diri seseorang dari jarak 25 meter sehingga bisa digunakan sebagai alat pengamanan baik di bandara, pasar, maupun di event olah raga, ” ujar Clive Beattie, direktur eksekutif ThruVision.

Jangan khawatir, kamera ini tidak diproduksi untuk menyingkap benda yang ada di balik pakaian seseorang. Tapi sekedar bisa mendeteksi benda yang ada di balik pakaian, bukan tubuh manusia. (na-str/rtrs)

Sumber : Eramuslim

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Selamat Datang - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger