Kisah Nyata Seorang Pemuda Arab Yang Menimba Ilmu Di Amerika.

Rabu, 22 Februari 2006

Ada seorang pemuda arab yang baru saja me-nyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya.

Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika , ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.

Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja.
Semula ia berkeberatan. Namun karena ia terus mendesak akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghor-matan lantas kembali duduk.

Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika meli-hat kepada para hadirin dan berkata, "Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini." Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya.
Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, "Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya. " Barulah pemuda ini beranjak keluar.

Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pen-deta, "Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang mus-lim." Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang terdapat di wajahmu." Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun sang pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut.

Sang pendeta berkata, "Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menja-wabnya dengan tepat." Si pemuda tersenyum dan berkata, "Silahkan!"

Sang pendeta pun mulai bertanya,
  1. satu yang tiada duanya
  2. dua yang tiada tiganya
  3. tiga yang tiada empatnya
  4. empat yang tiada limanya
  5. lima yang tiada enamnya
  6. enam yang tiada tujuhnya
  7. tujuh yang tiada delapannya
  8. delapan yang tiada sembilannya
  9. sembilan yang tiada sepuluhnya
  10. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh
  11. sebelas yang tiada dua belasnya
  12. dua belas yang tiada tiga belasnya
  13. tiga belas yang tiada em-pat belasnya
  14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
  15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
  16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
  17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
  18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
  19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
  20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?
  21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
  22. Pohon apakah yang mempu-nyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?"
Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah.

Setelah membaca basmalah ia berkata,
  1. yang tiada duanya ialah Allah SWT.
  2. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah SWT berfirman, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)."(Al-Isra': 12).
  3. yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.
  4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur'an.
  5. Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.
  6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ke-tika Allah SWT menciptakan makhluk.
  7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang." (Al-Mulk: 3).
  8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman,"Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Rabbmu di atas kepala) mereka." (Al-Haqah: 17).
  9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan
  10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan. Allah SWT berfirman, "Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat." (Al-An'am: 160).
  11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudaraYusuf
  12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu'jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, "Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air." (Al-Baqarah: 60).
  13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
  14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah SWT ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menying-sing. "(At-Takwir: 18).
  15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus AS.
  16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf , yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf didekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala." Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka," tak ada cercaaan ter-hadap kalian." Dan ayah mereka Ya'qub berkata, "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang"
  17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara eledai." (Luqman: 19).
  18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.
  19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim." (AlAnbiya': )
  20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
  21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 28).
  22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.
Pendeta dan para hadirin merasa takjub mende-ngar jawaban pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.

Pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?"

Mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil.

Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.

Mereka berkata, "Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya! "

Pendeta tersebut berkata,
"Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah.

" Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan anda."

Sang pendeta pun berkata,
"Jawabannya ialah: Asyhadu an La Ilaha Illallah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah."

Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam.
Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.

Kaum yang berpikir (termasuk para pendeta) sedianya telah mengetahui bahwa Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan akan menjaga manusia dalam kesejahteraan baik di dunia dan di akherat..
Apa yang menyebabkan hati-hati para pendeta itu masih tertutup bahkan cenderung mereka sendiri yang menutup rapat jiwanya..

Semoga Allah SWT memberikan Hidayah kepada mereka yang mau berpikir..amien


Jangan putuskan e mail ini... please forward

Kau hujani aku dengan seribu nikmat

Jam 3 pagi, aku terjaga dari tidur nyenyakku. Kulihat Nida masih pulas di sampingku. Aku tak membangunkannya karena aku tahu Nida sedang berhalangan untuk shalat. Lalu aku beranjak dari tempat tidur dan kubuka pintu. Semua masih terlelap tidur, sepi. Kemudian aku berjalan ke halaman belakang, aku berwudhu dengan air dingin yang mengalir dari kran. Alhamdulillah Ya Allah Engkau masih memberiku nikmat berwudhu. Kulewatkan pagi itu dengan sujud2 panjangku. Aku begitu merindukan-Mu Wahai Kekasihku. Ampuni segala dosa2ku. Tenangnya hati ini saat bercengkerama dengan-Mu. Kutumpahkan segala keluh kesahku. Kuceritakan semua galau di hatiku. Kusyukuri atas nikmat dan karunia-Mu yang tiada terkira. Ya Allah, jika Engkau berkenan maka ijinkan hamba untuk segera menunaikan sunah Rasul, menggenapkan separo din.

"Mbak, ada teman Bang Arul yang minta dicariin istri." Suatu hari Nida berkata sambil menjatuhkan diri di kasur. Bang Arul adalah satu2nya kakak Nida yang telah menjadi guru di SMA Insan Kamil dan juga aktif menjadi pengurus Pesantren Al-Qalam letaknya tak jauh dari kampusku. Aku yang sedari tadi asik mengutak-atik data penelitian langsung memutar kursi dan menatapnya. "Trus?" Kataku. "Ya trus Mbak mau ga? Kalo Nida kan belum pengen nikah dulu jadi Nida tawarin aja ke Mbak." Nida memang teman sekamar sekaligus sahabat yang paling akrab denganku. Kuanggap dia seperti adikku.

Aku mengenal Nida saat sama2 menjadi pengurus Dewan Kerja Masjid Al-Bahri. Saat itu kerudung Nida masih mini tapi sekarang sudah terjulur indah menutup auratnya. Alhamdulillah! Dia banyak bertanya padaku. Mesti ilmuku juga dangkal tapi aku selalu berbagi tentang apa yang aku tahu dengannya. Jika ada yang kami berdua tak mengerti maka kami akan menanyakannya pada murobbi yang memimpin liqo yang rutin diadakan setiap jumat ba'da dhuhur di aula masjid Al-Bahri. Kadang2 Nida juga bertanya pada Abangnya dan kemudian berbagi pengetahuan yang didapatnya denganku.

Memang beberapa hari terakhir aku memikirkan tentang menikah tapi aku belum mengungkapkannya pada siapa pun dan sekarang aku sudah mendapatkan tawaran. Aku terdiam sejenak. Ada perasaan takut merasuk dalam kalbu. Ya ALLAH ampuni dosa2 hamba. Tiba2 kenangan pahit di masa lalu kembali berputar di otakku. "Mbak, kok malah bengong sih?" Nida berujar mengagetkanku. Kuhela nafas dan kujawab dengan sebuah senyuman dan anggukan. Aku ini memang bukan yang terbaik tapi aku akan terus berusaha untuk menjadi lebih baik. Ya Rabbi…

Nida mengulurkan sebuah amplop yang langsung kubuka. Di dalamnya terdapat CV dan sebuah foto. Segera kubaca dengan cermat. Namanya Muhammad Bin Sofyan. Saat ini sedang menyelesaikan study di Universitas Al-Azhar Kairo, jurusan Syariah Islamiyah. Di bawah kulihat ada tulisan "NB: afwan ukhti, jika tidak keberatan, saya ingin berdiskusi dengan ukhti melalui YM" dan di sampingnya terdapat sebuah ID YM yang aku yakin adalah miliknya. Rupanya Sofyan mengirimkan CV tersebut melalui email lewat Bang Arul dan Bang Arul berbaik hati mencetaknya untuk diberikan kepadaku.

Hari itu juga, kukirimkan sebuah email jawaban untuk Sofyan dan mengabarkan bahwa aku menerima ajakannya untuk berdiskusi melalui YM 3 hari yang akan datang jam 10.00 WIB. Itu berarti jam 6.00 waktu Cairo. Tak lupa aku juga mengirimkan CV beserta fotoku. Bismillahirrahmaanirrahiim. Ya ALLAH jika sekiranya Engkau mengijinkan hamba untuk bertaaruf dengannya, lindungilah kami dari kemudharatan.

Jantungku deg2an memikirkan apa yang harus kukatakan nanti jika berdialog dengan Sofyan. Haruskah aku menceritakan semuanya pada Sofyan? Bagaimana jika dia menghentikan proses taaruf ini sedangkan aku sudah terlanjur berterus terang padanya? Ya ALLAH, apa yang harus kulakukan? Haruskah aku menyimpannya ataukah mengatakan sejujurnya? Duhai Kekasihku, ampuni aku.

Istikharah kulakukan untuk memantapkan langkah. Sungguh aku ini lemah dan tak berpengetahuan. Hanya Engkau Wahai Pujaanku Yang Maha Tahu segala yang tersembunyi. Sekiranya dia baik bagi hamba dalam agama hamba dan dalam penghidupan hamba maka anugerahkanlah dia untuk hamba. Mudahkanlah jalan ini dan berikanlah keberkahan bagi hamba di dalamnya. Jadikanlah hamba orang yang rela atas anugerahmu.

Seusai shalat dhuha, kutemui Sofyan melalui YM. "Assalamualaikum wr. wb." Sofyan lebih dulu menyapaku. "Waalaikumsalam wr. Wb. Khaifa haluka, akhi?" Kujawab salamnya. "Alhamdulillah bilkhair, wa anti?" dia balik bertanya. "Alhamdulillah ana toyib." Sedikit ketakutanku tiba2 meleleh. Ya ALLAH jika memang dia baik untukku maka mudahkan lisanku ini untuk menyampaikan apa yang harus diketahuinya. Aku telah menghabiskan malam2ku untuk meminta ampunan dan petunjuk-Mu Ya Rabb.

Tiga puluh menit telah berlalu dan telah banyak yang kami diskusikan. Jantungku kembali berpacu dengan cepat. Inilah saatnya. Aku tidak mau menunda lagi. Biarlah jika dia mengurungkan niatnya untuk menikah denganku. Lebih baik sekarang dari pada nanti ketika sudah terlambat untuk mengakuinya. Bismillahirahmaanirrahiim. Huruf demi huruf kuketik menjadi kata yang merangkai kalimat2, menjelaskan tentang apa yang harus diketahuinya. Hati ini memang gundah tapi inilah yang harus kulakukan.

Subhanallah! Sungguh Sofyan begitu besar hatinya. Dengan mantap dikatakannya bahwa dia bersedia menikahiku dan dia memintaku untuk segera mengabarkan berita itu kepada orang tuaku karena tiga minggu mendatang dia akan pulang ke tanah air dan meminangku. Alhamdulillah Ya ALLAH. Syukur tak henti2nya kuucapkan. Setelah begitu banyak dosa yang kulumurkan dalam diriku, Engkau masih menunjukkan kasih sayang-Mu. Tak terasa air mata mengalir membasahi pipi dan isakan kecilku terdengar membuat Nida yang sedari tadi asik membaca di tempat tidur menoleh dan bertanya, "Kenapa, Mbak?" Aku pun segera mendatangi dan memeluknya. "InsyaAllah aku akan menikah dengan Sofyan." Nida pun langsung mengucap hamdallah dan memberikan selamat untukku.

Hanya 1 minggu setelah lamaran, aku dan Sofyan melangsungkan akad nikah dan walimatul 'ursy yang sederhana. Teman2 kampus banyak yang datang memberikan selamat meski mereka harus jauh2 datang dari Jakarta menuju rumahku yang ada di Solo. Mereka ikhlas merelakan uang yang tentu tidak sedikit untuk ongkos transportasi ke Solo. Untuk penginapan, Alhamdulillah masih ada rumah saudara yang cukup untuk menampung meski mereka harus tidur dengan tempat ala kadarnya.

Aku benar2 bahagia. Aku sudah sah menjadi istri Bang Sofyan. Tak terkira syukur yang kupanjatkan pada Kekasihku Yang Abadi. Ya ALLAH, Engkau yang memiliki cinta, berikanlah cinta pada kami sehingga kami dapat memulai kehidupan baru ini dengan penuh cinta kepada-Mu. Berikanlah kepada kami keturunan yang sholeh yang menjadi pengikut orang2 mukmin.

