Abul Masakin (bapaknya orang miskin)
Mengenai tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Nama lengkap beliau adalah Ja’far bin Abu Tholib bin Abdul Mutholib bin Hasyim. Nama panggilannya Abul Masakin (bapaknya orang miskin). Gelarnya Dzul Janahin (yang punya dua sayap) dan Ja’far at-Thoyyar (Ja’far sang penerbang). Ibunya fatimah binti Asad. Beliau adalah anak dari paman Rasulullah, Abu Tholib.
Menikah dengan Asma’ binti ‘Amis. Selama menikah dengannya, beliau dikarunia 3 anak; Abdullah, Muhammad dan ‘Aun. Beliau lebih tua dua puluh tahun dari saudaranya, Ali bin Abu Tholib. Wafat pada tahun tujuh Hijriah sebagai syahid pada perang Muktah.
Mengenai sejarah masuknya Islam, beliau termasuk golongan orang-orang pertama yang masuk Islam. Pada waktu terjadi peristiwa hijrah, beliau ikut berhijrah ke Habasyah (sekarang Ethopia) dua kali; pertama dan kedua.
Sesampainya di Habasyah, beliau yang menjadi juru bicara dengan Najasyi, raja Habaysh, atas nama umat Islam yang berhijrah ke negaranya itu. Ketika ditanya mengenai agama yang dibawanya, beliau menjawab; “Wahai raja, kami dulu adalah bangsa jahiliyah. Menyembah patung, memakan bangkai, berbuat maksiat, memutus hubungan saudara, tidak berbuat baik dengan tetangga, yang kuat memakan yang lemah dan seterusnya. Hukum yang berlaku ‘hukum rimba’. Itu dulu. Tapi setelah itu Allah mengutus Rasul dari bangsa kami. Kami tahu nasab (keturunan), kejujuran, amanah dan kesucian dirinya. Rasul itu mengajak kami untuk menyembah Allah dengan cara meng-esa-kan-Nya. Kami pun dengan senang hati rela melepaskan keyakinan dan sesambahan dulu seperti yang disembah nenek moyang kami. Yaitu batu dan patung. Beliau perintahkan untuk berbicara dengan jujur, melaksanakan amanah/titipan, menyambung persaudaraan, berbuat baik pada tetangga, tidak makan barang yang haram dan darah. Begitu juga beliau melarang kami untuk berbuat maksiat, berkata bohong, makan harta anak yaitm, menuduh orang berbuat zina. Kami diperintahkan hanya untuk menyembah Allah, tiada tuhan selain-Nya, melaksanakan sholat, membayar zakat, berpuasa. Kami meyakini dan membenarkan ajaran yang dibawanya. Setelah itu kami pun menyembah Allah yang Esa tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Kami haramkan hal-hal yang diharamkan dan kami halalkan hal-hal yang dihalalkan untuk kami. Kemudian kaum kami (yang tidak yakin dengan ajaran itu) memusuhi kami. Mereka pun tidak segan-segan menyiksa kami dan memfitnah agama kami agar kami kembali ke agama nenek moyang; menyembah berhala. Dan juga menyuruh kami untuk berbuat maksiat. Ketika mereka paksa kami, menyiksa kami, mendholimi kami dan mencerai-beraikan sesama kami, kami memutuskan untuk keluar ke negerimu. Dan kami pilih kamu bukan lainnya. Kami ingin menjadi tetanggamu. Wahai raja, kami harap kamu tidak berbuat aniaya terhadap kami. Setelah itu, beliau membaca surah Maryam tanpa membuka mushaf. Mendengar bacaan ayat al-Qur’an, surah Maryam itu, sang raja menangis. Begitu juga para uskup dan pendetanya. Sang raja berkata; “Inilah (ajaran Islam) dan risalah yang dibawa Isa as. untuk diamalkan yang berasal dari satu pelita.”
Pada waktu terjadi perang Khoibar, tahun tujuh Hijriah, beliau datang menghadap Rasulullah. Rasulullah berkata; “Saya tidak tahu mana yang membuatku bahagia; kedatangan Ja’far atau kemenangan perang Khoibar.”
Pribadinya sangat cinta dan sayang terhadap kaum miskin. Bahkan tidak segan-segan beliau mau duduk dan berbicara dengan mereka. Sehingga dirinya merasakan betul penderitaan yang dialami mereka. Seakan-akan enggan jauh dari mereka. Sebab inilah Rasulullah menjuluki Abul Masakin (bapaknya orang miskin).
Rasulullah pernah menjadikan beliau sebagai panglima perang kedua pada waktu perang Muktah. Beliau terbunuh. Kemudian digantikan oleh Ja’far. Ja’far pun terluka parah di tangan kanannya. Hingga dipotong. Tangan kirinya juga terluka parah. Akhirnya dipotong juga. Bendera Rasul kemudian diapit di dadanya hingga akhirnya terbunuh sebagai syahid. Sebelum mendengar berita terbunuhnya, Rasulullah sudah mendapatkan firasat.
Mengenai pribadinya, Rasulullah berkata; “Saya masuk ke surga. saya melihat Ja’far terbang bersama para malaikat. Kedua sayapnya berlumuran darah.” Setelah itu Rasulullah mengkabarkan bahwa Allah telah mengantikan dengan dua sayap lain dan terbang dengan keduanya di surga. Sebab inilah beliau digelari “Syahid at-Thayyar” (sang syahid yang terbang).
Semasa hidupnya, Umar bin Khottob kalau berjumpa dengan Abdullah bin Ja’far berucap; “Assalamulaika..wahai putra bersayap dua.”
No comments:
Post a Comment