Benar2 mulia hati suamiku ini. Keikhlasannya menerimaku sungguh membuatku kagum. "ALLAH itu Maha Menerima Tobat hamba-Nya, De. Sebesar apapun itu, Allah akan mengampuni jika hambanya sungguh2 bertobat. Abang percaya Ade pun telah bertobat. Bagi Abang, yang penting sekarang Ade telah berubah menjadi lebih baik. Jadi janganlah bersedih, De! Maa wadda 'aka rabbuka wamaa qalaa. Tuhanmu tidak meninggalkan kamu dan tidak pula benci kepadamu"

Aku selalu ingat kata2 itu Bang. Kamu telah memberiku banyak hal. Kamu telah membimbingku untuk terus memperbaiki diri. Kamu benar2 suami yang berhati lembut. Tak pernah sekali pun kamu berkata kasar atau membentakku. Meski telah 3 tahun pernikahan dan ALLAH belum menitipkan anak untuk kita, kamu terus saja membesarkan hatiku dan kamu terus memberikan perhatianmu untukku. Alhamdulillah Bang, akhirnya ALLAH menitipkan jabang bayi di dalam kandunganku. Kamu sampai menitikkan air mata bahagia saat aku bilang bahwa aku hamil 2 bulan.

Kamu selalu membacakan ayat2 dari Surat Cinta-Nya setiap ba'da maghrib. Setiap kali akan berangkat mengajar, kamu selalu berkata pada bayi dalam rahimku ini agar dia menjagaku selama kamu pergi. Pulang mengajar kamu pun mengecupnya dan menasehatinya agar kelak menjadi anak yang sholeh. Pagi buta saat kubilang aku ingin makan soto, kamu tahu aku lagi ngidam dan kamu langsung mengambil kunci motor dan memacunya untuk mencari soto kegemaranku. Hampir 1 jam kamu baru pulang dan dengan wajah sumringah kamu ulurkan soto yang sudah kamu pindahkan ke mangkok untukku. Dari mana kamu dapat soto di saat aku tahu pemilik warungnya pasti sedang lelap2nya tertidur? Kamu hanya tersenyum dan berkata, "Ada orang baik yang membantu kita atas ijin ALLAH."

Kebiasaanmu setiap awal bulan adalah mengajakku ke toko buku. Membeli beberapa buah buku bertemakan Islam. Hobimu membeli buku sejak kamu masih SMA membuatmu bisa mendirikan sebuah perpustakaan mini yang sampai saat ini selalu ramai dikunjungi warga di kampung kita. Garasi kecil di samping rumah kamu sulap sedemikian rupa dan kamu tata apik buku2mu di dalam beberapa rak kayu. Prinsipmu adalah "Banyak membaca, banyak ilmu". "Tidak semua orang dapat rejeki untuk membeli buku, De. Jadi apa salahnya jika kita berbagi dengan mereka." Duh Abangku sayang, besarnya keinginanmu untuk selalu berbagi dengan sesama.

Aku ingat saat kamu memintaku menunggu di kamar karena kamu akan memberikan kejutan untukku. Hampir dua jam aku menunggu dan terpaksa akhirnya aku keluar juga meski kamu melarangku untuk keluar karena aku mencium bau masakan gosong. Abangku yang baik, ternyata kamu ingin memasak untukku. Aku haru melihat kesungguhanmu, Bang, meski hasilnya tak seindah yang kamu bayangkan. Aku langsung menghambur memelukmu, meski bajumu berlepotan tak karuan. Aku menangis bahagia dalam dekapanmu. Baiknya kamu, Bang.

Disela2 kesibukan di pesantren dan yayasan, kamu begitu memperhatikan aku. Kejutan2 selalu kamu berikan untukku. Seperti di saat hari ulang tahunku, kamu bangunkan aku di waktu subuh, kamu kecup keningku mesra, kamu berikan selamat untukku, kamu doakan untuk kebaikkanku,dan kamu berikan kado sebuah jilbab beserta kerudng yang kutahu harganya tidaklah murah. Duh suamiku, berapa lama kamu kumpulkan uangmu untuk membelikan kado ini? Mendapatimu yang penuh kasih dan tidak banyak menuntuk pun aku sudah sangat bersyukur, ditambah lagi dengan perhatian2mu, bagaimana aku tidak bersyukur menjadi istrimu?

Setiap minggu kamu selalu mengajakku menghadiri pengajian di masjid At-Ta'awun. Sepulangnya dari sana kamu ajak aku mampir makan di warung sate ayam kegemaranmu ato ke warung soto kegemaranku. Abang, Ade jadi takut jika menyakiti hatimu. Afwan, Bang, aku pernah curiga padamu. Aku takut kamu bosan dengan pernikahan ini. Saat kamu sibuk dengan proyek pembangunan pondok pesantren As-Salam di Desa Babakan, sebuah pesantren modern dengan konsep pendekatan pada alam. Tiba2 waktu yang kamu berikan untukku berkurang dan kamu jarang bisa berjamaah isya denganku. Mau bercengkerama dan ngobrol santai denganmu pun sulit waktu itu. Tiba di rumah kamu sudah kecapekan dan pasti langsung tertidur pulas. Pagi2 selepas subuh pun kamu langsung berangkat. Aku tidak berani bertanya tentang kecurigaanku, Bang. Tapi akhirnya kamu menceritakan tentang proyek itu di saat Pondok Pesantren As-Salam telah berdiri dengan megahnya. Duhai Abang, maafkan prasangka burukku. Tak sepantasnya aku berpikiran buruk padamu. Ya ALLAH ampuni hambamu!

Abang, aku kangen padamu. Hanya sebentar waktu yang diberikan ALLAH untuk kita bertemu. Hanya sebentar waktu yang kita lewatkan untuk bersama2 memuji keagungan-Nya. Aku kangen mentadabburi Quran bersamamu. Aku kangen mendengar nasehatmu setiap kali kamu hendak berangkat kerja. Aku kangen saat engkau menggodaku hingga aku tersipu malu.

Kuingat lagi obrolan kita di YM. Engkau memang sempat tercenung sejenak di saat aku selesai mengungkapkannya padamu. Diri ini telah cacat. Tiada lagi yang indah dalam diriku. Telah hilang apa yang seharusnya masih ada padaku. Aku terjerumus di kelamnya masa lalu pergaulanku, 10 tahun yang lalu, tepatnya di saat aku masih duduk di bangku kelas 1 SMA. Alhamdulillah ALLAH masih memberi waktu untukku menyesali semua itu. Dengan hati terbuka kuterima hidayah ALLAH di saat semester pertama aku kuliah, aku mulai mengulurkan jilbab dan kerudung untuk menutupi auratku. Iman ini pun mulai kubenahi dan kutata lagi.

Abang, sakit mulai terasa. Sepertinya bayi dalam rahimku ini ingin segera melihat wajah ibunya. Meski sayang dia tak bisa melihat wajahmu, Bang. Doakan agar bayi kita selamat dan kelak menjadi anak sholeh yang selalu mendoakan kita. Aku bahagia, Bang. Ayah, bunda, Ummi, dan Abi ada di sini menemaniku. Begitu pun Nida dan tadi sempat kulihat Bang Arul di depan ruang bersalin.

Aku ingat saat malam itu Bang Arul dan Nida mendatangi rumah kita. Mereka menangis dan tidak berkata apa2. Nida hanya memelukku erat. Aku bingung, Bang. Aku tau pasti ada sesuatu yang terjadi denganmu. Selepas Maghrib, kamu pamit ingin bersilaturahmi ke rumah Bang Arul. Perasaanku sudah tak enak kala itu. Aku ingin ikut bersamamu tapi kamu mencegahku. Kamu memintaku beristirahat untuk menjaga kandunganku. Sungguh ALLAH menyayangimu. Dia mempercepat waktumu untuk segera bertemu dengan-Nya. Aku menangis tapi aku ikhlas. Kamu tak peduli dengan nyawamu sendiri saat kamu berusaha menolong bayi yang terjebak kebakaran di dalam rumah tetangga Bang Arul. Meski bayi itu tak berhasil kamu selamatkan, kamu pun tak berbeda nasibnya tapi engkau meninggalkanku dengan cara yang mulia. Mudah2an ALLAH memberikan tempat yang mulia untukmu wahai suamiku yang berhati mulia.

Abang, aku sudah siap melahirkan bayi ini. Akan kuberi nama Khairul Ihsan jika laki2 dan Miftahul Jannah jika perempuan, sesuai dengan keinginanmu dulu. Sakitku sungguh tak ada apa2nya dibandingkan dengan kenikmatan yang selama ini kurasa. Bayi ini adalah wujud cintamu yang dititipkan ALLAH untuk kita.

Rasanya seperti diantara hidup dan mati, Bang. Kalo harus menyusulmu sekarang pun aku sudah siap dan ikhlas. Inilah jihad seorang wanita, Bang. Akhirnya aku melaluinya. Alhamdulillah Abang, bayi kita telah lahir dengan selamat. Laki2, sangat mirip denganmu, mudah2an hati dan kepribadiaannya pun tak berbeda denganmu.

Sekarang Ihsan telah dewasa. Perawakan dan ketampanannya persis denganmu. Begitu pun dengan watak dan hatinya. Dia juga telah mendapatkan LC dari Al-Azhar dengan jurusan yang sama denganmu. Sebentar lagi dia akan menikah dengan Laila, seorang gadis yang InsyaAllah sholehah yang ditemuinya di Kairo. Doakanlah mereka, Bang. Mifta pun baru saja lulus SMA. Dia memilih mondok di pesantren As-Salam semenjak masih SMP. Alhamdulillah dia telah mengantongi beasiswa dari Universitas Malaya pada bidang kedokteran. InsyaAllah minggu depan kami akan mengantarnya ke Malaysia. Tunggu kami, Bang dan doakan kami agar istiqomah dan menyusulmu dalam keadaan khusnul khotimah. Kita akan bertemu di surga-Nya.

"Ayo, Dek kita berangkat ke masjid! Ihsan sudah menunggu di luar. Keluarga Laila juga sudah tiba di masjid." Bang Arul tiba2 sudah berdiri di ambang pintu kamar, berkata lembut dan tersenyum padaku. Kutatap manik indah matanya dan kubalas senyumannya dengan senyum terindah yang kupunya. Kuberanjak dari keterdiamanku di depan jendela. Kuhampiri dia, kupeluk sejenak dan kukecup pipinya. "Ayo, Bang!" Kami pun berjalan bergandengan menuju halaman di mana anak sulungku sedang menantiku untuk mengantarkannya menuju lembaran hidup yang baru. Alhamdulillah Ya, ALLAH! Sungguh nikmat yang Kau berikan tiada terkira, meski beribu2 dosa yang pernah kulakukan tak terhitung seperti debu yang beterbangan. Tak kan cukup sisa umurku untuk bersyukur sebagai balasan atas segala apa yang telah Engkau anugerahkan padaku.

"Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (At-Taubah:27)


Minggu, 26 Agustus 2007
Di Sragen, 03:54

Yayapoenya

WANTED: Ikhwan Idaman !!!

Siapa sih yang nggak ngarepin kebaikan? Kita yakin banget bahwa setiap orang pengen dapetin kebaikan. Ia berdoa dan berusaha untuk mendapatkan kebaikan tersebut.

BTW, nggak ada salahnya juga kalo ngarepin kebaikan dalam urusan pendamping hidup. Namanya juga pendamping hidup, berarti harapannya, selama kita hidup ya si dia menjadi pendamping kita. Begitu pun sebaliknya.

Sobat muda muslim, kalo pekan kemarin kita bahas dari sisi ikhwan yang punya hajat, sekarang kita pengen menelusuri harapan dan impian para akhwat tentang ikhwan. Maksudnya biar adil (satu sama), gitu lho.

Oya, buat kamu yang masih SMA (apalagi SMP), tolong jangan merasa kalo bahasan kita kali ini tuh dewasa banget. Jangan ya. Soalnya, kalo kamu udah baligh kan disebut dewasa juga. Itu sebabnya, insya Allah masih cocok. Cuma mungkin perlu dengan catatan tambahan, bahwa kalo sampe mikirin nikah sementara masih berseragam putih-biru dan putih-abu, jangan dulu deh. Oke? Jadiin aja tulisan ini sebagai info penting buat ke depannya.

Yup, pembelajaran seperti ini insya Allah penting banget. Sebab, kita juga ngeri dengan perkembangan temen-teman yang kayaknya udah “siaga satu” dalam kasus pergaulan bebas (termasuk seks bebas di dalamnya). Bahaya banget gitu lho. Jadi intinya, daripada anak-anak SMP or SMA dijejali dengan gaya hidup permisif dan hedonis, yang akhirnya membuat mereka salah asuh dan salah arah, mendingan kita kenalkan model pergaulan dalam Islam, khususnya dalam membentuk prinsip mencari pendamping hidup. Bukan mencari teman kencan saat pacaran. Tul nggak?

Sobat muda muslim, setiap perbuatan yang kita lakuin tuh pasti sesuai dengan cara pandang kita terhadap perbuatan tersebut. Lebih luas lagi cara pandang kita tentang hidup. Kalo kita memandang hidup tuh sekadar tumbuh, berkembang, lalu sampai titik tertentu mati (dan nggak ada kehidupan akhirat), maka perbuatan kita pun bakalan ngikutin apa yang kita pahami tentang kehidupan tersebut. Kita bisa bebas berbuat apa saja sesuai keinginan kita, karena kita merasa bahwa hidup cuma di dunia. Kehidupan setelah dunia kita anggap nggak ada. Artinya, kita jadi nggak kenal ada istilah pahala dan dosa.

Sebaliknya, bagi kita yang meyakini bahwa kita berasal dari Allah Swt. yang menciptakan kita semua, terus hidup di dunia juga adalah untuk ibadah kepadaNya, dan setelah kematian kita akan hidup di alam akhirat sesuai dengan amalan yang kita lakukan di dunia. Kalo banyak amal baik yang kita lakukan, insya Allah balasannya pahala dan di tempatkan di surga. Sebaliknya, kalo lebih banyak atau selama hidup kita maksiat, jelas dosa dan kita ditempatkan di akhirat di tempat yang buruk, yakni neraka. Naudzubillahi min dzalik.

Nah, dengan sudut pandang terhadap kehidupan yang benar, maka ketika berbuat apapun kita akan menyesuaikan dengan cara pandang kita tentang kehidupan yang benar itu. Termasuk ketika mencari pendamping hidup kita. Nggak sembarangan lho. Nggak asal seneng ngeliatnya aja. Nggak asal bisa dipamerin (emangnya piala?). Nggak asal cuma banyak harta. Intinya sih, kita bakalan berpikir gimana seharusnya menurut aturan Islam. Bukan berpikir sebagaimana adanya kehidupan tersebut.

Ini penting dan perlu. Sebab, kalo yang berpikirnya “sebagaimana adanya kehidupan”, ya akan berpikir bebas nilai. Misalnya ketika manusia itu dianggap berhak melakukan apa saja, maka tentu akan berbuat apa saja sesukanya (berzina, minum khamr, konsumsi narkoba, judi, pacaran dsb). Karena merasa mereka berhak ngelakuin hal tersebut. Nggak terikat aturan yang benar.
Sementara yang berpikirnya “sebagaimana seharusnya”, maka ia akan nyocokkin dengan aturan yang benar. Karena menganggap kehidupan yang ada ini harus sesuai aturan yang benar, gitu lho. Dan Islamlah yang benar.

BTW, kayak gimana sih ikhwan yang dicari, diharepin, dan diinginkan akhwat?
Keimanannya dong ya…
Sebagai seorang muslim, tentunya setiap perbuatan kita wajib menyesuaikannya dengan aturan Islam. Nggak boleh sesukanya. Nah, termasuk dalam hal memilih calon pendamping hidup, baik ikhwan maupun akhwat. Tapi di edisi pekan ini kita pengen tahu pendapat para akhwat soal ikhwan idamannya.

Sebut saja Mawar, ia punya kriteria ikhwan idaman, “Yang saleh, baik, cakep, pengertian, ngerti agama,” paparnya via e-mail yang pertanyaan udah disebar STUDIA via beberapa mailing list.
“Kalo aku sih pengennya tuh ikhwan taat beribadah alias sholeh, hormat sama ortu, sopan, baik hati, pinter. Tapi yang jelas yang pertama agamanya harus OK dan punya semangat berjuang di jalan Allah dengan istiqomah,” tulis Ninink dalam e-mailnya.
Mila, bukan nama sebenarnya ikutan ngasih komen, “Tipe ikhwan yang disukai, biasa, standar akhwat: Baik agamanya, baik akhlaknya, baik sama keluargaku, mengerti aku (egois banget ya? Hehe..), lebih pinter dari aku (tapi bukan pinter ngeboong ya), punya inner (enak dipandang juga boleh), udah punya penghasilan en mapan (kalo ini request-an ibuku... hehehe),” Mila ngejembrengin via e-mailnya.

Hmm.. para ikhwan, kedengarannya sederhana ya? Pengen ngarepin tipe ikhwan yang sholeh. Nah, masalahnya, amal sholeh tuh kan selalu digandeng dengan keimanan. Sebab, nggak mungkin ada amal sholeh tanpa keimanan. Nggak mungkin pula ada orang yang sholeh tapi nggak beriman. Tul nggak?

Cakep? Boljug deh...
Ehm... akhwat juga manusia lho. Maka wajar dong kalo kepengen ‘gandengannya’ (truk kaleee..) tuh sedap dipandang mata. Meski nggak semua ngelihat tampang, tapi ada juga yang ngarepin nilai plusnya. Artinya, imannya oke tapi ganteng juga dong. Boleh-boleh aja sih.
“Jujur aja kalo ngeliat ikhwan yang cakep mupeng alias muka pengen juga kali ya, apa lagi kalo dia rajin beribadah. Tapi kayaknya hanya suka sebatas penglihatan aja kali. Syukur-syukur sih bisa berjodoh ama dia he..he..he..” tulis Ira di surat elektroniknya.

Sebut saja akhwat berinisial “sg”, doi nulis begini dalam e-mail yang dikirim ke STUDIA, “Tergantung sih, saya bukan tipe orang yang gampang suka ama cowok cakep. Sebab, saya suka cowok yang punya kekhasan cara pandang (ideologis gituuuh), rambutnya gondrong, celananya rombeng, berani berbicara, seneng baca buku (kecuali komik), terbuka/bijak (dalam arti, saat menemukan sesuatu yang benar mau menerima dan beralih dari cara pandang sebelumnya), wawasannya luas, tegas, PeDe, bertanggungjawab, cerdas booo, jidatnya nggak item, celana nggak nyongklang.” Waduh, nih sih diborong semua dong? Hehehe.. nggak apa-apa tiap orang kan berbeda selera.

Silakan aja kalo mo nyari yang ganteng or cakep. Sah-sah aja. But, pastikan dong yang Arjuna-mu itu taat beribadah dan sholeh. Tul nggak? Kalo cuma cakep doang sih rugi. Tapi kalo ada yang keimanannya oke, ilmu agamanya oke, dan cakep pula, boleh juga diincer. Asal ada syaratnya, dia juga suka sama kamu. Gubrak! (iya dong, masa’ sih kita harus bertepuk sebelah tangan—Pupus dong jadinya)

Perilakunya menyenangkan
Umumnya sih, ikhwan yang udah oke keimanannya, insya Allah oke juga kepribadiannya. Sebab, setiap apa yang dilakukan itu pastinya ngikutin cara pandang kehidupannya. Artinya, apa yang diilakukannya sesuai yang dipahami. Tapi, kadang praktek beda ama teori.
Nah, gimana nih dengan ikhwan yang jaim? Atau gimana pula menurutmu kalo ada ikhwan yang caper bin ganjen ama akhwat?

“Aku nggak suka kalo ngeliat ikhwan yang jaim. Kayaknya dia tipe orang yang nggak pede untuk menunjukkan jati dirinya (cieee). Apalagi kalo ngeliat ikhwan yang caper dan ganjen ama akhwat, aku nggak suka banget. Karena biasanya ikhwan yang kayak gitu orangnya rese… kan nggak semua akhwat suka diganjenin (99,99 % nggak suka),” tulis Ira ke STUDIA.
But, karena menurut Ira 99,99 persen akhwat nggak suka, ternyata masih ada tuh dari 0,01 persen akhwat yang suka tipe ikhwan yang jaim. Sebut aja Yanti, menurutnya, “Suka, sebab kita-kita jadi tengsin kalau mau jailin ikhwan jaim. Tapi kalo ganjen dan caper nggak sukaaaaa.... ikhwan kok nggak inisiatif cari kerjaan selain caper-in akhwat” paparnya.

“Keimanan so pasti dong ya kudu jadi pilihan utama. But, perilakunya juga harus mencerminkan keimanannya. Jadi aku nggak suka sama ikhwan yang ganjen, yang suka caper sama akhwat, yang sombong, yang nggak mau akur sama ikhwan lainnya, yang ngomongnya nggak sopan. Meskipun dia ilmu agamanya bagus dan rajin berdakwah,“ jelas Arini.

Waaah... harap hati-hati buat para ikhwan. Jangan sampe para akhwat udah nggak sreg duluan sama kita pas ngelihat tampilan kita kayak gitu. Memang sih, ikhwan juga manusia (yeee.. nggak mau kalah sama akhwat yang juga manusia). Karena manusia, maka nggak bisa lepas dari kelemahan dan keterbatasan. Memang sih, tapi kan bisa dipermak jadi oke. Soalnya yang namanya afektif (perasaan or emosional) itu bisa dilatih dengan pembiasaan.

Jika si dia melamarmu...
Maaf, maaf, jangan keburu kepikiran pembahasan ini khusus dewasa. Ya, mungkin ini lebih baik, daripada ditulis: “jika si dia memacarimu...”. Tul nggak? Justru kita harus membiasakan pemahaman bahwa hubungan akrab pranikah (baca: pacaran—gaul bebas-apalagi seks bebas) itu salah. Sementara hubungan yang sah untuk saling mencurahkan kasih-sayang dan perhatian antara ikhwan-akhwat, tentunya lewat pernikahan. Ini yang harus terus dikampanyekan. Itu sebabnya saya lebih memilih diksi alias pilihan kata, “melamarmu”. Setuju kan? Awas kalo nggak setuju (idih, ngancem!)

Sobat muda muslim, kalo suatu saat kamu udah siap nikah, terus ada ikhwan yang mo ngelamar kamu, apa yang bakalan kamu lakukan?
“Ehm... siapa pun ikhwan yang dateng. Aku nggak bisa langsung memutuskan. Sholat istikharah adalah solusinya. Tapi urusan fisik en materi, kayaknya nggak zamannya lagi dipermasalahkan (yang harus dilobi tuh ortu, coz siapa sih ortu yang rela anaknya hidup miskin. Kedengeran matre sih, tapi sebenernya ortu bersikap kayak gitu, aku yakin alasan mendasarnya bukan karena matre, mereka cuma pengen anaknya hidup bahagia. Ciee.. sok bijaksana gini nih).” Mila menulis barisan kata-kata ini via e-mailnya ke STUDIA. Bener nih?

Eh, kalo ada ikhwan yang gagah, keren, pinter, tsaqafah Islamnya juga tinggi, anak orang kaya, rajin berdakwah, sholeh, keimanannya mantep (wuih, ada nggak sih se-perfect ini di dunia nyata?), terus kamu ngarepin jadi pendamping hidupnya nggak?
“Oh... so pasti gitu looh! Eh, tapi ikhwan yang seperti itu langka ditemukan,” Tika ngasih jawaban.
“Ingin banget, tapi semua keputusan akhir kan Allah yang nentuin, kita mungkin cuma bisa usaha,” Ninink menjawab dengan bijak.

Tapi, gimana kalo setelah sekian lama menanti ikhwan idaman hati, eh, yang dateng tuh ikhwannya dengan kriteria: wajah pas-pasan, miskin, ilmu agamanya biasa aja, hanya rajin sholat dan dakwah. Gimana tuh?

“It’s ok. I’ll receive. Yang jelas dia orang yang terbuka, bijak, dewasa, dan merdeka. Kekayaan baginya adalah pemikiran yang diejawantahkan dalam kehidupan dan perjuangan. Dan atas dasar itu pula, mencuatlah kesadaran dalam dirinya utk menunaikan kewajiban-kewajiban yang dipanggulnya. Cukup itu, tidak lebih.” papar akhwat yang punya inisial “sg” dalam e-mailnya ke STUDIA.

Sobat muda muslim, kayaknya kalo ditampung semua pendapatnya bisa panjang urusannya neh. Tapi yang jelas, kita bisa punya kesimpulan bahwa umumnya para akhwat mencari ikhwan idaman yang imannya mantep, sholeh, pengertian, perhatian, dan punya jiwa pengemban dakwah. Wuih, sederhana dan sangat wajar. Semoga ini menjadi pegangan dan ukuran kita semua. Karena, yang namanya keimanan (akidah) tuh kriteria number one euy dalam prioritas pilihan kita untuk mencari pendamping hidup. Nggak bisa ditawar lagi.
Oke, tulisan ini sekadar melengkapi aja dari tulisan di edisi pekan kemarin yang udah dibahas panjang-lebar (lengkap dengan dalil-dalilnya sebagai panduan bagi ikhwan dan akhwat). Artinya nih, tulisan di edisi ini sekadar penekanan aja dengan lebih banyak mengeksplor pendapat para akhwat. Mengungkap fakta aja dan sedikit ngasih penjelasan tambahan. Semoga bermanfaat dan jadi bahan renungan kita. Makasih. [solihin: sholihin@gmx.net]

Kesabaranmu Ibu....

Oleh: Azzahra
Hudzaifah.org - Awalnya aku malu mempunyai ibu sepertinya. Warna kulit yang gelap dan wajah yang pas-pasan. Ibu sangat berbeda dengan ayah, kulit yang putih, tubuh yang gagah dan wajah yang lumayan tampan menurutku. Aku tak mengerti kenapa ayah memilih ibu sebagai pendamping hidupnya. Aku tidak menyalahi takdir-Nya, cuman aku heran dengan semua ini. Ayahku berasal dari kota sedangkan ibu sebagai anak desa yang tidak mempunyai apa-apa. Pendidikannya pun hanya tamatan Sekolah Dasar saja. Setiap aku bertanya kepada ayah kenapa dulu memilih ibu, beliau berkata, �Itu sudah takdir, mungkin ini yang terbaik untuk kita semua.�Ayah memiliki usaha yang lumayan sukses di kota, setiap seminggu sekali ayah pulang untuk menjenguk kami di desa, bahkan selalu membelikan apa saja yang kami minta, sehingga kami makin bangga pada beliau. Aku anak ke empat dari lima bersaudara. Kehidupan keluargaku tergolong paling kaya di desa. Ketika masih banyak rumah yang terbuat dari bilik, maka rumah kami sudah terbuat dari tembok. Bahkan pertama kali ada televisi, keluarga kamilah pelopor adanya televisi di desa. Aku masih ingat pertama kali ada di rumahku, semua orang berduyun-duyun kerumah untuk menonton televisi bersama-sama. Sampai-sampai ayah menyediakan tempat untuk warga yang ingin nonton televisi.Kemewahan materi tidak selalu identik dengan kebahagiaan. Itulah yang akhirnya aku rasakan. Ketika itu aku masih SMA, disinilah ketabahan ibu semakin terlihat di mataku. Bagaimana tidak, ayah menikah lagi dengan seorang gadis yang berasal dari kota. �Dia sangat cantik dibandingkan denganmu Sum, dia namanya Ayuni�, kata salah satu pamanku yang ikut bekerja dengan ayah kepada ibu ketika bertanya tentang istri baru ayah. Secara tidak sengaja aku mendengar perbincangan mereka. Apa yang ibu katakan sangat mengagumkan, �Dari dulu aku sudah siap jika ini terjadi mas, mungkin ini cobaan supaya aku semakin tabah.� Tapi waktu itu aku masih tidak terlalu mengerti kenapa ibu berkata seperti itu. Banyak orang khususnya perempuan di desaku yang tidak ingin dimadu, bahkan yang lebih ekstrim lagi mereka lebih baik bercerai dari pada harus dimadu walaupun sudah mempunyai anak. Keluargaku menjadi pembicaraan di desa khususnya di kalangan ibu-ibu. �Pantas saja Sumiati dimadu, mungkin saja wanita itu lebih cantik dibandingkan dia. Kalau aku seperti itu, aku langsung minta cerai demi harga diri.� Hatiku perih mendengar perkataan seperti itu. Mereka tidak tahu betapa cantik dan baiknya hati ibu Ingin rasanya aku menampar orang yang berkata seperti itu, namun aku masih punya perasaan. Aku langsung berlari kerumah mencari penyejuk hati dan aku melihat ibu sedang bersujud diatas sajadahnya...*** Ayah mulai jarang pulang, yang tadinya seminggu sekali sekarang sebulan bahkan pernah dua bulan tidak pulang. Tetapi ayah tetap mengirimkan uang untuk kami semua, bahkan jumlahnya lebih dari cukup. Kebanggaan pada ayah mulai berkurang tapi aku masih tetap menghormatinya. Kekagumanku pada ibu semakin bertambah, ibu selalu terlihat tabah dalam menghadapi cobaan. Itu terlihat di wajahnya yang teduh. �Kini aku bangga padamu Bu, aku juga tidak malu lagi mempunyai ibu sepertimu. Aku ingin perlihatkan pada dunia bahwa engkau adalah ibuku agar semua tahu betapa indahnya akhlakmu,� batinku berkata. Setiap kali adikku menanyakan tentang ayah, ibu pun menceritakan yang sebenarnya tanpa menjelekan sedikit pun tentang ayah. Satu lagi poin untuk mengagumimu yaitu kejujuran.Bulan berganti tahun, kami sudah mulai besar, bahkan kakakku sudah menikah semua, tinggal aku dan adik yang tinggal bersama ibu. Kerutan di wajah ibu pun sudah mulai terlihat. Kini aku sudah memasuki bangku kuliah dan berada di semester dua. Aku di terima di perguruan tinggi negeri dan ambil jurusan manajemen sesuai dengan cita-citaku. Aku tinggal di kota, sebulan sekali pulang ke desa untuk melepas rinduku pada keluarga. Ibu membuka warung di depan rumah untuk menghidupi kami karena hampir satu tahun ayah tidak mengirimkan uang. Untuk membantu ibu, aku berjualan pakaian yang di tawarkan pada teman-teman disamping kesibukan kuliah. Hasilnya pun lumayan untuk meringankan beban ibu.Ayah terserang stroke dan harus di rawat dirumah sakit sedangkan usahanya kini sudah bangkrut. Istri mudanya kabur entah kemana bersama anak hasil perkawinannya dengan ayah. Kini ibu yang selalu berada di samping ayah. Dengan kesabarannya, ibu merawat ayah dengan ikhlas. ketika ayah membutuhkan sesuatu, ibu selalu siap siaga untuk membantunya. Tanpa berbicara pun, sudah terlihat ada rasa penyesalan di wajah ayah. Kini ku tahu betapa mulianya hatimu ibu. Apakah aku sanggup seperti itu?***Kini aku sudah mempunyai dua anak, Muhammad Fahri dan Zakiya Azzahra namanya. Aku menikah dengan seorang lelaki yang amat sholeh menurutku. Dia yang selalu membimbingku dalam segala hal terutama dalam masalah agama. Dia merupakan figur seorang ayah yang baik untuk anak-anak. Jika kesabaranku sedang di coba dengan kenakalan anak-anak, maka dia selalu mengingatkan untuk selalu menahan amarah. Oh ya.. yang sangat mengagumkan, kini aku sudah memakai penutup aurat, ini juga atas hidayahNya yang sangat tak terhingga selain bimbingan suami.Aku teringat ketika meminta izin untuk menikah pada orang tua terutama pada ibu. Bukan berapa gaji calon suamiku yang ditanyakan, tetapi yang pertama kali di tanya oleh ibu adalah apakah solatnya sudah benar atau belum. Awalnya aku tak mengerti tentang itu. Ibu menjelaskan bahwa orang yang tidak pernah meninggalkan solat dalam keadaan apapun itulah yang seharusnya aku cari Insya Allah akhlaknya juga akan baik karena dia merasa Allah selalu mengawasinya. Pendapat yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. Jawaban yang sangat luar biasa yang terucap dari seorang yang hanya tamatan sekolah dasar.Kenangan-kenangan manis bersamamu akan selalu aku ingat bu. Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu dan meluaskan kuburanmu begitupun dengan ayah. Ibu meninggal seminggu setelah ayah tiada, ketika itu ibu berada di sampingku. Sebelum meninggal ada pesan yang masih teringat di benakku. �Jaga adikmu baik-baik, dan yang paling penting jangan pernah kau tinggalkan Allah karena Allah akan meninggalkanmu.� Sebelum meneruskan kata-katanya, ibu mengucapkan dua kalimah sahadat dan orang yang sangat aku hormati pun menghembuskan napas terakhirnya�Ibu telah tiada tetapi jasa-jasanya akan selalu teringat dalam kalbuku. Engkau mengajarkan aku tentang sebuah kesabaran. Engkau adalah sosok ibu yang terbaik di mataku meski engkau bukan ibu kandungku�

Kerudung dan Jilbab, yang Benar dan yang Salah?

Hudzaifah.org - Kerudung dan Jilbab sekarang modelnya macem-macem yah... Ada yang pakai rok, ada juga yang pakai celana jins. Ada yang pakai kaos kaki, ada yang engga. Ada yang kerudung panjang dan ada yang pendek. Truss, yang bener yang mana sih? So, baca aja artikel ini, supaya ga bingung lagi...


YANG BENAR
Image Hosted by ImageShack.us



YANG SALAH-1
Image Hosted by ImageShack.us



YANG SALAH-2
Image Hosted by ImageShack.us




YANG SALAH-3
Image Hosted by ImageShack.us



Sumber : www.myquran.com

99 Sahabat Rasulullah

  1. Penghantar
  2. Abu Baqar As-sidiq
  3. Umar Bin Khatab
  4. Ustman Bin Affan
  5. Ali Bin Abi Thalib
  6. Az-Zubair bin Al-Awwam
  7. Sa'ad Bin Waqos
  8. Abu 'Ubaidah Bin Aljarrah
  9. Abdurrahmah Bin 'Auf
  10. Thalhah Bin Ubaidillah
  11. Sa'id Bin Said
  12. Abdullah Bin Rawaaha
  13. Sa'ad Bin 'Ubada
  14. 'Ubadah Bin As-shamit
  15. Usaid Bin Al-Khadir
  16. Abdullah Bin Harram
  17. Sa'ad Bin Ar-rabi'
  18. Hamzah Bin Abdul Muthalib
  19. Mus'ab Bin Umair
  20. Zaid Bin Haritsah
  21. Ja'far Bin Abu Thalib
  22. Al-Husain Bin Ali Bin Abi Thalib
  23. Sa'ad Bin Mua'adh
  24. Abu Salmah
  25. Ammar Bin Yasir
  26. 'Ibad Bin Yashar
  27. Salim Maula (Budak yang dimerdekankan) Abu Khudzaifah
  28. Al-Bara Bin Malik
  29. Abu Dajanah
  30. 'Amru Bin al-Jamuh
  31. Abu Ayyub Al-Anshari
  32. Anas Bin An Nadhar
  33. Abu Thalhah
  34. Abdullah Bin Jahsy
  35. 'Ayyas Bin Abu Rabi'ah
  36. Khabib Bin 'Adway
  37. At-Tuffail Bin Amruddaus
  38. An-Nu'man Bin Muqarrin
  39. Abdullah Bin Abdullah Bin Abu ibn Salul
  40. Tsabit Bin Qais
  41. Krimah Bin Abu Jahal
  42. Khalid Bin Walid
  43. Amru Bin Ash
  44. Khudzaifah Bin Al-Yaman
  45. Al-Qa'qa Bin Amru
  46. Muawwiyah Bin Abu Sufyan
  47. Mustna Bin Haritsah
  48. Salamah Bin Al-Aku'
  49. Mughirah Bin Syu'bah
  50. 'Utbah Bin Ghazwan
  51. Abu Darda
  52. Muadh Bin Jabal
  53. Abdullah Bin Abbas
  54. Abdullah Bin Mas'ud
  55. Abu Musa Al-asy'ari
  56. Zait Bin Tsabit
  57. Abdullah Bin Salam
  58. Ubay Bin Ka'ab
  59. Abu Hurairah
  60. Anas Bin Malik
  61. Abdullah Bin Amru Bin Haram
  62. Umair Bin Sa'ad
  63. Bilal Bin Rabbah
  64. Shuhaib Ar-Rumy
  65. Salman AL-Farisy
  66. 'Adwiy Bin Hatem At-Thaiy
  67. Ka'ab Bin Malik
  68. Hassan Bin Tsabit
  69. Tsumamah Bin Utsal
  70. Al-Abbas
  71. Khabbab Bin Al-Urt
  72. Abu Zar Al-Ghofiry
  73. Al-Miqdad Bin Amru
  74. Muhammad Bin Muslimah
  75. Utsman Bin Madh'un
  76. Ibn Ummu Maktum
  77. Suraqah Bin Malik
  78. Usamah Bin Zaid
  79. Jabir Bin Abdullah Bin Al-Anshary
  80. Hadhalah Bin Abu 'Amir
  81. Hakim Bin Hazam
  82. Julaibib
  83. Dzul Bijadain
  84. Al-'Ala Bin Al-Hadhramy
  85. Abu Sa'id Al-Khudry
  86. Zaid Al-Khalil Atau Zaid Al-Khair
  87. 'Ukkasyah Bin Mihshin
  88. Hatib Bin Abu Balta'ah
  89. 'Ubbad Bin Basyar
  90. Thulaihah Bin Khuwailid
  91. Khuzaimah Bin Tsabit
  92. Abu Lubabah Bin Abdul Mundzir
  93. Imran Bin Hashain
  94. Buraidah Bin Al-Hashib
  95. Suhail Bin Amru
  96. Zaid Bin Khattab
  97. Wahsiyyu Bin Harb
  98. Abu Sufyan Bin Al-Harist
  99. Abdullah Bin Zubair Bin Al-Awwam
  100. Sa'id Bin 'Amir

Sa’id bin ‘Amir

Nama lengkapnya Sa’id bin ‘Amir bin Hadzim al-Jumahiy al-Quraisy. Beliau adalah seorang Amir (penguasa tempatan) yang zuhud.

Mengenai keislamannya dapat kita lihat dari kisah berikut. Suatu hari beliau keluar ke Tan’im, suatu tempat di dekat Mekkah, untuk menyaksikan kematian Khubaib bin Adiyyu, sahabat Rasulullah. berita itu beliau dengar dari pembesar musyrik Quraisy setelah mereka merasa menang menangkap sahabat Rasulullah itu. Ramai orang-orang Quraisy berkumpul di tempat itu. Diantara pembesarnya ada Abu Sufyan bin Harb, Shofwan bin Ummayah dll. Kesempatan ini digunakan musyrik Quraisy untuk mencari perhatian orang-orang dan sekaligus membuat balas dendam kepada Rasulullah setelah mereka kalah dalam perang Badar.

Tangan Khubaib diikat dengan tali kuat-kuat. Dan tubuhnya disalib di tiang. Tapi sebelum dieksekusi mati, Khubaib meminta mereka untuk sholat dua rakaat. “Jika kalian tidak keberatan. Tinggal aku sendirian. Aku hendak sholat dua rakaat sebelum kalian membunuhku” kata Khubaib. Mereka pun memenuhi permintaannya. Khubaib pun melakukan sholat dua rakaat. Selesai sholat, mereka mulai memotong tubuhnya di hadapan orang ramai. Satu demi satu anggota tubuhnya dipotong. Pada waktu itu Sa’id melihat Khubaib menghadapkan wajahnya ke langit sembari berdo’a, “Allahumma Ahshihim ‘adada waqtulhum badada wala tughodir minhum ahada (Ya Allah beri balasan pada mereka satu demi satu tidak ada yang tertinggal. Bunuhlah mereka hingga tidak tersisa. Dan jangan ada yang lari dari mereka satupun.” Beberapa lama kemudian beliau menghembuskan nafasnya setelah tusukan pedang dan pukulan menghujani tubuhnya.

Sejak peristiwa itu, dirinya sangat susah untuk membuang ingatan itu. Ada pelajaran penting dari peristiwa itu yaitu hidup memagang akidah dan berjuang di jalan Allah hingga titik darah terakhir. Dengan keimanan akan lahir kekuatan. Setelah melalui perenungan, tiba-tiba cahaya Islam datang di hatinya. Maka sejak itu dirinya berikrar masuk Islam di hadapan orang ramai. Dan berjanji meninggalkan sesembahan patung dan prilaku jahiliyah.

Setelah itu beliau pergi ke Madinah untuk bertemu dengan Rasulullah. di sanalah beliau menimba ilmu Islam dari Rasulullah dan memberikan bakti kepada Rasulullah. beliau juga ikur dalam perang Khoibar dan peperangan setelahnya. Beberapa tahun kemudian Rasulullah pun wafat. Beliau sangat ridho dengan takdir Allah itu. Wafatnya tidak mengurangi ketakwaannya kepada Allah.

Pada masa kekholifahan Umar, beliau ditunjuk untuk menjadi penguasa di “Himsh”. Dengan rendah hati beliau menolak tawaran itu. Umar pun sedikit marah dengan penolakannya itu. “Demi Allah, aku tidak akan biarkan kamu. Apakah kalian akan letakkan amanah dan khilafah itu semua di pundakku, kemudian kalian tinggalkan aku?” begitu kata Umar. Akhirnya beliau menerima tawaran umar itu. Umar pun kemudian memberikan bekal kepadanya.

Pada waktu Umar datang ke Syam dan tinggal di Himsh, Umar meminta daftar orang-orang miskin. Ternyata diantar daftar orang-orang miskin itu ada nama Sa’id bin ‘Amir. Kontan saja Umar menanggis melihat keadaan itu. Hingga kemudian Umar memberinya seribu dinar. Ketika uang itu diambil darinya, Sa’id mengembalikan lagi ke Umar sembari berkata, “Kami milik Allah dan kami kelak akan kembali pada-Nya.” Istri Umar merasa heran dengan sikapnya itu. “Kamu ini kenapa Sa’id” kata istri Umar. “Keduniaan datang menghantuiku bersamaan dengan fitnah dunia” kata Sa’id. Namun akhirnya uang itu diambilnya dan dibagikan kepada orang-orang miskin.

Suatu ketika penduduk Himsh melapor ke Umar bin Khottob bahwa Sa’id (pemimpinnya) tidak keluar rumah di waktu siang hingga sore dan tidak menerima tambu hingga malam. Dalam sebulan beliau hanya dua hari saja keluar untuk menyapa kami setelah itu kami tidak melihat lagi. Beliau pun tidak tahu dan sadar apa yang disekitarnya. Akhirnya Umar pun memangil Sa’id untuk bertanya mengenai keluhan dan laporan dari penduduknya. Dengan tenang beliau menjawab; yang pertama bahwa beliau tidak mempunyai pembantu. Maka setiap pagi membuah adonan dan membuat roti sendiri untuk dibagikan kepada penduduk. Setelah itu beliau berwudhu dan keluar rumah. Kedua, malam dijadikan untuk ibadah kepada Allah dan siangnya untuk mengabdi pada rakyatnya. Ketiga beliau tidak mempunyai pembantu dan juga baju penganti. Kemudian beliau cuci bajunya sekali dalam sebulan dan menunggu baju itu hingga kering. Kemudian beliau keluar menjumpai rakyatnya di petang hari. Keempat, beliau seolah-olah tidak peduli ketika beliau mengingat kematian Khubaibib bin Adawiyy.

Beliau dikelan sebagai penguasa yang zuhud dan menzakatkan uang yang diterimanya. Pada tahun 20 Hijriah, beliau meninggal dunia di Syam.

Refrensi/Rujukan

  1. al-Qur'an al-Karim
  2. al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibn Katsir
  3. Hilyatul Aulia, Abu Nu'aim al-Ashbahany
  4. As-Siroh an-Nabawiyah, Ibn Hisyam
  5. al-Ishobah fi tamyiz as-Shohabah, Ibn Hajr asl-Atsqolani
  6. Shuwarun min hayati as-Shohabah, Dr.Abdurahman Ro'fat Pasha
  7. Udhomaul Islam, Muhammad Siad Mursy
  8. Rijalun wa nisaun haula Rasul (kompilasi dari kitab at-Thobary, Ibn Katsir, Ad-Dhahby dan As-Suyuti), Ahmad Sya'ban bin Ahmad
  9. Rijalun wa nisaun haula Rasul, Said Yusuf Abu Aziz
  10. Rijalun haula Rasul, Kholid Muhammad Kholid
  11. Shohih Muslim
  12. Musnad al-Imam Ahmad
  13. Fathul Bary fi Syarh as-Shohih al-Bukhori, Ibn Hajar
  14. Sirah Rijal haula ar-Rasul, Hany an-Najah, penerbit at-Taufiqiyah, Kairo, Mesir tanpa tahun.

Abdullah bin Zubair bin al-Awwam

Nama lengkapnya Abdullah bin az-Zubair bin al-Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bi Qushai. Beliau adalah anak dari bibi Rasulullah. Ibunya bernama Asma binti Abu Bakar as-Siddiq. Pangilannya Abu Bakar. Gelarnya ‘Aidzullah’ (yang berlindung pada Allah). Ayahnya az-Zubair bin al-Awwam adalah termasuk pengikut setia (hawariy) Rasulullah dan salah satu dari sepuluh sahabat yang dikabarkan akan masuk surga.

Mengenai kelahirannya, Asma (ibunya) bercerita bahwa suatu hari ketika sedang hamil tua keluar rumah. kira-kira kandungan itu sudah berumur sembilan bulan. Ibunya pergi ke Madinah dan berhenti di Quba ketika dirinya merasa bayinya hendak keluar. Firasatnya itu betul. Tak lama setelah berhenti sejenak di Quba, bayinya lahir. Setelah ibunya membawa bayi itu ke tempat Rasulullah agar didoakan. Rasulullah pun mengunyah kurma hingga lembut kemudian menyuapkan kepada bayi itu sembari berdo’a. Jadi pertama-pertama yang masuk di tenggorokan bayi itu adalah suapan Rasulullah. Bayi itu diberinama Abdullah. Itulah awal kelahiran bayi muslim dalam Islam setelah terjadi peristiwa hijrah ke Madinah yang langsung disuapi dan dimanai Rasulullah.

Kelahirannya disambut meriah dan riang gembira oleh umat Islam yang ada di Madinah. kenapa demikian? Konon ceritanya bahwa orang-orang Yahudi telah menyihir hingga umat Islam tidak melahirkan bayi. Beruntunglah Abdullah mendapatkan didikan langsung dari Rasulullah sejak kecil. Maka tidak heran jika pada umur 7 atau 8 tahun memberikan sumpah setia kepada Rasulullah untuk tegaknya ajaran Islam. kehadirannya disambut Rasulullah dengan senyum ketika dirinya menyatakan diri untuk memberikan sumpah setia (bai’ah) (lihat Shohih Bukhri; 2146).

Sejak dirinya memberikan sumpah setia (bai’ah), waktunya digunakan untuk menimba ilmu langsung dari Rasulullah. Seakan-akan tidak ada jalan melainkan jalan ke rumah Rasulullah yang dituju. Apalagi Aisyah, istri Rasulullah, adalah bibinya yang baik hati. Sehingga dirinya merasa benar-benar seperti anaknya. Maka tidak mengherankan jika beliau diantara para sahabat yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah langsung. Dan juga dari ayah, paman (Abu Bakar), ibu dan bibinya (Aisyah). Dalam masalah ibadah beliau juga sangat tekun dan istiqomah serta penuh khusyu’. Mujahid berkata, “Ibn Zubair jika sedang sholat badanya seperti tiang (khusyu’). Seperti halnya Abu Bakar.” Tsabit al-Banany bercerita, “Suatu hari saya lewat di samping Ibn Zubair yang berada di belakang tempat sedang sholat. Dirinya seperti kayu yang ditancapkan; tidak bergerak (karena khusyu’).

Dari Utsmanbin Tholhah berkata, “Ada tiga perkara yang tidak dapat dikalahkan dari Ibn Zuabair; dalam keberanian, ibadah dan kepandian beretorika (balaghoh).” Dari ibunya berkata, “Ibn Zubair selalu sholat malam dan berpuasa di siang hari.” Dari Muslim bin Niyaqb berkata; “Ibn Zubair suatu hari ruku’. Waktu itu kami membaca surah al-Baqoroh, Ali Imron, an-Nisa dan al-Maidah. (Hingga surah itu selesai dibaca) beliau belum mengangkat kepalanya.” Tidak mengherankan jika di kalangan sahabat beliau dikenal dengan sebutan ‘Hamam al-Masjid”(merpati masjid).

Kurang lebih 8 tahun 4 bulan beliau bergaul dekat dengan Rasulullah. Setelah beliau ditinggal Rasulullah menghadap sang Kholik.

Suatu hari beliau sedang bermain dengan anak-anak seusinya. Peristiwa itu terjadi pada waktu kholifah Umar bin Khottob. Ketika Umar datang, kawan-kawannya itu lari menjauh sementara dirinya masih berdiri di tempatnya. Umar bertanya, “Kenapa tidak ikut lari bersama kawan-kawanmu?” beliau menjawab, “Saya tidak berbuat jahat dan dosa, kenapa harus lari. Dan jalan pun tidak sempit hingga aku beri jalan untukmu.” Mendengar jawab itu, Umar pun kemudian pergi melewati jalan itu.

Mengenai keberaniannya, Mush’ab bin Abdullah berkata, “Ayahku bercerita padaku dan juga az-Zubair bin Hubaib. Suatu hari Ibn az-Zubair berkata. “Kelompok Jurjair dengan jumlah tentara 120 ribu orang menyerang kami. Kemudian mereka mencoba mengepung kami yang jumlahnya cuma 20 ribu.” Dalam riwayat Hisyam bin Urwah diceritakan bahwa bahwa pada waktu peran Jamal, Ibn az-Zubair diambil di tenggah-tengah orang-orang yang terbunuh (beliau masih hidup). Tubuhnya terkena luka parah akibat terkena 70 lebih pukulan dan tusukan.”

Dari Urwah diceritakan bahwa Ibn Zubair ikut membonceng kuda di belakang ayahnya pada waktu terjadi perang Yarmuk. Waktu itu berumur 20 tahun. Beliau juga ikut dalam penaklukan Afrika pada masa kholifah Utsman. Begitu juga beliau menjaga Kholifah Utsman di rumahnya.

Setelah wafatnya Muawwiyah bin Abu Sufyan, kekholifahan digantikan anaknya, Yazid. Yazid menyuruh beliau untuk memberikan sumpah setia atas kekholifahannya itu. Hanya saja beliau enggan memenuhi permintaannya. Beliau lebih memilih pergi jauh ke Mekkah. Sikapnya itu membuat Yazid marah. Tapi apa hendak dikata. Beliau memang enggan.

Beberapa tahun kemudian akhirnya Yazid wafat. Maka beliau dibai’ah untuk mengantikan khilafah itu. Beliau pun menerima. Beliau memerintah di Mesir, Hijaz, Yaman, Iraq, Khurosan dan sebagian besar Syam. Semua penduduk patuh dan taat kepada beliau. Madinah Munawaroh dijadikan sebagai ibuk kota pemerintahannya. Masa kekholifahannay hingga tahun 9 Hijriah.

Diantara proyek pembangunan yang beliau lakukan adalah pembaharuan dan renovasi Ka’bah dengan tidak membuah tiang-tiang penting yang diletakkan nabi Ibrahim. Prestasi lain yaitu beliau orang pertama yang membuat mata uang dirham berbentuk bulat. Uang dirham itu di salah satu sisinya bertulis Muhammad Rasulullah. Dan pada sisi lainnya, “Amrullah bil fawa’ wal adl.”

Selama hidupnya dalam perjuangan menengakkan Islam, beliau telah meriwayatkan kurang lebih 32 hadits. Pada tahun 73 Hijriah beliau wafat di Mekkah setelah terbunuh oleh al-Hajaj bin Yusuf dalam peperangan dengan orang-orang Umawiyah. Hari wafatnya adalah hari Selasa, Jumadil Awwal tahun 73. waktu itu beliau berumur 72 tahun. Dikuburkan di Madinah. Kuburannya sekarang di masjid Nabawi bersampingan dengan Rasulullah, Abu Bakar dan Umar. Beberapa hari kemudian ibunya, Asma, meninggal dunia.

Abu Sufyan bin al-Harist

nama lengkapnya Abu Sufyan bin al-Harist bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdu Manaf al-Quraisy. Beliau adalah anak paman Rasulullah sekaligus saudara satu susuan (menyusu pada Halimah as-Sa'diyah). Beliau diantara orang yang mempunyai kemiripan dengan Rasulullah. beliau sangat mencintai Rasulullah. begitu juga sebaliknya. Mereka adalah teman akrab sejak kecil.

meskipun kedekatannya dengan Rasulullah secara psikologis dan tempat sejak kecil (sebelum datangnya Islam), hanya saja jalur hidupnya bersebrangan satu sama lainnya. Beliau memilih untuk berbeda keyakinan. Orang-orang mengira bahwa kelak beliau akan mengikuti ajaran yang dibawa Rasulullah. orang-orang justru terperanjat dan kaget ketika tahu bahwa beliau adalah diantara orang yang sangat membenci dan memusuhi ajaran Rasulullah. dengan segala cara beliau berusaha memusnahkan ajaran Islam. Beliau adalah seorang penyair yang handal. Untuk menyerang ajaran Rasulullah, beliau gunakan syair sebagai alat.

Kehadiran Islam di Mekkah setelah melalui dakwah secara terang-terangan disambut banyak orang. Meski banyak tekanan dan siksaan, Islam tetap tegar dalam menghadapinya. Bahkan sumpah setia (bai'ah) dari kaum Anshor semakin memantapkan dakwah Rasulullah. situasi membuat geram dan marah Abu Sufyan bin al-Harits.

Dengan kepandaian syairnya beliau mencoba membuat syair-syair penghinaan kepada Rasulullah agar umat Islam keluar Islam waktu itu. Dan berusaha mencari dukungan atas tindakannya itu. Namun emas tetaplah emas dimanapun diletakkan. Yang baik akan selalu dicari dan yang buruk akan dicampakkan. Tindakannya itu tidak mempengaruhi gerak dakwah Islam. Justru pengukit Rasulullah semakin bertambah yakin akan kebenaran ajaran Islam yang dibawanya. Dalam setiap peperangan, beliau selalu berada di barisan depan. Dengan kekuatan pedang dan lisannya beliau mencoba memerangi umat Islam. Hassan bin Tsabit , penyair Rasulullah, suatu hari ditantang Abu Sufyan. "Ayahmu, seorang ayah yang jahat. Begitu juga pamanmu. Kamu tidak lebih baik dari ayahmu dan pamanmu" syair ejekkan Abu Sufyan kepada Hassan. Hasan membalas, "Kamu hinda Muhammad, kemudian saya balas syair hinaan itu. Kelak Allah akan memberikan balasan atas tindakanku."

Setelah hamper 20 tahun memusuhi Rasulullah dan Islam, akhirnya beliau menemukan cahaya Islam di dadanya. Kedengkian dan sikap permusuhan yang ada dalam hati tiba-tiba musnah dan sirna. Cahaya Islam dalam hatinya datang ketika beliau tahu bahwa Rasulullah hendak pergi ke Mekkah untuk mentaklukannya. Setelah Rasulullah sampai di Mekkah, beliau dan anaknya, Ja'far, pergi menghadap Rasulullah untuk berikrar masuk Islam. Hanya saja Rasulullah tidak langsung menerimanya. Beliau berulang kali datang ke tempat Rasulullah untuk meminta restu dan ridhonya. Terakhir kali beliau bertemu dengan Abdullah bin Umayyah di kawasan antara Mekkah dan Madinah. Akhirnya mereka berdua pergi untuk menjumpai Rasulullah untuk minta restu. Kedatanganya mereka berdua juga belum merubah restu Rasulullah. hingga akhirnya Abu Sufyan bersumpah lebih baik mati kehausan dan kelaparan jika Rasulullah tidak memberi restu. Kabar ini didengar Rasulullah. Rasulullah pun akhirnya memberikan restu dan ridhonya. Sejak itulah dirinya menemukan kedamaian dalam Islam

Sejak dirinya memeluk Islam, seluruh waktunya digunakan untuk berbuat kebaikan untuk menebus kejahatan masa silamnya. Keduniaan sedikit dipalingkan. Siang untuk puasa dan malam untuk ibadah. Bahkan dalam suaru riwayat dari Said bin al-Musayyib diceritakan bahwa beliau melakukan sholat dari dhuhur ke ashar dan waktu-waktu yang dimakruhkan. Betapa dirinya merasa hina di depan Allah sehingga segala kemampuannya dicurakan untuk beribadah.

Pada waktu perang Hunain, beliau bersama Rasulullah ikut maju ke medan perang. Disitulah beliau mendapatkan pengalaman yang berharga meski cobaan demi cobaan menimpanya. Beliau tetap sabar menghadapinya dan tidak goyah dengan keislamannya. Mengenai hal itu Rasulullah bersabda, "Saya berharap beliau menjadi penganti Hamzah". Di waktu lain Rasulullah bersabda, "Abu Sufyan termasuk keluargaku yang baik."

Beberapa tahun kemudian Rasulullah menghadap sang Kholik. Wafatnya Rasulullah sangat memukul hatinya. Meski demikian beliau masih dalam keislamannya. Keyakinannya sudah mantap dalam hati.

Pada waktu kholifah Umar bin Khottob merasa ajalnya sudah mendekat. Maka dengan susah payah beliau mengali lubang kubur sendiri. Tepat pada tahun 20 Hijriah setelah pulang dari hari beliau meninggal dunia di Madinah. Menerut pendapat sejarawan beliau dimakamkan di Baqi'. Kononnya, sebelum wafatnya beliau pernah berkata, "Jangan tanggisi aku, saya ini belum bersih dari dosa-dosa masa lampau sejak masuk Islam."(lihat Usud al-Ghoyah, 6/155).

Wahsiyyu bin Harb

Pada masa jahiliyah beliau adalah budak kepada Jubair bin Muht'im, salah seorang terhormat di kalangan Quraisy. Nama panggilannya Abu Dasmah. Dulu, beliau berharap dapat merdeka dan menjadi manusia yang bebas sebagaimana yang lain. Harapan dan cita-citanya itu terpenuhi. Hanya saja harga kemerdekaannya itu harus menumpahkan darah dan mencabut nyawa paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Mutholib pada wkatu perang Uhud. Peristiwa ini merupakan sejarah yang tak terlupakan baginya.

Paman beliau, Thu'aimah, terbunuh pada waktu perang Badr oleh Hamzah bin Abdul Muhtolib. Beliau sangat sedih atas kematian pamannya. Dan bersumpah kepada tuhan Uzza dan Latta untuk membalas dendam kematiannya itu. Sejak itulah, waktunya digunakan untuk mengintai kelengahan Hamzah.

Beberapa tahun kemudian, terdengar kabar bahwa orang musyrik Quraisy berencana hendak menghancurkan Muhammad bin Abdullah (Rasulullah) dengan melakukan penyerangan di Uhud. Kekalahan kaum musyrik Quraisy pada waktu perang Badr merupakan pukulan berat. Mereka seakan-akan terhina. Setelah mengumpulkan bala tentaranya, Abu Sufyan bin Harb sebagai panglima perangnya menuju ke gunung Uhud. Abu Sufyan bin Harb mencoba mengunakan trik dan maneuver dengan menghasut orang-orang untuk melakukan balas dendam atas kematian anaknya dan saudaranya pada waktu perang Badr. Hebatnya, diantara wanita yang ikut dalam perang ini adalah istrinya, Hindun bin 'Utbah. Hindun bersemangat untuk berperang karena ayah, paman dan saudaranya mati dalam perang Badr. Kesempatan perang Uhud hendak digunakan untuk membalas dendam.

Begitu juga Wahsyiyyu, beliau sangat bersemangat untuk berperang setelah dihasud oleh Jubair bin Muht'im, tuannya. Oleh tuannya, beliau diiming-imingi dan dijanjikan akan dimerdekakan seandainya dapat membunuh Hamzah bin Abdul Mutholib. Tuannya termasuk orang musyrik Quraisy yang sangat benci terhadapa Rasulullah dan ajaran Islam.

Tanpa membuang-buang waktu beliau langsung keluar ke medan perang ikut di belakang pasukan wanita. Perasaan dendam di hatinya semakin membara ketika sampai di gunung Uhud. Pertempuran antara umat Islam dan kaum musyrik Quraisy dimulai setelah saling bertemu semuanya. Di tengah-tengah berkecamuknya perang itu, beliau menyelinap diantara barisan tentara untuk mencari Hamzah bin Abdul Mutholib. Tidak beberapa lama, beliau pun bertemu dengan Hamzah. Baginya tidak terlalu sukar untuk mencari sosok Hamzah. Setelah berhadapan dengannya, beliau langsung menghunuskan pedangnya dan memukulnya kuat-kuat di perut Hamzah hingga pedang itu menancap di tubuhnya. Setelah merasa puas, beliau biarkan pedang itu menancap karena yakin bahwa Hamzah sudah meningggal.

Dalam perang ini banyak tentara muslim yang terbunuh. Hindun, istri Abu Sufyan bin Harb, tanpa rasa hormat dan jiwa kemanusian langsung merobek-robek isi perut mayat umat Islam, mencukil matanya, memotong hidungnya dan juga telinggannya. Betapa busuknya hati wanita itu hingga memperlakukan mayit secara tidak manusiawi. Selesai perang itu, Wahsyiyyu pulang ke Mekkah untuk menemui tuannya dan menagih janjinya. Tuannya pun memenuhi janjinya. Sejak itulah beliau menjadi merdeka!

Meskipun beliau sudah puas karena telah membalas kematian pamannya, dan juga dirinya sudah merdeka. Hanya saja beliau justru tidak menemukan ketenangan dalam hatinya. Perasaan takut dan gelisah menghantui dirinya. Kekalahan dalam perang Uhud tidak menyurutkan semangat umat Islam. Bahkan orang-orang yang memeluk Islam semakin bertambah. Kabar ini semakin menambah gelisah hatinya. Untuk menenangkan hatinya, beliau berusaha keluar dari Mekkah mencari tempat yang dianggap tenang di Thoif. Kegelisahan dan kesedihan masih juga merongrong di hatinya. Akhirnya pindah ke Syam, Yaman dan tempat-tempat lainnya.

Suatu hari beliau bertemu dengan seseorang. Orang itu menasehati dirinya bahwa Muhammad bin Abdullah (Rasulullah) tidak akan membunuh orang jika dirinya masuk agamanya dan bersaksi dengan dua syahadat. Ucapannya itu sedikit mengurangi kegelisahannya. Akhirnya beliau pergi ke Yastrib (Madinah) untuk bertemu Rasulullah. sesampainya di Yastrib (Madinah) beliau langsung menuju masjid. Di sinilah beliau bertemu Rasulullah dan menyatakan diri masuk Islam setelah membaca dua kalimat syahadat. Beliau sangat menyesal dengan dosa-dosa yang dibuat terhadap umat Islam. Namun penyesalan yang dialaminya tidak menjadikan dirinya memulai lembaran hidup baru dalam cahaya Islam. Karena dalam ajaran Islam bahwa dosa-dosa sebelum yang dilakukan sebelum Islam akan terhapus dengan keislamannya.

Beberapa tahun kemudian Rasulullah wafat. Muncullah kelompok orang-orang murtad (keluar dari Islam) dan pengaku nabi (nabi palsu) dari bani Hanifah. Padahal dalam ajaran Islam, bahwa Muhammad bin Abdullah adalah nabi akhir zaman, tidak akan ada nabi setelahnya. Situasi ini sangat merusak sistem dan ajaran Islam yang telah dibawa Rasulullah melalui wahyu yang diterimanya. Maka untuk memulihkan stabilitas umat Islam dan meluruskan pandangan yang keliru itu, kholifah Abu Bakar mengumpulkan tentara Islam untuk memerangi mereka dan mengembalikan mereka ke jalan yang benar. Mendengar kabar ini, beliau (Wahsyiyyu) merasa terpanggil untuk membuktikan kesetiaan kepada ajaran Islam dan menghapus dosa-dosa masa lampau sebelum masuk Islam. Dalam hatinya berkata, "Inilah kesempatan emas untuk membuktikan keislamannya."

Dengan langkah pasti beliau keluar rumah membawa pedang yang pernah digunakan untuk membunuh paman Rasulullah, Hamzah., untuk bergabung dengan tentara muslim. sebelum berangkat, dalam hatinya berniat untuk membunuh Musailamah al-Kazzab, sang nabi palsu dari bani Hanifah di Yamamah. Tentara muslim bertemu kelompok murtad pimpinan Musailamah bertemu di Hadiqotul Maut (Taman kematian). Kononnya, disebut nama itu karena menjadi sarang dan tempat berlindung kelompok murtad dan banyak yang mati darinya. Perang pun berkecamuk. Beliau berusaha mengintai gerak-gerik Musailamah. Ketika tentara muslim berhasil menyempitkan langkah Musailamah, beliaupun maju dengan menghunus pedangnya. Antara beliau dan tentara muslim berusaha memukulkan pedangnya kearah Musailamah dengan kuat-kuat. Hingga akhirnya Musailamah terbunuh. Hanya saja pedang siapa yang berhasil membunuhnya, Wahsyiyu atau tentara muslim lain (dari Anshor)? Kalau memang pedangnya Wahsyiyu, maka dengan pedang itu beliau telah membunuh orang terbaik setelah Rasulullah (Hamzah). Dan juga orang yang paling jahat setelah Rasulullah (Musailamah al-Kazzab).

Beginilah cara orang muslim menghapus dan mengilangkan dosa-dosanya dengan kebaikan. Dan berusaha sepanjang hayatnya untuk menjadi hamba yang baik; berkhidmah untuk ketegaknya ajaran Islam. "Sesungguhnya kebaikan akan menghapuskan keburukan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu ingat kepada Allah"(QS.Hud;114).

Setelah itu beliau ikut dalam perang Yarmuk. Hidupnya dihabiskan di Hamsh, Syam hingga wafatnya.

Zaid bin Khottob

Nama lengkapnya Zaid bin Khottob bim Nufail bin Abdul Uzza al-Adqiyyu. Beliau adalah saudara Umar bin Khottob dari pihak ayah. Beliau lebih tua dari Umar bin Khottob. Nama panggilannya Abu Abdurrahman.

Dikalangan para sahabat beliau termasuk golongan muhajirin yang pertama karena beliau lebih dulu masuk Islam daripada suadaranya. Beliau berbadan tinggi, tegak, kulitnya agak coklat, kalau berjalan berwibawa dan punya pendirian kuat. Beliau termasuk penunggang kuda yang hebat di kalangan sahabat.

Pada waktu Rasulullah perintahkan umat Islam berhijrah ke Madinah karena adanya tekanan dan siksaan dari musyrik Quraisy, beliau bersama saudaranya Umar, keluarganya dan juga kaumnya ikut berhijrah. Karena perawakannya yang tinggi dan gagah, beliau ditugasi untuk mengawal dan menjaga orang-orang yang lemah yang ikut berhijrah ke Madinah. Sesampainya di Madinah, Rasulullah mengenalkan beliau dengan Ma'n bin Adwy al-Anshory.

Beberapa tahun kemudian Rasulullah mengizinkan umat Islam untuk berperang melawan orang-orang yang menentang dan menyiksa umat Islam. Dengan penuh keikhalasan, beliau orang pertama yang menyambut perintah Rasulullah untuk berperang. Dirinya merasa terpangil untuk menyumbangkan kemampuannya demi tegakknay ajaran Islam. Hal ini didasarkan pada keimanan, ketakwaan dan akidah yang tertanam dalam hatinya dan mengharapkan keridhoaan dari Allah.

Pada waktu perang Badr, beliau ikut berperang. Beliau diantara tentara hasil didikan Rasulullah yang dengan ikhlas sanggup berkorban untuk tegaknya kedamaian di muka bumi. Perang itu dimenangkan oleh umat islam. Setelah itu datang perang Uhud. Beliau dengan segenap kemampuannya menyambut panggilan suci itu. Dengan gagah berani beliau maju ke gunung Uhud, tempat terjadinya perang. Seolah-olah dunia tidak lagi dihiraukan. Yang ada dalam dirinya adalah ibadah kepada Allah. Umar mendatangi beliau sambil membisikkan, "Ambil baju perangku, untuk menjaga tubuhmu dari tusujan panah." Dengan cerianya beliau menjawab, "Saya ingin mati syahid seperti kamu juga."

Diantara peristiwa-peristiwa penting yang beliau ikuti adalah perang Khandaq, sumpah setia (Bai'ah) di Hudabiah. Beliau bersumpah setia dihadapan Rasulullah hingga wafatnya untuk membela Islam. Dan semua peperangn yang lainnya beliau ikut.

Setelah wafatnya Rasulullah, diantara umat Islam waktu itu yang mencoba keluar dari Islam. Bahkwan ada yang mendakwa sebagai nabi setelah kenabian Muhammad. Muncul keragu-raguan dan kemunafikan di sebagian umat Islam. Suasana ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang membenci Islam untuk menghancurkan nilai-nilai dan ajaran Islam. Maka untuk mengembalikan keaslian ajaran Islam sebagaimana diamanahkan Rasulullah, Umar bin Khottob menyuruh umat Islam untuk menyerang kelompok yang mencoba keluar dari Islam. Kholid bin bin al-Walid sebagai panglima perang bersama tentara yang lain datang ke Yamamah. Zaid bin Khottob tidak ketinggalan ikut dalam peperangan itu. Beliau lah yang membawa bendera perang dari kaum Anshor. Dalam perang inilah beliau membunuh Rojjal bin Anwafah (dulunya masuk Islam kemudian bersekutu dengan nabi palsu, Musailamah al-Kazzab untuk menyesatkan umat Islam). Kematiannya melemahkan kelompok orang-orang murtad. Cita-citanya mati syahid terpenuhi. Setelah terjadi peperangan sengit, beliau terbunuh dalam perang itu oleh Abu Maryam al-Hanafy.

Setelah perang usai, Umar bin Khottob mendengar bahwa saudaranya mati syahid di medan perang. Umar pun berkata, "Zaid bin Khottob telah mendahuluiku dalam dua kebaikan; beliau lebih dulu masuk Islam dan mati syahid."

Firman Allah, "Wahai orang-orang yang beriman, maukah kalian aku tunjukkan suatu tijaroh (niaga/perdagansgan) yang dapat menyelamatkan kalaian dari siksaan yang pedih. (hendaklah) kalian beriman kepada Allah dan Rasulullah, berjihad di jalan Allah dengan hartamu dan dirimu (nyawamu). Yang demikian itu jauh lebih baik bagi kalian jika kalian tahu."(al-Qur'an, surah as-Shof;10-11). "Diantara manusia ada yang menjual dirinya (berkorban dengan jiwanya) untuk mencari ridho Allah."(al-Qur'an, al-Baqoroh; 207).

Suhail bin Amru

Nama lengkapnya Suhail bin Amru bin Abdu Syam bin Abdu Wud bin Nasr bin Malik bin Hasal bin Ibn 'Amir bin Lua bin Gholib bin Fahr al-Quriasyi al-Amiry. Beliau adalah ayah dari Abu Jundil.

Beliau adalah orang berpengaruh di Quraisy. Sang orator dan juru bicara di kaumnya. Pada masa jahiliyah beliau sangat memusuhi Islam dan Rasulullah. beliau selalu berusaha memalingkang dakwah Islam yang dibawa Rasulullah dari manusia dengan segala cara. Kebencian terhadap Islam begitu kentara. Setelah beberapa lama kemudian, beliau dikejutkan oleh berita bahwa anaknya Abdullah dan Ummu Kultsum masuk Islam dan ikut berhijrah ke Habaysah (Ethopia).

Perang Badr merupakan lembaran sejarah baru baginya. Beliau ikut berperang di Badr dari kelompok yang memusuhi Islam. Waktu itu kelompok yang memusuhi Islam dapat dikalahkan. Kemenangan ada di pihak muslim. Beliau termasuk diantara orang-orang yang menjadi tawanan pihak muslim. Dirinya merasa enggan mengakui kekalahannya. Ketika beliau hendak menebus dirinya dengan hartanya agar dibebaskan, Umar bin Khottob langsung memandanginya. Umar berkata kepada Rasulullah, "Biarkan aku patahkan gigi depanya supaya tidak dapat berbicara lagi di tempat-tempat kumpul Quraisy." Rasulullah menjawab, "Jangan, biarkan saja begitu wahai Umar. Semoga kelak akan membuatmu senang dan gembira, inysa Allah."

Beberapa tahun kemudian, terjadilah perdamaina Hudaibiyah antara Rasulullah dengan pengikut kafir Quraisy. Suhail bin Imran menjadi utusan dari kafir Quraisy dalam perundingan itu setelah utusan-utusan sebelumnya tidak mampu menandingi kejujuran dan kabaikan Rasulullah. Perbincangan dan dialog berlangsung antara Suhail dengan Rasulullah. beliau berusaha meyakinkan Rasulullah dengan perjanjian itu.

Pada tahun 8 Hijriah, Rasulullah bersama umat Islam pergi untuk mentaklukan Mekkah setelah kafir Quraisy mengingkari perjanjian yang dibuat dengan Rasulullah. Sejak penaklukan Mekkah, umat Islam yang dulunya berhijrah, kini kembali ke tempatnya semula dengan rasa aman. Bendera Islam berkibar di mana tanpa rasa takut dimusuhi dan ditekan dari orang-orang yang tidak senang. Meskipun demikian, Rasulullah tetap memperlakukan orang-orang musyrik Quraisy penuh toleran dan saling menghormati. Dengan rendah hati Rasulullah berucap di depan mereka, "Wahai orang-orang Quraisy semua, Apa yang kalian kira yang akan saya perbuat terhadap kalian?" orang yang dulunya memusuhi Rasulullah dan ajaran Islam, Suhail bin Imran menjawab, "kami kira suatu kebaikan, wahai saudara yang baik dan anak yang baik." Setelah itu Rasulullah berkata kepada mereka, "Silahkan kalian pergi (sesuka hati) sebab kalian sudah merdeka (bebas)..!!

Mendengar ucapan itu, beliau meminta kepada anaknya, Abdullahm, untuk meminta perlindungan dari Rasulullah. anaknya bergegas menjumpai Rasulullah menyampaikan maksudnya. Setelah beberapa lama, Rasulullah berkata kepada para sahabat, "Barangsiapa diantara bertemu Suhail, jangan sekali-kali sakiti dan cederai dia. Demi jiwaku, Suhail adalah seorang yang mempunyai akal sehat dan kemuliaan…"). Akhirnya beliau tanpa ada paksaan dan tekanan, menyatakan masuk Islam. Orang-orang yang masuk Islam ketika penaklukan Mekkah dijuluki thulaqo (orang-orang yang merdeka (bebas).

Meski beliau baru masuk Islam setelah penaklukan Mekkah, beliau berani merubah menjadi seorang hamba Allah yang sangat taat, berzuhud dan siap berjuang untuk kejayaan Islam.

Setelah mendengar wafatnya Rasulullah, keimanannya kepada ajaran Islam tetap tertancap dalam hatinya. Tidak berubah sedikitpun. Bahkan dengan lantangnya beliau berkata kepada sahabat yang lain, "Barang siapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak akan mati."(HR.Baihaqi)

Sikap dalam perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam (setelah wafatnya Rasulullah) dapat dilihat dari keberaniannya sebagaimana ditunjukkan oleh Abu Bakar di Madinah. Meski tinggal di Mekkah, beliau berusaha untuk memperjuangkan nilai-nilai ajaran Islam. Beliau sadar bahwa keislamannya masih baru dibanding sahabat-sahabat yang lainnya. Maka tidak heran jika waktunya digunakan untuk taqarrub kepada Allah.

Pada waktu terjadi perang antara umat Islam dengan bangsa Rum di Syam, beliau memangil anak-anaknya, istrinya dan cucunya untuk memberikan arahan mengenai perjuangan di jalan Allah. Dengan suara lantang beliau berkata, "Demi Allah, sekali-kali saya tidak akan tinggalkan perjuanganku dengan Islam seperti perjuanganku dulu dengan barisan Musyrik, begitu juga saya akan menafkahkan semua yang ada seperti yang saya perbuat dengan barisan musryrik dulu. Demi Allah, hingga pun mati syahid di jalan Allah ini, saya tidak akan mundur menghadapi musuh Islam."

Dalam peperangan itu beliau masih diberi umur panjang. Sehingga beliau masih sempat ikut dalam perang Yarmuk. Meski pada waktu perang Yarmuk umat Islam mendapatkan cobaan kekalahan, hanya beliau masih berumur panjang. Hingga dari peperangan ke peperangan beliau ikuti. Di perkampungan 'Amwas, di negeri Syam, terjadi wabah penyakit pes (mematikan). Beliau terkena penyakit itu. Beliau bersama semua keluarganya wafat akibat terkena penyakit pes (tho'un).

Buraidah bin al-Hashib

Nama lengkapnya Buraidah bin al-Hashib bin Abdullah bin al-Harits bin al-'Aroj bin Sa'ad bin Zarah bin Udwy bin Sahm bin Mazin bin al-Harits bin Salaman bin Aslam bin Afsha al-Aslamy. Biasa dipanggil Abu Abdullah. Pendapat lain mengatakan Abu Sahl dan Abu Sasan.

Perintah Rasulullah kepada umat Islam untuk berhijrah ke Madinah, setelah mendapatkan tekanan dan siksaan dari kafir Quraisy, memberikan makna penting bagi tersebarnya ajaran Islam. Hikmah perintah berhijrah adalah semakin banyak orang-orang yang memeluk Islam dan dukungan dari kaum Anshor. Bukan tekanan dan siksaan sebagaimana yang terjadi di Mekkah. Buraidah bin al-Hashib termasuk diantara para kaum Anshor yang menyatakan diri untuk membela ajaran Islam yang dibawa Rasulullah. bersama kawan-kawannya yang lain, beliau ikut sholat berjama'ah di belakang Rasulullah.

Dari Abdullah bin Buraidah bercerita bahwa ayahnya bersama 70 orang dari keluarganya dari bani Sahm melakukan suatu perjalanan. Kemudian berjumpa dengan Rasulullah. Rasulullah bertanya, "Kamu siapa?" beliau menjawab, "orang yang memeluk Islam (waktu itu)." Rasulullah berkata pada Abu Bakar, "Apakah kita terima" setelah itu Rasulullah bertanya, "Dari bani apa?". Beliau menjawab, "dari Bani Sahm." Rasulullah berkata, "Alangkah beruntungnya kamu."

Banyak sekali pengalaman dan kenangan manis selama bergaul dan berinteraksi dengan sahabat-sahabat lain. Diantara sahabat yang paling dicintai adalah Ali bin Abu Tholib. Hidupnya didekasikan untuk berjuang di jalan Allah. Beliau pernah ikut perang di Khurosan pada masa kholifah Utsman bin Affan. Beliau wafat pada masa khilafah Yazid bin Muawwiyah. Menurut Ibn Sa'ad beliau berumur 63 tahun.

Imran bin Hashain

Nama lenkapnya Imran bin Hashain bin Ubaid bin Kholaf bin Abd Nahm bin Khudaifah bin Juhmah bin Ghodiroh bin Habasyiah bin Ka'ab bin Amru al-Khaza'i. beliau diantara sahabat yang do'anya mustajab (dikabulkan oleh Allah). Panggilannya Abu Nujaid al-Khuza'i. Mengenai sejarah keislamannya, dapat kita kita telurusuri dari kisah berikut.

Pada waktu tahun Khaibar, beliau mendatangi Rasulullah untuk memberikan sumpah setia (bai'ah). Sejak itulah segala perbuatan dan amalannya diarahkan untuk kebaikan sebagaimana dianjurkan Islam. Beliau bersama ayahnya dan Abu Hurairah memeluk Islam pada masa yang sama, yaitu tahun ke-7 dari kenabian Muhammad. Kehidupan para sahabat pada umumnya, diselimuti oleh kerinduan untuk menjadi hamba yang baik.

Diceritakan bahwa ayahnya datang menjumpai Rasulullah. Rasulullah bertanya padanya, "Wahai Hushain, berapa Tuhan yang kamu sembah?" ayahku menjawab. "tujuh. Enam di bumi dan satu di langit. "Mana yang yang kamu anggap sesuai dengan keinginanmu? Tanya Rasulullah. "Yang di langit" jawab ayahku. Rasulullah berkata, "Wahai Hushain, mau kah kamu jika aku ajarkan du kalimat yang bermanfaat untukmu. Setelah beberapa lama, akhirnya ayahku memeluk Islam. Setelah itu beliau mendatangi Rasulullah sembari berkata, "Wahai Rasulullah, ajarkan aku dua kalaimat yang Engkau janjikan dulu." Rasulullah berkata, "Ucapkan doa ini " Ya Allah berikan aku petunjukkan dan jaga aku dari kejahatan jiwaku."(HR.Tirmidhi).

Suatu hari para sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, kenapa hati kami sangat terenyuh ketika berada disamping Engkau, kami zuhudkan dunia ini seolah-olah kami melihat akherat di depan mata hingga ketika kami keluar dari tempatmu bertemu dengan istri, anak dan keduniaan kami ingkari diri kami..??" Rasulullah menjawab, "Demi jiwaku yang ada ditanggan-Nya, sekiranya kalian membiasakan hal semacam itu di rumahku niscaya para Malaikat menampakkan wujudnya. Tapi itu harus dilakukan sedikit demi sedikit." Hadits diatas menjadikan beliau (Imran) orang yang ingin selalu dekat dengan sang Kholik. Setipa waktunya akan digunakan untuk bermesraan dengan Allah.

Pada masa kholifah Umar bin Khottob, beliau diutus ke Basrah untuk menjadi Qodhi. Begitu juga untuk mengajarkan ajaran Islam kepada penduduk di sana. Dakwahnya banyak diterima oleh penduduk di sana. Mengenai hal itu Hasan al-Basru dan Ibn Sirrin berkata; "Tidak ada seorang sahabat Rasulullah yang datang ke Basrah melebihi kebaikan daripada Imran bin Hushain."

Ketika terjadi perselisihan antara Ali bin Abu Tholib dengan Muawwiyah, beliau tidak memberikan dukungan kemana-mana. Sikap ini diambil karena beliau melihat bahwa sekiranya memberikan dukungan kepada salah satunya, umat Islam justru semakin binggung dan terpecah belah. kalau berjumpa dengan orang Islam, beliau selalu berwasit, "Jangan sampai masjidnya kosong (gara-gara perselisihan)."

Selama bersahabat dan bergaul bersama Rasulullah, beliau ikut dalam beberapa peperangan. Dan masih tetap tinggal di kampungnya. Kemudian pindah ke Basrah. Dan akhirnya beliau mengalami sakit parah. Ketakwaan dan keimannya diuji oleh Allah pada waktu beliau sakit. Selama kurang lebih tiga puluh tahun rasa sakit menyertai dalam kesehariannya. Tidak pernah mengeluarkan kata-kata keluharan. Apalagi mengeluarkan kata-kata "tidak". Meski dalam keadaan sakit, dengan penuh kesabaran dan keridhoan, beliau tetap beribadah kepada Allah dengan berdiri, duduk atau berbaring.

Muthorif bin Abdullah bercerita, Imran bin Hushain berkata, "Saya ingin mengatakan sesuatu kepada kamu semoga perkataanku ini memberi manfaat. Rasulullah mengumpulkan antara ibadah haji dan umrah dan tidak pernah melarang itu hingga beliau wafat. Tidak ada ayat al-Qur'an yang melarang perkara itu. Sesungguhnya para malaikat selalu memberi salam kepadaku. Seelah itu beliau berkata, "ketika aku panaskan tubuhku dengan besi (karena sakiat), para Malaikat menahannya. Ketika aku tinggalkan pengobatan itu, para malaikat datang menjengukku "(HR.Bukhori).

Ibn Sirrin berkata, "Imran bin Hushain terkena penyakit as-suqya (air kuning yang ada diperutnya) selama tiga puluh tahun lamannya. Penyakit itu harus diobati dengan cara kayyu (menempelkan besi yang dipanaskan), hanya saja beliau menolak untuk diobati dengan cara itu. Keadaan ini berlangsung hingga 2 tahun sebelum wafatnya. Kemudian beliau melakukan pengobatan itu."(lihat Ibn Sa'ad, 4/288).

Setelah melalui masa-masa yang menyakitkan akibat sakit yang dideritanya, akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 52 Hijriah. Perjalanannya menuju akherat dipenuhi keridhoaan dan kesabaran.

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Selamat Datang - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger